Pernahkah Anda mendengar tentang pepatah India kuno: "Musuh dari musuh saya adalah teman saya"? Ini adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan hubungan dekat antara Komunis China dan Pakistan yang mayoritas Muslim. Musuh bersama mereka adalah India. Musuh bersama India inilah yang mengubah Pakistan dan China, yang secara ideologis, budaya dan agama berbeda, menjadi teman dekat.
Pakistan adalah negara Muslim pertama di dunia yang mengakui Republik Rakyat China (RRC) pada bulan Januari 1950, setelah beberapa bulan kelahiran RRC pada bulan Oktober 1949. Indonesia dan India juga mengakui RRC pada tahun 1950.
Baik Pakistan maupun China mulai menjalin hubungan diplomatik resmi 70 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 21 Mei 1951. Sejak saat itu keduanya telah menjalin kerjasama yang erat di berbagai sektor dan di kancah internasional.
Selagi menggambarkan hubungan erat antara Islamabad dan Beijing, seorang diplomat Pakistan mengatakan bahwa hubungan antara Pakistan dan China "lebih dalam dari lautan; lebih tinggi dari pegunungan; lebih manis dari madu; kuat seperti baja; teman di segala keadaan; mitra yang baik; teman baik; dan tetangga yang baik".
China mengklaim bahwa mereka memiliki "kemitraan strategis segala keadaan" dengan Pakistan dan menggambarkan Pakistan sebagai sekutu khusus seperti Israel bagi AS di Timur Tengah. Tentu saja, orang Pakistan tidak suka membandingkan mereka dengan orang Israel, mengingat kekejaman Israel terhadap Muslim Palestina.
Presiden China Xi Jinping memanggil Pakistan dengan panggilan sayang "Batie" (Iron Brother).
Tapi itu adalah hubungan antara dua pasangan yang tidak setara. Dengan PDB sebesar AS$16.64 triliun, China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia sedangkan Pakistan dengan PDB senilai $313.87 miliar atau hanya $1,279 pendapatan PDB per kapita, Pakistan merupakan salah satu negara miskin di Asia.
Mari kita lihat bagaimana hubungan antara dua pasangan yang tidak setara ini berkembang selama 70 tahun terakhir?