Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anggota Parlemen Kanada, Partai Norwegia Mencalonkan Kongres Uyghur Sedunia untuk Penghargaan Nobel Perdamaian 2023

15 Maret 2023   11:01 Diperbarui: 15 Maret 2023   11:07 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta Majelis Umum ke-7 Kongres Uyghur Sedunia di kota Prague, Republik Ceko pada tahun 2021. | Sumber: uyghurcongress.org

Oleh Veeramalla Anjaiah

Kongres Uyghur Sedunia (WUC), sebuah kelompok hak asasi manusia Uyghur yang berbasis di Jerman, telah dinominasikan untuk Penghargaan Nobel Perdamaian 2023.

Anggota parlemen Kanada dan pemimpin Liberal Muda di Norwegia, sayap pemuda partai politik Venstre Norwegia, menominasikan organisasi Uyghur untuk Penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini.

"Kongres Uyghur Sedunia memiliki tujuan utama untuk mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan bagi Rakyat Uyghur dan mendukung penggunaan cara damai, tanpa kekerasan serta demokratis untuk membantu Uyghur mencapai penentuan nasib sendiri," bunyi surat nominasi tersebut.

Alexis Brunelle-Duceppe, salah satu dari dua anggota parlemen Kanada yang menominasikan kelompok tersebut, membagikan surat tersebut kepada situs web berita Voice of America (VOA).

Orang Uyghur sedang mengikuti pelatihan paksa di sebuah kamp di Xinjiang. | Sumber: Wikipedia
Orang Uyghur sedang mengikuti pelatihan paksa di sebuah kamp di Xinjiang. | Sumber: Wikipedia

Surat tersebut mencatat bahwa WUC telah menarik perhatian global terhadap perlakuan China terhadap Uyghur dengan "kampanye represi fisik, agama, bahasa dan budaya yang luar biasa" oleh pemerintah China.

Komite yang berbasis di Oslo yang memilih pemenang Nobel Perdamaian tidak mengungkapkan nama-nama calon kepada media berita atau kepada para kandidat. Di bawah aturannya, informasi semacam itu harus dirahasiakan selama beberapa dekade. Upacara penghargaannya akan berlangsung pada tanggal 10 Desember tahun ini di Oslo.

Agustus lalu, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis sebuah laporan tentang Xinjiang, yang menyatakan bahwa perlakuan pemerintah China terhadap Uyghur dan minoritas Muslim lainnya di pusat pendidikan dan pelatihan kejuruan dapat menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan. Amerika Serikat dan beberapa negara lain telah mengklasifikasikan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut sebagai genosida.

Xinjiang, provinsi terbesar dengan nama Daerah Otonomi Uygur Xinjiang (XUAR) di China, dulunya adalah negara merdeka dengan nama Republik Turkistan Timur. Penduduknya adalah Muslim Turki.

Xinjiang sangat kaya akan sumber daya alam. Wilayah ini memiliki cadangan besar berilium, muskovit, sendawa niter, tanah liat tembikar dan serpentin. Xinjiang juga memiliki cadangan besar batubara, bijih besi serta minyak dan gas.

Pada tahun 1949, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang dipimpin oleh Komunis menyerang Xinjiang dan menguasai wilayah tersebut. China meluncurkan program Sinisasi besar-besaran dengan mengirimkan ribuan migran Han ke Xinjiang. China memberlakukan banyak aturan ketat tentang praktik keagamaan di Xinjiang, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. China secara brutal menindas budaya, bahasa dan agama Uyghur di Xinjiang.

Sebelum tahun 1949, Xinjiang memiliki 29.545 masjid dan sebagian besar dihancurkan selama Revolusi Kebudayaan. Sekarang hanya 1.400 masjid yang beroperasi. Migrasi Han di Xinjiang telah menyebabkan peningkatan populasi Han dari 5 persen menjadi 40 persen selama periode antara tahun 1949 hingga 1980 sementara populasi Uyghur turun dari 80 persen menjadi 45,8 persen.

Sejak 2017, lebih dari 1 juta Muslim Uyghur telah ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang. Kamp pendidikan ulang hanyalah salah satu bagian dari tindakan keras pemerintah terhadap Uyghur. Dan orang-orang yang tidak ditahan menghadapi pengawasan ketat, pembatasan agama yang lebih ketat, kerja paksa dan sterilisasi paksa. Itu adalah genosida budaya di Xinjiang.

Muslim Uyghur di Xinjiang telah berjuang untuk negara merdeka Turkistan Timur sejak lama.

Uyghur yang tinggal di AS mendirikan Pemerintah Turkistan Timur--dalam Pengasingan di Washington DC pada tanggal 14 September 2004. Ini adalah pemerintahan pengasingan berbasis parlemen. Mereka mengklaim bahwa mereka mewakili Turkistan Timur dan rakyatnya di panggung internasional. China menolak Pemerintah Turkistan Timur di Pengasingan di Washington dan melabelinya sebagai gerakan separatis serta mengklaim banyak pemimpin Muslim Uyghur separatis sebagai teroris.

Komunis China berulang kali membantah telah menganiaya Uyghur, dengan kantor berita negara China, Xinhua, menggambarkan tuduhan tersebut sebagai "kebohongan" yang dibuat oleh "pasukan anti-China di Barat".

"Masalah terkait Xinjiang sama sekali bukan tentang hak asasi manusia, etnis atau agama, tetapi tentang memerangi terorisme kekerasan dan separatisme," ujar Xinhua dalam artikel tahun 2021.

Kedutaan Besar China di Washington mengkritik nominasi WUC untuk Penghargaan Nobel Perdamaian.

"Diharapkan Penghargaan tersebut akan berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan global, daripada jatuh ke dalam alat politik yang dimiliki oleh beberapa politisi," ungkap juru bicara kedutaan Liu Pengyu kepada VOA melalui email.

"Yang disebut sebagai 'Kongres Uyghur Sedunia' ini memiliki hubungan dekat dengan organisasi teroris. Menominasikan organisasi semacam itu untuk Penghargaan Nobel Perdamaian sangat merugikan perdamaian dunia dan merupakan ironi besar dari Penghargaan Nobel Perdamaian."

Tetapi para aktivis menggambarkan pernyataan China tentang Muslim Uyghur sebagai kebohongan.

"Pemerintah China telah melakukan kebohongan yang sama selama beberapa dekade," tutur Zumretay Arkin, manajer advokasi WUC, kepada VOA.

"Fakta bahwa WUC dinominasikan untuk Penghargaan Nobel Perdamaian adalah bukti bahwa dunia yang bebas dan demokratis telah mengakui pekerjaan WUC sebagai hal yang berharga dan penting. Alih-alih mencemarkan nama baik organisasi semacam itu, pemerintah China seharusnya mendengarkan dunia demokrasi," jelas Arkin.

WUC didirikan pada tahun 2004, di Munich, Jerman, setelah Kongres Nasional Turkistan Timur dan Kongres Pemuda Uyghur Sedunia bergabung menjadi satu organisasi.

"Tujuan utama WUC adalah untuk mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan bagi orang Uyghur dan menggunakan cara damai, tanpa kekerasan serta demokratis untuk menentukan masa depan politik mereka. Dengan mewakili satu-satunya organisasi yang sah dari orang Uyghur baik di Turkistan Timur maupun di luar negeri, WUC berupaya untuk menetapkan arah dalam penyelesaian damai Pertanyaan Turkistan Timur melalui dialog dan negosiasi," papar situs web WUC dalam pernyataannya.

"Saya sangat bangga melihat kerja keras Kongres Uyghur Sedunia untuk mengakhiri genosida Uyghur tidak luput dari perhatian," jelas Dolkun Isa, presiden WUC, dalam pernyataan pers.

Nominasi tersebut juga penting karena merupakan "bentuk dukungan bagi rakyat Uyghur", tutur Isa.

WUC ingin mengulang aksi pemimpin agama dan politik Tibet Dalai Lama ke-14 , Tenzin Gyatso, yang memenangkan Penghargaan Nobel Perdamaian 1989.

Orang-orang Uyghur dalam sebuah protes di kota London. | Sumber: BBC
Orang-orang Uyghur dalam sebuah protes di kota London. | Sumber: BBC

Layaknya Muslim Uyghur, umat Buddha Tibet telah menderita dari pemerintahan China yang brutal sejak tahun 1950. Budaya, bahasa dan agama mereka ditindas secara brutal.

Orang-orang Tibet juga telah lama berjuang untuk negara Tibet yang merdeka. Ribuan orang Tibet terbunuh dan banyak lagi yang dipenjarakan oleh rezim Komunis yang brutal di Tibet. Seperti Xinjiang, Tibet juga merupakan negara merdeka sebelum tahun 1949. Baik Xinjiang maupun Tibet diduduki secara brutal oleh Komunis China.

Jika WUC memenangkan Penghargaan Nobel perdamaian tahun ini, WUC akan fokus pada penderitaan 12 juta orang Uyghur di Xinjiang dan memberikan banyak tekanan internasional terhadap Komunis China.

Penulis adalah wartawan senior yang berdomisili di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun