Polisario menjalankan kamp pengungsi dengan tangan besi. Tidak ada opisisi politik atau kelompok lain selain Polisario yang diperbolehkan. Ini adalah kediktatoran satu partai di Polisario, yang berbicara tentang pembebasan dan kebebasan di Sahara Barat. Sungguh, menurut aktivis, semua kamp pengungsi adalah penjara terbuka. Â
"Saya menghabiskan 40 tahun di Tindouf dan saya tidak pernah memiliki hak untuk memilih atau menjadi kandidat dalam pemilihan mana pun," kata El Bihi, yang juga presiden Liga Sahara untuk Demokrasi dan Hak Asasi Manusia.
Human Rights Watch (HRW) seringkali mengkritik Polisario dan Aljazair atas pelanggaran HAM berat di kamp-kamp pengungsi Tindouf.
Mereka telah mengecam di Polisario untuk mengadili warga sipil di pengadilan militer. Pihaknya juga mempertanyakan kewenangan hukum Polisario untuk mengontrol kamp pengungsian.
Menurut HRW, sudah menjadi tanggung jawab Aljazair sebagai negara tuan rumah untuk menjaga hukum dan ketertiban di kamp-kamp pengungsi. Ini juga merupakan tanggung jawab Aljazair untuk memastikan bahwa semua hak asasi manusia para pengungsi dihormati di wilayahnya.
Sayangnya, Aljazair memberikan kewenangan penuh kepada Polisario untuk menguasai kamp pengungsi mewakili negara.
Ribuan pengungsi Sahrawi telah hidup dalam kondisi yang mengerikan di Tindouf selama lebih dari 45 tahun. Sebagai solusi untuk mengakhiri penderitaan mereka, Maroko telah menawarkan proposal otonomi penting untuk Sahara Barat. Banyak negara di dunia, termasuk AS, yang mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat pada tanggal 10 Desember 2020, mendukung proposal Maroko. Tapi Polisario, dengan dukungan tuannya Aljazair, mengakhiri gencatan senjata 1991 tahun lalu dengan Maroko.
Aljazair secara terbuka mendukung organisasi separatis bersenjata seperti Polisario dan mengizinkan wilayahnya melancarkan serangan oleh Polisario di Maroko. Ini adalah tindakan tidak ramah dari Aljazair terhadap tetangganya Maroko. Tetapi Maroko ingin menormalisasikan hubungannya dengan Aljazair.
Masyarakat internasional harus menekan Aljazair untuk menghentikan aktivitas militer Polisario dan mengakhiri penderitaan rakyat Sahrawi. Perdamaian adalah satu-satunya solusi bagi huru-hara di Sahara Barat.Â
Penulis adalah jurnalis senior yang tinggal di Jakarta. Ia mengunjungi Sahara Maroko pada tahun 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H