Trump dengan berani menantang tindakan agresif dan ilegal China di Laut China Selatan (LCS) dan membela demokrasi di Hong Kong. Masih harus dilihat ke arah mana hubungan antara AS dan China akan bergerak di bawah pemerintahan Biden dalam empat tahun ke depan.
Dalam pidatonya, Xi menegaskan bahwa ia akan menentang Perang Dingin yang baru.
"Membangun lingkaran kecil atau memulai Perang Dingin baru [...] hanya akan mendorong dunia ke dalam perpecahan dan bahkan konfrontasi," ungkap Xi.
"Kita harus menghormati dan mengakomodasi perbedaan, menghindari campur tangan dalam urusan internal negara lain dan menyelesaikan perselisihan melalui konsultasi dan dialog. Sejarah dan kenyataan telah memperjelas, berkali-kali, bahwa pendekatan antagonisme dan konfrontasi yang salah arah, baik dalam bentuk perang dingin, perang panas, perang perdagangan atau perang teknologi, pada akhirnya akan merugikan kepentingan semua negara dan merusak kesejahteraan semua orang," jelas Xi.
"Kita harus menolak Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman dan mentalitas zero-sum game, saling menghormati dan mengakomodasi, serta meningkatkan kepercayaan politik melalui komunikasi strategis. Penting bagi kita untuk tetap berpegang pada konsep kerjasama yang didasarkan pada saling menguntungkan, menolak kebijakan-kebijakan beggar-thy-neighbor yang berpikiran sempit, dan menghentikan praktik sepihak untuk menyimpan keuntungan dalam pembangunan untuk diri sendiri."
Saat menanggapi pidato Xi, sekretaris pers baru Gedung Putih Jen Psaki mengatakan bahwa Washington akan mendekati Beijing dengan "kesabaran strategis" dan AS selalu menganggap China sebagai "pesaing serius".
"Kami berada dalam persaingan serius dengan China, persaingan strategis dengan ciri khas China di abad ke-21. China terlibat dalam perilaku yang merugikan pekerja Amerika, menumpulkan keunggulan teknologi kami dan mengancam aliansi dan pengaruh kami dalam organisasi internasional," ungkap Psaki pada China selama konferensi pers baru-baru ini.
"Apa yang telah kami lihat selama beberapa tahun terakhir adalah bahwa China tumbuh lebih otoriter di dalam negeri dan lebih tegas di luar negeri dan Beijing sekarang menantang keamanan, kemakmuran dan nilai-nilai kami dengan cara yang signifikan yang memerlukan pendekatan baru AS, dan ini adalah salah satu alasan seperti yang kami bicarakan sedikit sebelumnya, bahwa kami ingin melakukan pendekatan dengan kesabaran strategis," kata Psaki.
Pidato Presiden Xi enak dibaca atau didengar tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Tindakan China di lapangan tidak sesuai dengan kata-kata Xi di WEF.
Ia berkata bahwa yang kuat tidak boleh menggertak yang lemah. Komentar Xi adalah lelucon besar. China yang kuat telah menindas negara-negara Asia Tenggara yang lemah seperti Vietnam, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan bahkan Indonesia, yang bukan merupakan negara penuntut, di LCS. China juga mengancam Taiwan melalui intimidasi.Â
Anehnya, Xi mengatakan bahwa China menghormati hukum internasional, yang tentu saja tidak ada yang percaya.