Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang-orang dari Kashmir yang Diduduki Pakistan Terpaksa Bermigrasi akibat Kebijakan Represif Pakistan, Kata Aktivis kepada PBB

3 Oktober 2023   13:43 Diperbarui: 3 Oktober 2023   13:47 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Junaid Qureshi, seorang peneliti, sedang berbicara di Perserikatan Bangsa Bangsa di Geneva. | Sumber: ANI

Oleh Veeramalla Anjaiah

Orang-orang dari Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK) terpaksa bermigrasi ke negara lain karena kebijakan represif brutal Pakistan, kata Junaid Qureshi, seorang analis riset dan aktivis Kashmir dari Amsterdam, Belanda, kepada PBB baru-baru ini.

Hal tersebut disampaikannya pada Sidang Hak Asasi Manusia PBB ke-54 di Jenewa, Swiss.

"Dalam bencana kapal migran terburuk di Laut Mediterania, sebuah kapal yang membawa 750 orang terbalik pada bulan Juni tahun ini. Setidaknya 300 orang dari Pakistan, termasuk 135 dari Jammu dan Kashmir [J&K] yang dikelola Pakistan tewas. Tragedi seperti ini telah berulang kali terjadi di masyarakat Pakistan, yang melihat krisis ekonomi, politik dan iklim yang menghancurkan yang tidak ada habisnya sehingga memaksa mereka untuk mengungsi," lapor kantor berita ANI mengutip pernyataan Quereshi.

Qureshi adalah direktur Yayasan Eropa untuk Studi Asia Selatan (EFSAS) yang berbasis di Amsterdam.

Sejumlah besar pemuda dari J&K yang diduduki Pakistan harus melakukan perjalanan berbahaya akibat kondisi kehidupan yang buruk dan lingkungan yang menyesakkan yang diciptakan oleh rezim yang menindas.

"Masalah Jammu dan Kashmir rumit, namun Islamabad tidak mempunyai fokus di sana, karena wilayah kerajaan [princely state] tersebut telah secara sah digabung ke India. Pertanyaan utamanya adalah, apakah penguasa pendudukan dibiarkan untuk menguasai wilayah tanpa hak legal, menyebutnya Azad atau merdeka namun memperlakukannya seperti sebuah koloni untuk dieksploitasi dan diserahkan, serta memiskinkan rakyatnya melalui kebijakan yang eksploitatif dan kurang perhatian, sehingga memaksa mereka meninggalkan negara tersebut dalam jumlah besar hanya untuk memastikan kelangsungan hidup mereka," jelas Quereshi kepada PBB.

Ia mengatakan bahwa perdagangan manusia masih merupakan "industri" yang berkembang pesat di Pakistan dan bertahan berkat dukungan para politisi dan pejabat yang tidak bermoral. Hal ini digarisbawahi oleh Komisi Hak Asasi Manusia Pakistan, yang meminta negara untuk mengambil tanggung jawab "atas perannya" dalam tragedi Yunani.

EFSAS adalah lembaga pemikir dan penelitian kebijakan independen di Asia Selatan.

Menurut situs webnya, penelitian mendasar lembaga ini berkonsentrasi pada resolusi konflik, hubungan India-Pakistan, konflik Kashmir, terorisme agama, radikalisasi dan ekstremisme yang berasal dari kawasan Asia Selatan. Organisasi ini didanai oleh Direktorat Jenderal Migrasi dan Dalam Negeri Komisi Eropa.

Orang-orang di Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK) protes terhadap inflasi tinggi dan korupsi. | Sumber: ANI
Orang-orang di Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK) protes terhadap inflasi tinggi dan korupsi. | Sumber: ANI

Para penduduk, di kota-kota besar, kota-kota kecil dan desa-desa Kashmir yang diduduki Pakistan, beberapa waktu lalu turun ke jalan sebagai bentuk protes terhadap kekurangan makanan, meroketnya inflasi dan pengenaan pajak yang berlebihan, menurut sebuah video yang dibagikan oleh aktivis Kashmir Shabir Choudhry.

Menurut situs WION, Choudhry menyuarakan keprihatinan masyarakat umum dan menyalahkan Pakistan atas protes besar yang terjadi di seluruh wilayah.

Dalam video terbaru yang dibagikannya di media sosial, Choudhry menyatakan bahwa warga PoK sedang menghadapi pelepasan beban, kerawanan pangan, inflasi yang tinggi, pengenaan pajak yang tidak masuk akal dan berbagai kekhawatiran lainnya.

Ia menambahkan bahwa orang-orang yang tinggal di PoK telah meminta bantuan dari Perdana Menteri India Narendra Modi yang memohon kepada pemimpin tersebut untuk membebaskan mereka dari pendudukan ilegal Pakistan.

"Pakistan merasa terganggu dengan hal ini namun hal yang paling mencengangkan yang pernah saya dengar adalah orang-orang yang tinggal di dekat Garis Kontrol [LoC] di PoK mengangkat slogan-slogan, 'Minta Modi untuk membebaskan kami dari pendudukan ilegal Pakistan!' dan selamatkan jiwa kami, kami sekarat karena kelaparan, silakan datang ke sini dan bantu kami,'" lapor WION mengutip pernyataan Choudhry.

Ia lebih lanjut mengecam Pakistan karena secara sistematis mengeksploitasi sumber daya di wilayah tersebut, menerapkan kebijakan yang salah dalam pemerintahan dan membiarkan korupsi merembes ke dalam sistem.

PoK awalnya merupakan bagian dari negara bagian J&K di India. Pada tahun 1947, PoK diduduki secara ilegal oleh Pakistan. Sejak itu, warga meminta intervensi internasional untuk mendapatkan kembali kebebasan mereka.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun