Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Partai Komunis China Memperlakukan Rakyatnya Seperti Tawanan dan Robot

28 Mei 2022   15:12 Diperbarui: 28 Mei 2022   15:18 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sepi di kota Shanghai yang sedang lockdown. | Sumber: Times of India

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendukung PKC dan Xi tetapi menimbulkan banyak pertanyaan.

China adalah satu-satunya negara di dunia yang mengklaim dengan tindakan lockdown yang ketat pada tahun 2020 itu menahan penyebaran COVID-19. Sebagai produsen terbesar vaksin COVID-19, China dengan bangga mengklaim telah memberikan lebih dari 1 miliar dosis vaksin China kepada warganya dan juga memasok/menyumbangkan ratusan juta dosis ke banyak negara, termasuk Indonesia. China mengklaim bahwa semua vaksin COVID-19-nya dia jauh lebih unggul daripada vaksin seperti Pfizer, AstraZeneca dan lainnya yang dikembangkan oleh negara-negara Barat.

Jika vaksin China efektif dan China telah memvaksinasi mayoritas orang, mengapa tiba-tiba China menjadi korban gelombang Omicorn? Banyak hal baru yang muncul tentang vaksin China dan klaimnya.

Pada pertengahan bulan April, Financial Times melaporkan bahwa hanya 57 persen orang yang berusia di atas 60 tahun yang telah tiga kali divaksinasi. Sekitar 20 persen dari 1,44 miliar penduduk China berusia di atas 60 tahun. Populasi China yang menua bertumbuh cepat dan usia rata-rata saat ini adalah 38,4 tahun.

Berita mengejutkan lainnya datang dari penelitian Universitas Hong Kong yang diterbitkan pada bulan Maret.

Financial Times mengatakan bahwa penelitian di Hong Kong menemukan bahwa orang-orang yang berusia di atas 60 tahun yang telah menerima dua dosis vaksin Sinovac CoronaVac [vaksin lokal] tiga kali lebih mungkin meninggal akibat COVID dibandingkan dengan mereka yang menerima dua dosis vaksin BioNTech/Pfizer.

Hong Kong kecil, yang menggunakan sepenuhnya vaksin China, melaporkan 1,21 juta kasus COVID-19 dan 9.374 kematian pada sampai tanggal 26 Mei. Sangat sulit dipercaya bahwa China dengan 1,44 miliar orang sejauh ini hanya memiliki lebih dari 220.000 kasus.

Telah terbukti bahwa vaksin China tidak efektif dalam melindungi orang dari tertular virus corona. Omicron sangat menular dan tak terbendung di banyak negara. Virus ini tidak berbahaya seperti strain sebelumnya. Tidak perlu lockdown yang kejam.

China harus mencabut semua lockdown dan memperlakukan warganya dengan bermartabat karena mereka adalah manusia.

Penulis adalah seorang jurnalis senior yang berbasis di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun