Pendeta Brahmdas dari Bejbehara, seorang cendekiawan yang terbang di atas karpet ajaib dan menatap Guru, menjadi subjek cerita tentang ego dan penebusan. Karena kesombongannya sendiri, Brahmdas tidak dapat melihat Guru ketika ia mencoba membuatnya terkesan dengan keajaiban. Realisasi kerendahan hatinya, yang mengajarkan bahwa tidak ada kegelapan yang lebih besar dari ego, muncul sebagai hasil dari wacana mendalam dengan Guru, menurut Khalsa Vox.
Karena kebijaksanaan dan welas asih Guru, Dharamshala, tempat perlindungan spiritual di Mattan  didirikan. Di Lembah Kashmir, tempat tersebut masih merupakan representasi dari pengaruh abadi Guru bahkan setelah dihancurkan beberapa waktu lalu. Dengan bimbingan Pandit Munkda setempat dan pencerahan para pencari seperti Juma Chopa, seorang Faqir, Mattan menjadi mercusuar kebangkitan spiritual berkat kehadiran Guru.
Tempat di mana Guru pernah duduk untuk membahas kebenaran telah mengalami peningkatan jumlah Gurdwara dan penghormatan para penguasa seperti Maharaja Ranjit Singh. Para ahli dan penulis seperti RK Parmu telah mengakui pentingnya kunjungan Guru ke Lembah Kashmir, yang diamati di Gurdwara di Matan, Anantnag, menurut Khalsa Vox.
Reruntuhan sejarah masih dapat ditemukan di perairan kolam mata air tempat Guru melakukan percakapan yang mencerahkan dengan Pandit Brahm Das. Bangunannya telah berubah seiring waktu; Gurdwara yang megah dibangun pada abad ke-18 dan ke-19. Ajaran Guru masih diingat sampai sekarang, mengubah hati orang-orang dan mengarahkan para pencari menuju pengabdian.
Perjalanan Guru dicatat dalam sejarah sebagai bukti pencarian kerendahan hati, kasih sayang dan kebenaran di seluruh dunia. Dari lereng yang tinggi hingga rumah para gembala yang rendah, jalannya mencerahkan kehidupan dan menerobos batas.
Menurut Khalsa Vox, sekarang, jiwa-jiwa masih terinspirasi dan dibangunkan oleh gema kata-kata Guru di lokasi yang damai seperti Mattan Sahib, tempat ia pernah duduk dan menyanyikan "Malar di Var". Ajarannya adalah permata tak ternilai yang menerangi jalan menuju cahaya suci welas asih dan pengertian bagi semua orang.
Sifat universal agama Sikh dan cara hidupnya menjangkau orang-orang dari semua agama dan latar belakang budaya, mendorong kita untuk melihat melampaui perbedaan kita dan bekerja sama untuk perdamaian dan harmoni dunia.
Penulis adalah wartawan senior yang berdomisili di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H