Dengan semua tindakan pemaksaan dan penindasan di LCS, China telah muncul sebagai ancaman besar bagi perdamaian, stabilitas dan persatuan ASEAN.
Sejauh ini, China terlihat seperti musuh yang menyamar sebagai teman.
Apa yang bisa dilakukan ASEAN?
Dalam situasi saat ini, pemain global AS dan UE, di kawasan Indo-Pasifik pemain regional seperti India, Jepang dan Australia menantang pengaruh China secara global dan tindakan koersif di LCS.
Negara-negara ASEAN harus menyadari bahwa China sangat bergantung pada ASEAN, bukan sebaliknya. Sejak tahun 2020, ASEAN telah menjadi pasar terbesar China di dunia. ASEAN sekarang berinvestasi besar-besaran di China daripada China di ASEAN. Lebih banyak turis ASEAN yang mengunjungi China daripada turis China yang mengunjungi ASEAN.
Sudah waktunya bagi ASEAN untuk menggunakan pengaruh ekonomi ini secara kolektif untuk menjinakkan China yang agresif. ASEAN tidak boleh membiarkan China mendikte persyaratannya ke ASEAN.Â
Sejauh ini, China telah meraup keuntungan besar dari ASEAN. Sekarang ASEAN harus memikirkan bagaimana menyeimbangkan perdagangan dengan China dan mencari keuntungan bersama dengan pijakan yang sama.Â
ASEAN harus menjalin kemitraan baru dengan pemain global lainnya untuk menyeimbangkan hegemoni China di kawasan ASEAN. Jika ASEAN tidak bangkit, setelah Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang ditandatangani baru-baru ini berlaku efektif di tahun-tahun mendatang, ASEAN akan menjadi wilayah kekuasaan atau didominasi oleh China. RCEP diharapkan untuk lebih banyak menguntungkan China daripada ASEAN. Belum terlambat bagi ASEAN untuk bertindak.
Â
Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H