Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pakistan Menghadapi Banyak Krisis Sekaligus

28 Januari 2021   07:34 Diperbarui: 28 Januari 2021   08:05 2736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Partai Oposisi Liga Muslim Pakistan-Nawaz Maryam Nawaz mengikuti protes anti-pemerintahan di bulan November 2020 di sebuah kota di Pakistan. | Sumber foto: Twitter feed dari Maryam Nawaz

Tingkat pengangguran Pakistan mencapai 4.45 persen pada tahun 2020 dan mungkin akan meningkat akibat COVID-19. Surat kabar India The Hindustan Times melaporkan dengan mengutip Survei Ekonomi tahunan Pakistan tahun 2019 hingga 2020 memperkirakan bahwa jumlah orang yang kehilangan pekerjaan akan berada di antara 1.4 juta hingga 18.5 juta jika bisnis di negara itu ditutup secara luas.

Sejak pendiri partai Tehreek-e-Insaf (PTI) Imran Khan mendapatkan kekuasaan pada tahun 2018 dengan janji-janji besar, ekonomi Pakistan telah melambat dengan cepat. Pada tahun pertama, ekonomi hanya tumbuh 1.8 persen, penurunan yang besar dari 5.53 persen pada tahun 2017. Pakistan jatuh ke dalam resesi karena ekonominya menurun -0.4 persen akibat pandemi COVID-19 dan pengelolaan yang kurang baik. 

Orang-orang berada dalam situasi yang sangat sulit. Di satu sisi, banyak dari mereka kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Harga makanan naik seperti yang lainnya. Misalnya, tingkat inflasi di tahun 2020 telah naik ke level rekor 10.7 persen, lompatan besar dari 4.7 persen pada tahun 2018.

Rakyat Pakistan kehilangan kepercayaan pada pemerintah koalisi Imran. Mereka turun ke jalan untuk memprotes manajemen ekonomi yang kurang tepat, penanganan pandemi COVID-19, pengangguran massal dan harga pangan. Partai oposisi berada di garis depan protes untuk menuntut pengunduran diri Imran.

Pemimpin Partai Oposisi Liga Muslim Pakistan-Nawaz Maryam Nawaz mengikuti protes anti-pemerintahan di bulan November 2020 di sebuah kota di Pakistan. | Sumber foto: Twitter feed dari Maryam Nawaz
Pemimpin Partai Oposisi Liga Muslim Pakistan-Nawaz Maryam Nawaz mengikuti protes anti-pemerintahan di bulan November 2020 di sebuah kota di Pakistan. | Sumber foto: Twitter feed dari Maryam Nawaz
Partai oposisi menuduh bahwa Imran tidak dipilih oleh rakyat tetapi dipilih oleh militer yang kuat.

Faktanya, jauh sebelum datangnya pandemi COVID-19, perekonomian Pakistan sedang dalam kondisi yang buruk.

Pada saat itu Pakistan berjalan dengan menggunakan dana talangan atau paket Extended Fund Facility dari Dana Moneter Internasional (IMF) senilai AS$6 miliar. Namun program tersebut terhenti pada bulan Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.

Imran menyalahkan kekacauan saat ini pada pendahulunya, yang menempatkan negara dalam jebakan hutang. Pada tanggal 30 September 2020, total utang dan kewajiban Pakistan mencapai $280 miliar, lebih besar dari PDB negara yang senilai $278.22 miliar.

Ironisnya, sekitar sepertiga dari total APBN digunakan untuk pembayaran utang dan 20.3 persen digunakan untuk anggaran militer. Jadi, lebih dari 50 persen APBN hanya digunakan untuk membayar utang dan anggaran pertahanan.

Orang Pakistan sangat malang karena memiliki begitu banyak masalah yang kompleks. Pakistan memiliki pendapatan per kapita PDB yang rendah hanya $1,325 pada tahun 2019, penurunan besar dari $1,625 pada tahun 2018. Pakistan juga memiliki standar hidup yang rendah serta tingkat kemiskinan yang tinggi. Negara Asia Selatan ini memiliki sistem pendidikan di bawah standar.

Alasan utama dari semua masalah ini adalah para jenderal Pakistan yang rakus dan haus akan kekuasaan, politisi korup dan birokrat yang tidak kompeten, yang menjarah negara selama lebih dari tujuh dekade. Korupsi merajalela. Pakistan berada di peringkat 120 dari 180 negara pada Indeks Persepsi Korupsi dari  Transparency International 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun