Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), produk domestik bruto (PDB) Laos saat ini hanya senilai $20.44 miliar. Proyek ini akan menambah beban yang lebih berat ke Laos, yang sudah terlilit hutang, sebagian besar ke China. Menurut para ahli, proyek ini saja akan menambah utang sebesar $3.6 miliar bagi pemerintah Laos.Â
Butuh waktu lima tahun untuk menyelesaikan proyek tersebut, yang ditandatangani pada tahun 2015 dan konstruksi dimulai pada bulan Desember 2016.
Proyek tersebut sangat mahal karena para insinyur China harus membangun 75 terowongan, 165 jembatan dan 20 stasiun melalui beberapa medan yang paling bergunung-gunung di seluruh Asia Tenggara.
China mengatakan jalur kereta api tersebut, sebuah prestasi rekayasa modern, akan meningkatkan perdagangan dan pariwisata Laos tetapi tentu saja menempatkan Laos dalam masalah besar.
Menurut Bank Dunia, risiko utang luar negeri tetap tinggi di Laos karena utang negara dan utang yang dijamin publik (PPG) pada tahun 2020 sebesar $13.3 miliar atau 72 persen dari PDB Laos. Itu senilai 67.3 persen dari PDB di tahun 2019.
"Total utang publik dan jaminan publik telah mencapai tingkat kritis, membahayakan stabilitas makroekonomi," kata Bank Dunia baru-baru ini.
Tapi pertanyaan utamanya adalah benarkah Laos membutuhkan proyek super mahal ini?
Pertama Laos adalah negara miskin yang berpopulasi 7.41 juta orang dengan 65 persen dari mereka tinggal di daerah pedesaan. Sebagian besar orang Laos tidak mampu melakukan perjalanan dengan kereta berkecepatan tinggi dan mahal ini.
Laos merupakan negara dengan kepadatan penduduk yang rendah. Negara tersebut hanya memiliki 32 orang yang tinggal per kilometer persegi. Anda akan terkejut mengetahui bahwa Vientiane, kota terbesar di Laos, hanya memiliki 196,731 orang.
Sangat jelas bahwa jalur kereta api ini hanya menguntungkan China. Ini adalah bagian dari Inisiatif Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI) yang ambisius, inisiatif pembangunan infrastruktur senilai $1 triliun dan untuk menghubungkan China dengan banyak negara.
Sebagai bagian dari BRI, jalur kereta api baru akan berlanjut dari Vientiane melintasi jembatan baru yang direncanakan di Sungai Mekong ke Nong Khai di Thailand dan kemudian, akhirnya, sampai ke Singapura.