"Reshoring akan dilakukan secara parsial dan terbatas. Rantai pasokan pasar massal masih menghadapi tekanan diversifikasi dan relokasi," kata Roy Chun Lee, direktur Pusat Penelitian Hukum Ekonomi Taiwan.
Pasca COVID-19, integrasi regional mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain dan dari satu wilayah ke wilayah lainnya.
"Integrasi regional Asia semakin mendalam, dengan berbagai tingkat integrasi di berbagai dimensi dan subregional yang berbeda ," ujar Park, yang ahli dalam kerjasama dan integrasi regional.
Menurut Park, COVID-19 dapat membalikkan kemajuan yang telah dicapai dari perdagangan terbuka, investasi dan mobilitas namun digitalisasi dapat membantu memulihkan dan menghubungkan kembali pada periode pasca COVID-19.
Park juga menekankan peran penting kesepakatan regional seperti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dan Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif (CPTPP) dalam integrasi regional.
"RCEP dapat lebih memperdalam integrasi regional. Penandatanganan RCEP telah membangkitkan kembali minat dalam kerja sama Asia-Pasifik," kata Park.
RCEP ditandatangani oleh 10 negara ASEAN, China, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru pada tahun 2020.
CPTPP ditandatangani pada tahun 2018 oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Vietnam, Jepang, Australia, Selandia Baru, Kanada, Chili, Peru dan Meksiko.
Menurut Roy, baru-baru ini China dan Taiwan telah mendaftar untuk bergabung dengan CPTPP.
Hal yang paling menarik dari integrasi ekonomi ASEAN dan Asia Timur pasca COVID-19 adalah Taiwan, ekonomi terbesar keempat di Asia Timur. Peran apa yang dapat dimainkan Taiwan dalam periode pasca COVID-19?
"Taiwan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan ekonomi hijau, transformasi digital dan integrasi ekonomi regional antara ASEAN dan Asia Timur," kata Arisman, direktur eksekutif CSEAS dan moderator webinar.