Empat teroris melancarkan serangan ke Hotel Taj Mahal yang mewah dan bertahan hingga kematian mereka pada 29 November. Mereka membunuh 33 orang di hotel ini, kebanyakan orang asing.
Serangan keempat terjadi pada pukul 10 malam di Hotel Oberoi dan Trident yang menewaskan 35 orang, termasuk dua teroris.
Yang kelima adalah penyerangan terhadap Rumah Nariman, di mana pusat penjangkauan Yahudi berada, pada pukul 22:25 oleh dua orang teroris. Para teroris membunuh 6 orang dan petugas keamanan membunuh dua pelaku.
Sembilan teroris tewas dari 26-29 November dan teroris yang ke-10 ditangkap hidup-hidup.
"Negara kita menghadapi kengerian teror jauh sebelum dunia memperhatikannya secara serius. Selama beberapa dekade, terorisme dalam berbagai nama dan bentuk telah mencoba untuk melukai India. Kami kehilangan ribuan nyawa yang berharga, tetapi kami telah memerangi terorisme dengan berani," kata Perdana Menteri India Narendra Modi pada Konferensi No Money for Terror (NMFT) ke-3 pada tanggal 18 November 2022 di New Delhi.
Delegasi dari 75 negara, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dari Indonesia, dan 15 organisasi internasional turut menghadiri NMFT yang juga dikenal sebagai 3rd Ministerial Conference on Counter-terrorism Financing.
"Semua serangan teroris layak untuk mendapatkan kekejaman dan tindakan yang sama. Selanjutnya, kadang-kadang, ada argumen tidak langsung yang dibuat untuk mendukung terorisme guna memblokir tindakan terhadap teroris. Tidak ada tempat untuk pendekatan yang ambigu saat berhadapan dengan ancaman global. Ini adalah serangan terhadap kemanusiaan, kebebasan dan peradaban. Mereka tidak mengenal batas. Hanya pendekatan yang seragam, terpadu dan tanpa toleransi lah yang dapat mengalahkan terorisme," ujar Modi.
"Seperti diketahui, organisasi teroris mendapatkan uang melalui beberapa sumber. Salah satu sumbernya adalah dukungan negara. Negara-negara tertentu mendukung terorisme sebagai bagian dari kebijakan luar negeri mereka. Mereka menawarkan dukungan politik, ideologis dan keuangan kepada mereka. Organisasi internasional tidak boleh berpikir bahwa tidak adanya perang berarti perdamaian. Perang proksi juga berbahaya dan penuh kekerasan. Harus ada harga yang dikenakan pada negara-negara yang mendukung terorisme. Organisasi dan individu yang berusaha untuk menciptakan simpati terhadap teroris juga harus diisolasi. Tidak boleh ada 'kalau' dan 'tapi' yang dituruti dalam hal-hal seperti itu. Dunia perlu bersatu untuk melawan semua jenis dukungan teror yang terbuka dan terselubung."
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengunjungi Mumbai baru-baru ini untuk memberikan penghormatan kepada para korban serangan teror 26/11 Mumbai. Selama kunjungannya ke Mumbai, Sekjen PBB bertemu dengan Devika Rotawan, salah satu korban serangan 26/11.