Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah Peringatan Hari Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri di Pakistan pada 5 Januari adalah Penipuan Besar?

6 Januari 2022   14:44 Diperbarui: 7 Januari 2022   07:51 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok masyarakat Forum Jammu Kashmir menggelar aksi demonstrasi dalam rangka menuntut Hari Hak untuk Menentukan Nasib sendiri di Pakistan. Foto: AP Photo/Anjum Naveed

Umat Hindu, Buddha, Sikh dan Muslim telah hidup rukun sejak lama di J&K. Mayoritas orang di J&K adalah Muslim dan penguasanya Raja Hari Singh adalah seorang Hindu pada saat pemisahan.

Wilayah kerajaan diberi tiga pilihan: masuk ke India, masuk ke Pakistan atau tetap sebagai negara merdeka.

Karena raja J&K adalah seorang Hindu, Pakistan khawatir raja akan beraksesi ke India yang mayoritas Hindu. Padahal, Hari Singh ingin mandiri. Tapi ia menunda keputusannya. Ia menandatangani perjanjian penundaan dengan Pakistan yang baru berdiri tetapi Pakistan tidak pernah mengimplementasikan perjanjian tersebut. Ini adalah pertama kalinya Pakistan melanggar janjinya. Sedangkan India tidak pernah menandatangani kesepakatan apapun dengan J&K tetapi melaksanakan apa yang diinginkan J&K.

Pakistan yang tidak sabar kemudian mengirimkan 5,000 suku Pashtun yang bersenjata pada tanggal 22 Oktober 1947 untuk menyerang kota-kota seperti Muzaffarabad, Baramulla dan kota-kota lain di J&K. Ratusan tentara Pakistan juga bergabung dengan suku tersebut dengan mengenakan pakaian sipil. Inilah awal mula penderitaan rakyat Kashmir, baik Muslim maupun Hindu.

Tentara berjaga-jaga untuk menyelamatkan warga dari teroris yang berasal dari Pakistan di Lembah Kashmir, India. | Sumber: NDTV
Tentara berjaga-jaga untuk menyelamatkan warga dari teroris yang berasal dari Pakistan di Lembah Kashmir, India. | Sumber: NDTV

Milisi suku membakar banyak kota, menjarah rumah, membunuh warga sipil tak bersenjata dan memperkosa wanita. Itu adalah genosida. Orang Kashmir, termasuk wanita, mengangkat senjata melawan penjajah. Baik Muslim maupun Hindu bergabung dalam pemberontakan ini melawan militer Pakistan dan milisi sukunya.

Hari Singh yang panik meminta bantuan India untuk campur tangan. India menolak karena J&K tidak diaksesikan ke India. Mayoritas Muslim dan Hindu Kashmir di bawah partai Konferensi Nasional menginginkan J&K untuk bergabung dengan India. 

Propaganda Pakistan tidak pernah mengatakan tentang peran Konferensi Nasional dan pemimpinnya Sheikh Abdullah, yang menentang baik Hari Singh maupun Pakistan. 

Lalu, demi pembebasan tanah airnya dari Pakistan, Syekh Abdullah bergandengan tangan dengan Hari Singh. Itu adalah keputusan penguasa hukum dan mayoritas rakyat untuk aksesi ke India. 

Pada 27 Oktober, Hari Singh menyerahkan dokumen Perjanjian Aksesi historis ke India. Kemudian India segera menerbangkan pasukannya ke Srinagar, ibu kota J&K, untuk membebaskan J&K dari Pakistan. 

Jadi India masuk ke J&K melalui proses hukum sementara Pakistan masuk ke Kashmir dengan pendudukan paksa. Itu adalah awal dari perang India-Pakistan pertama. Pasukan India hampir di ambang kemenangan penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun