Pada indikator air minum, persentase penduduk miskin dan kekurangan multidimensi turun dari 16,4 menjadi 2,7 selama periode tersebut, listrik (dari 29 persen menjadi 2,1 persen) dan perumahan dari 44,9 persen menjadi 13,6 persen.
Hampir 135 juta orang, atau sekitar 10 persen dari populasi India, berhasil keluar dari kemiskinan dalam lima tahun hingga bulan Maret 2021, menurut laporan pemerintah India baru-baru ini.
Daerah pedesaan mengalami penurunan kemiskinan yang paling signifikan, menurut laporan yang menggunakan Indeks MPI PBB, berdasarkan 12 indikator seperti malnutrisi, pendidikan dan sanitasi. Jika masyarakat mengalami kekurangan di tiga wilayah atau lebih, mereka diidentifikasi sebagai "MPI miskin".
"Perbaikan gizi, masa sekolah, sanitasi dan bahan bakar untuk memasak memainkan peran penting dalam menurunkan kemiskinan," ujar Suman Bery, wakil ketua NITI Aayog kepada kantor berita Reuters.
NITI Aayog adalah lembaga pemikir pemerintah yang menerbitkan laporan tersebut.
Persentase penduduk yang hidup dalam kemiskinan turun menjadi 15 persen pada tahun 2019-2021 dari 25 persen pada tahun 2015/2016, menurut laporan yang didasarkan pada Survei Kesehatan Keluarga Nasional tahun 2019-2021.
Pemerintah federal India menawarkan biji-bijian makanan gratis kepada sekitar 800 juta orang, sekitar 57 persen dari 1,43 miliar penduduk negara itu, sementara negara bagian menghabiskan miliaran dolar untuk mensubsidi pendidikan, kesehatan, listrik dan layanan lainnya.
Menurut MPI NITI Aayog , penduduk India yang hidup dalam kemiskinan multidimensi adalah 14,96 persen.
Menurut data Bank Dunia, sekitar 10 persen penduduk India hidup dengan pendapatan kurang dari AS$2,15 per hari, yang merupakan garis kemiskinan internasional untuk negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah.
"Saat ini India sedang membawa jutaan penduduknya keluar dari kemiskinan ekstrem --- hal ini akan membantu mengurangi kesenjangan ekonomi global," Justin Wolfers, profesor kebijakan publik dan ekonomi di Universitas Michigan, mengatakan kepada surat kabar The Economic Times dalam sebuah wawancara.