Kenangan sejarah juga tampaknya menentang propaganda dan penyensoran selama puluhan tahun, karena istilah "33 tahun" yang mengacu pada protes mahasiswa besar-besaran di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 digunakan oleh pengunjuk rasa dan pengamat untuk menggarisbawahi rasa warisan dan hubungan.
Pemerintah Komunis China akhirnya tunduk pada tuntutan rakyat dan melonggarkan beberapa kebijakan nol-COVID.
"Perubahan itu tampaknya menunjukkan bahwa pemerintah merasakan tekanan untuk menanggapi protes yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun perasaan yang ada, anehnya, bukanlah suasana perayaan yang memuji gerakan sosial dan ruang yang dibukanya, atau sentimen ketakutan yang mengkhawatirkan tindakan keras lebih lanjut dan kontrol yang lebih ketat yang dapat diberlakukan oleh rezim," kata Lu.
Di bawah aturan yang longgar, lockdown sekarang ditargetkan ke bangunan, unit, atau lantai, bukan ke seluruh lingkungan atau kota. Area-area "berisiko tinggi" akan keluar dari lockdown dalam lima hari jika tidak ada kasus baru yang ditemukan. Sekolah tetap buka jika tidak ada wabah kampus yang lebih luas.
Orang dengan COVID-19 tidak lagi diharuskan pergi ke fasilitas karantina terpusat. Tes PCR tidak lagi diwajibkan untuk memasuki transportasi umum, restoran, gym dan bangunan umum lainnya, kecuali sekolah, rumah sakit dan panti jompo. Tes aliran lateral akan menggantikan tes PCR dalam banyak kasus. Pembatasan perjalanan antar provinsi dicabut.
China telah mengumumkan pada tanggal 12 Desember akan menonaktifkan aplikasi telepon yang telah melacak pergerakan orang selama pandemi.
Aplikasi nasional yang telah beroperasi selama tiga tahun ini mulai offline sejak tanggal 13 Desember.
"Sistem ini, yang menyediakan layanan pelacakan jejak COIVD-19, bersama dengan kode QR kesehatan yang melacak status kesehatan individu, mencatat pergerakan orang ke ruang publik di seluruh China," lapor surat kabar Global Times pada 12 Desember.
"Tiga raksasa telekomunikasi China China Telecom, China Mobile dan China Unicom pada hari Senin [12 Desember] mengumumkan bahwa semua data riwayat perjalanan akan dihapus secara serempak setelah berakhirnya sistem pelacakan jejak COVID-19 mulai Selasa, melindungi keamanan informasi pribadi sesuai dengan hukum."
Langkah ini sangat simbolis tetapi tidak akan berdampak besar pada kehidupan sehari-hari masyarakat karena aplikasi lokal masih digunakan di kota-kota di seluruh China.
Aplikasi Communications Itinerary Card, yang menggunakan sinyal telepon untuk melacak apakah seseorang telah bepergian ke daerah yang dianggap berisiko tinggi, dipandang sebagai bagian utama dari kebijakan nol-COVID di China.