Oleh Veeramalla Anjaiah
Guru Nanak Dev, pendiri agama Sikh, menghabiskan 24 tahun melintasi ribuan mil dengan berjalan kaki. Perjalanannya yang panjang disebut Udasi dan ia melakukan empat Udasi.
Menurut Khalsa Vox, saluran berita online, pada Udasi ketiga, antara tahun 1515 hingga 1517, Guru menjelajahi pegunungan untuk mencapai Sumer Parbat, sebuah gunung di Uttarakhand  Setiap langkah perjalanannya dijiwai dengan misi menyebarkan pesan universal yang beresonansi dengan seluruh umat manusia.
Guru mengunjungi tempat-tempat seperti Amarnath, Pahalgam dan Ashu Mukam di Jammu dan Kashmir (J&K), Wilayah Persatuan (UT) India.
Siapakah Guru Nanak Dev?
Guru (1469-1539) adalah seorang guru spiritual India dan pendiri agama Sikh. Sikhisme adalah agama terbesar kelima di dunia dengan 25 juta penganut di seluruh dunia. Sikh, yang berasal dari India Utara, bukanlah Muslim atau Hindu. Kata Sikh berarti pembelajar atau mencari kebenaran.
Sikhisme menganjurkan kesetaraan, keadilan sosial, pelayanan kepada kemanusiaan dan toleransi terhadap agama lain. Sikh percaya pada satu Tuhan.
Menurut situs web sikhnet.com, Sikhisme bersifat monoteistik dan menekankan kesetaraan semua pria dan wanita. Sikh percaya pada tiga prinsip dasar; bermeditasi pada nama Tuhan (berdoa), mencari nafkah dengan cara jujur serta berbagi hasil jerih payah seseorang dengan orang lain. Sikhisme menolak sistem kasta dan kelas serta menekankan pelayanan kepada kemanusiaan.
Tempat ibadah Sikh disebut Gurdwara. Gurdwara Sikh di seluruh dunia biasanya membuka dapur komunitas gratis, yang menyediakan makanan untuk semua. Pengunjung, apa pun agamanya, ditawari tempat berteduh, kenyamanan dan makanan di setiap Gurdwara.
Di J&K, Guru bertemu dengan beberapa penggembala. Menurut Khalsa Vox, dalam satu contoh, setelah menerima susu kambing dari seorang gembala, Guru secara keliru disebut perampok oleh gembala lain bernama Pali Hasna. Peristiwa selanjutnya memberikan kesadaran dalam diri Pali, yang melihat kawanannya dibangkitkan setelah melafalkan "Waheguru" di bawah bimbingan Guru. Ini adalah pelajaran tentang iman dan kerendahan hati yang melampaui pemahaman biasa.
Sebuah peristiwa supranatural terjadi di Bhawan Kund saat Guru berenang di perairan yang dipenuhi ikan. Ketika seekor ikan menyentuh kakinya, ia menjadi manusia. Para Pandit sangat terkesan dengan keajaiban ini sehingga mereka memutuskan untuk mengikuti Guru. Manusia yang baru berubah menceritakan kisahnya, membawa petunjuk supernatural ke dalam pencarian spiritual.
Pendeta Brahmdas dari Bejbehara, seorang cendekiawan yang terbang di atas karpet ajaib dan menatap Guru, menjadi subjek cerita tentang ego dan penebusan. Karena kesombongannya sendiri, Brahmdas tidak dapat melihat Guru ketika ia mencoba membuatnya terkesan dengan keajaiban. Realisasi kerendahan hatinya, yang mengajarkan bahwa tidak ada kegelapan yang lebih besar dari ego, muncul sebagai hasil dari wacana mendalam dengan Guru, menurut Khalsa Vox.
Karena kebijaksanaan dan welas asih Guru, Dharamshala, tempat perlindungan spiritual di Mattan  didirikan. Di Lembah Kashmir, tempat tersebut masih merupakan representasi dari pengaruh abadi Guru bahkan setelah dihancurkan beberapa waktu lalu. Dengan bimbingan Pandit Munkda setempat dan pencerahan para pencari seperti Juma Chopa, seorang Faqir, Mattan menjadi mercusuar kebangkitan spiritual berkat kehadiran Guru.
Tempat di mana Guru pernah duduk untuk membahas kebenaran telah mengalami peningkatan jumlah Gurdwara dan penghormatan para penguasa seperti Maharaja Ranjit Singh. Para ahli dan penulis seperti RK Parmu telah mengakui pentingnya kunjungan Guru ke Lembah Kashmir, yang diamati di Gurdwara di Matan, Anantnag, menurut Khalsa Vox.
Reruntuhan sejarah masih dapat ditemukan di perairan kolam mata air tempat Guru melakukan percakapan yang mencerahkan dengan Pandit Brahm Das. Bangunannya telah berubah seiring waktu; Gurdwara yang megah dibangun pada abad ke-18 dan ke-19. Ajaran Guru masih diingat sampai sekarang, mengubah hati orang-orang dan mengarahkan para pencari menuju pengabdian.
Perjalanan Guru dicatat dalam sejarah sebagai bukti pencarian kerendahan hati, kasih sayang dan kebenaran di seluruh dunia. Dari lereng yang tinggi hingga rumah para gembala yang rendah, jalannya mencerahkan kehidupan dan menerobos batas.
Menurut Khalsa Vox, sekarang, jiwa-jiwa masih terinspirasi dan dibangunkan oleh gema kata-kata Guru di lokasi yang damai seperti Mattan Sahib, tempat ia pernah duduk dan menyanyikan "Malar di Var". Ajarannya adalah permata tak ternilai yang menerangi jalan menuju cahaya suci welas asih dan pengertian bagi semua orang.
Sifat universal agama Sikh dan cara hidupnya menjangkau orang-orang dari semua agama dan latar belakang budaya, mendorong kita untuk melihat melampaui perbedaan kita dan bekerja sama untuk perdamaian dan harmoni dunia.
Penulis adalah wartawan senior yang berdomisili di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H