Tetapi kita juga harus realistis.
"Pandemi tidak berakhir tetapi malah memuncak di Asia. Namun pemulihan sedang berlangsung," kata Jayant Menon dari ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura.
Pemulihan, kata Menon, mungkin beragam dan tidak pasti. Oleh karena itu semua negara harus mulai membuka perbatasan secara bertahap dan meningkatkan mobilitas domestik.
Kita benar-benar tidak tahu tentang sifat sebenarnya dari pemulihan dan integrasi ekonomi antara dua kawasan Asia yang dinamis pada periode pasca COVID-19. Tetapi semua negara harus berusaha untuk meningkatkan pembangunan kapasitas mereka.
"Negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara menghadapi masalah yang sama yaitu keterbatasan kapasitas ekonomi akibat pandemi. Mereka harus meningkatkan kapasitas pembangunan di masa pasca COVID-19," ujar Raldi Hendro Koestoer dari Universitas Indonesia, Depok.
Raldi berbicara tentang ekonomi sirkular di tengah pandemi di webinar. Ia mengatakan ekonomi sirkular sangatlah penting bagi Indonesia.
"Penerapan ekonomi sirkular diharapkan menjadi salah satu kebijakan dan terobosan strategis dalam membangun kembali Indonesia yang lebih tangguh pascapandemi COVID-19, dengan penciptaan lapangan kerja hijau dan melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan sumber daya," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Suharso Monoarfa belum lama ini.
Integrasi regional Asia, yang dimulai jauh sebelum COVID-19 melalui peningkatan infrastruktur, konektivitas dan pergerakan orang, mungkin berdampak buruk di tahun lalu. Tapi tidak lagi.
"Perdagangan melambung dengan sangat cepat, " kata Park Chin-young, direktur Asian Development Bank.
"Asia diperkirakan akan mempertahankan pemulihan perdagangan yang kuat pasca pandemi, namun konfigurasi ulang rantai pasokan global akan menimbulkan tantangan."
Konfigurasi ulang ini, ungkap Park, akan didasarkan pada regionalisasi, diversifikasi dan reshoring berdasarkan otomatisasi.