Proyek ini diberlakukan di Laos oleh China. Para pejabat Laos yang korup menyetujui proyek kereta api berkecepatan tinggi yang tidak perlu ini. Menurut kesepakatan itu, Bank Ekspor-Impor China akan memberikan pinjaman sebesar $3.6 miliar dan sisanya sekitar $2.4 miliar akan disediakan oleh konsorsium bersama di mana tiga perusahaan milik negara China memegang 70 persen saham dan sisanya 30 persen saham oleh perusahaan milik negara Laos. Artinya, Laos akan mendapatkan untung kecil jika jalur kereta api ini bila cetak laba di masa depan. Lebih dari 90 persen keuntungan atau pendapatan kembali ke China.
Sebagai bagian dari kontribusinya, Laos telah mengalokasikan $250 juta dalam anggaran negara dan mengambil pinjaman sebesar $480 juta dari  Bank Ekspor-Impor China.
Artinya, Laos akan mendapat untung kecil jika jalur kereta api ini dibuat di masa depan. Lebih dari 90 persen keuntungan atau pendapatan kembali ke China untuk beberapa tahun. Ia harus membayar kembali pinjaman besar $3.6 miliar dan pinjaman $480 juta ke bank China.
Tetapi Laos, yang banyak meminjam dari China untuk pembangkit listrik dan proyek infrastruktur lainnya harus dapat membayar kembali semua utangnya ke China dan kreditur lainnya.
Lembaga pemeringkat kredit Moody's dan Fitch baru-baru ini menurunkan peringkat negara Laos tahun lalu sebagai tanggapan atas meningkatnya utang publik negara itu, penurunan cadangan devisa dan kekhawatiran tentang potensi gagal bayar atas utang yang akan jatuh tempo.
Pada bulan Agustus 2020, Moody's menurunkan peringkat kedaulatannya untuk Laos menjadi Caa2 dengan pandangan negatif untuk mencerminkan kekhawatiran yang berkembang tentang pukulan ganda dari jatuhnya cadangan devisa dan meningkatnya utang.
Fitch mengikutinya pada bulan September 2020, dengan menurunkan peringkat Laos menjadi CCC dari B-.
Pada bulan Agustus 2021, Fitch mempertahankan peringkat 'CCC' Laos dan mengatakan bahwa itu mencerminkan tekanan likuiditas eksternal yang timbul dari utang luar negeri yang besar jatuh tempo dalam jangka menengah di tengah cadangan devisa sederhana dan pilihan pembiayaan eksternal terbatas.Â
"Profil pembayaran utang luar negeri negara tetap menantang, dengan sekitar $422 juta akan jatuh tempo selama sisa tahun 2021 dan rata-rata $1.16 miliar per tahun antara tahun 2022 dan 2025. Pemerintah membayar kembali obligasi $150 juta yang jatuh tempo pada bulan Juni. Tambahan ekuivalen $165 juta dalam obligasi baht Thailand akan jatuh tempo pada bulan Oktober dan November. Pembiayaan untuk Laos untuk memenuhi kewajibannya di sisa tahun 2021 tampaknya memadai, tetapi kesenjangan pembiayaan eksternal tetap ada untuk tahun depan," ujar Fitch.
Apa yang akan terjadi jika Laos gagal membayar kembali pinjamannya ke China?
China mungkin meminta Laos untuk memberikan ekuitas sebagai imbalan atas pinjaman.