Pada bulan Juli tahun lalu, pria bersenjata bertopeng menembaki kendaraan yang membawa dua warga negara China di Karachi di mana salah satu dari mereka terluka parah.
Pada bulan yang sama, belasan insinyur China tewas ketika sebuah bus yang membawa pekerja konstruksi diserang di barat laut Pakistan.
Pada bulan November 2018, separatis Baloch telah menyerang konsulat China  di Karachi tetapi gagal menembus penghalang keamanan dengan tiga di antaranya tewas di tempat.
Itu merupakan kegagalan total militer dan polisi Pakistan untuk melindungi warga China. Militer dan polisi sendiri tidak aman karena banyak dari mereka yang kehilangan nyawa dalam serangan teror. Terorisme, radikalisme dan keamanan menjadi alasan utama absennya investor asing di Pakistan.
Selain pemberontak Baloch, kelompok teror garis keras terlarang Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) dan Negara Islam-Provinsi Khorasan (IS-K) telah menyerang sasaran militer dan warga sipil Pakistan.
Sejak pengambilalihan Afghanistan pada bulan Agustus tahun lalu oleh kelompok teror lain Taliban, teroris Pakistan, memindahkan pangkalan mereka ke Afghanistan. Kelompok teror ini mengintensifkan serangan terornya di berbagai tempat di Pakistan dari pangkalan mereka di Afghanistan.
Pada tanggal 14 Mei, TTP melancarkan serangan bunuh diri terhadap konvoi militer di distrik Waziristan Utara yang bergolak, menewaskan enam tentara.
Kelompok minoritas seperti Syiah, Ahmadiyah dan Sikh menjadi sasaran utama kelompok teror ini.
Pada tanggal 4 Maret, sebuah ledakan bom bunuh diri melanda sebuah masjid minoritas Muslim Syiah yang ramai di Peshawar, barat laut Pakistan, menewaskan sedikitnya 56 jemaah dan melukai sedikitnya 194 orang.
IS-K mengaku bertanggung jawab atas pemboman tersebut.
Menurut Human Rights Watch, sekitar 4,000 orang tewas dalam serangan sektarian di Pakistan antara tahun 1987 hingga 2007. Sejak tahun 2008 hingga sekarang, ribuan warga Syiah telah dibunuh oleh kelompok teror di Pakistan.