Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Proyek-proyek BRI dari China Bermasalah di Pakistan

29 Oktober 2020   12:33 Diperbarui: 29 Oktober 2020   12:36 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lt. Gen (purnawirawan) Asim Saleem Bajwa | Sumber: Twitter Asim Saleem Bajwa

Oleh Veeramalla Anjaiah

Proyek ambisius Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), dengan berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan senilai AS$62 miliar, saat ini sedang menghadapi masalah besar dalam penerapannya di negara Pakistan.

Badai terbaru datang dari dugaan keterlibatan Letnan Jenderal (Purn) Asim Saleem Bajwa, ketua dari CPEC Authority (CPECA), dalam skandal korupsi.

Bajwa tidak mengungkapkan kepada publik dan pemerintah, wajib bagi pejabat pemerintah, tentang bisnis besar-besaran istri dan putranya.

Menurut FactFocus, situs web jurnalisme data, adik laki-laki Bajwa membuka jaringan restoran pizza Papa John pertama mereka di Amerika Serikat pada tahun 2002. Rantai restoran ini sekarang bernilai $39.9 juta dan memiliki 133 restoran. Istri Bajwa, Farrukh Zeba dan putranya memiliki saham dalam rantai ini, tetapi juga di 99 perusahaan di empat negara. Kekayaan bersih keluarga Bajwa adalah senilai $52.7 juta.

Bajwa ditunjuk sebagai Asisten Khusus Perdana Menteri Bidang Informasi dan Penyiaran pada tanggal 28 April 2020. Di bulan Juni, Bajwa menyatakan dalam pernyataan aset dan kewajibannya bahwa sejumlah $18,468 adalah investasi atas nama istrinya dan dia dan istrinya tidak memiliki "harta tak bergerak" di luar Pakistan. Tetapi FactFocus melaporkan bahwa pada bulan Agustus keluarga Bajwa memiliki properti senilai $14.5 juta di AS saja.

Bajwa bukan satu-satunya jenderal yang mengumpulkan jutaan dolar di Pakistan.

Menurut buku tahun 2007 berjudul Military Inc.: Inside Pakistan's Military Economy oleh Dr. Ayesha Siddiqa, militer Pakistan, termasuk para jenderalnya, baik yang aktif maupun yang sudah pensiun, dan yayasan memiliki aset senilai lebih dari $13 miliar. Hampir semua jenderal adalah jutawan. Ayesha adalah mantan pegawai dari Menteri Pertahanan Pakistan. Buku itu dilarang oleh Pakistan.

Bajwa akhirnya berhenti dari jabatannya sebagai asisten khusus perdana menteri pada 12 Oktober 2020 setelah mendapat kritik besar-besaran dari media dan publik Pakistan. Tapi dia tetap menjabat sebagai ketua CPECA. 

Skandal Bajwa merupakan kejadian yang memalukan bagi China dan Presiden Xi Jinping. Bagaimanapun, CPEC adalah proyek unggulan di bawah inisiatif Belt and Road Initiative (BRI) untuk membangun proyek infrastruktur bernilai miliaran dolar di 70 negara di seluruh dunia.

Dengan memanfaatkan pertumbuhan kekayaannya yang cepat serta kekuatan militernya, China ingin mendominasi dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Presiden Xi telah meluncurkan inisiatif One Belt One Road pada tahun 2013 dan kemudian berganti nama menjadi BRI pada tahun 2016. Ide BRI diresmikan oleh Xi pertama kali di Indonesia dan Kazakhstan pada tahun 2013.

Xi sangat memuji CPEC ketika diluncurkan pada tahun 2015 dan berharap ini akan menjadi tanda dalam kemitraan strategis dan kooperatif China-Pakistan.

Xi, yang menjadi terkenal dengan kampanye anti-korupsinya dalam Partai Komunis China yang berkuasa dan pemerintah China, tidak senang melibatkan ketua CPECA dalam skandal korupsi. Beberapa kritikus mengatakan bahwa Xi menekan lawan politik domestiknya atas nama kampanye anti korupsi.

Xi tiba-tiba membatalkan kunjungannya ke Pakistan tahun ini dengan alasan pandemi COVID-19 tetapi banyak yang menduga bahwa ia tidak senang dengan kemajuan CPEC di Pakistan.

Sejak diluncurkan pada tahun 2015, militer Pakistan, institusi kuat yang memiliki kepentingan bisnis besar di negara tersebut, ingin mengambil bagian besar dalam proyek CPEC. Militer Pakistan mendorong pembentukan CPECA pada tahun 2020. Dengan terpilihnya Bajwa sebagai ketua CPECA, ambisi militer Pakistan terpenuhi.

Pemerintah Pakistan saat ini di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Imran Khan sangat terkait dengan militer. Partai oposisi Pakistan menuduh bahwa militer memainkan peran utama dalam kemenangan partai Imran Khan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) dalam pemilu 2018.

Faktanya, itu adalah niat China untuk memberikan suara besar bagi militer Pakistan dalam proyek-proyek CPEC. Niatnya, menurut para aktivis dan partai oposisi Pakistan, baik dari China yang dikuasai Komunis maupun militer Pakistan yang kuat adalah sama karena keduanya ingin mengesampingkan kerangka demokrasi dan mengeksploitasi sumber daya alam Pakistan untuk memberdayakan kerajaan bisnis mereka.  

CPEC telah kehilangan relevansi dan kepentingannya karena situasi politik, ekonomi dan strategis yang berubah dengan cepat di Pakistan dan di Asia, kata seorang sarjana dari German Marshall Fund.

"Masalah yang dihadapi oleh China Pakistan Economic Corridor (CPEC) - unggulan dari Belt and Road Initiative (BRI) China - mungkin merupakan demonstrasi paling meyakinkan bahwa model BRI yang telah ada selama beberapa tahun terakhir tidak lagi berkelanjutan," Kata Andrew Small kepada jurnal The Diplomat baru-baru ini.

Dari $62 miliar yang direncanakan, menurut Small, hanya $25 miliar yang diinvestasikan dalam proyek-proyek, kebanyakan bendungan, pembangkit listrik, pelabuhan dan jalanraya. Dan beberapa di antaranya berakhir dengan masalah.

Ada juga ketidakpuasan yang meningkat di antara orang-orang Pakistan tentang proyek-proyek China. Pada bulan Juli, terjadi ketegangan di antara para pekerja China dan pihak keamanan Pakistan. Nelayan Pakistan memprotes kedatangan 20 kapal pukat ikan laut dalam China untuk menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif di provinsi Sindh dan Baluchistan. Nelayan mengatakan bahwa orang China akan menghabiskan sumber daya ikan dan mereka akan kehilangan pendapatan.

China juga berencana untuk membangun dua bendungan besar di sungai Neelam dan Jhelum di Kashmir yang diduduki Pakistan, sebuah wilayah yang secara resmi diklaim oleh India, dengan mengubah demografi dan struktur ekologi daerah tersebut. Ada juga protes besar baru-baru ini di Muzaffarabad.

Tidak hanya di Pakistan, banyak proyek terkait BRI yang menghadapi berbagai masalah di berbagai negara. Dalam banyak kasus, proyek-proyek ini tidak memberikan banyak manfaat bagi masyarakat setempat. Beberapa negara telah jatuh ke dalam diplomasi jebakan utang China.

Misalnya, proyek kereta cepat mahal antara Jakarta dan Bandung dari China, hanya akan menambah utang kita. Apakah kita membutuhkan kereta berkecepatan tinggi untuk jarak yang sedemikian pendek? Seperti yang diperkirakan, proyek tersebut sekarang terhenti sementara.

Demikian pula halnya di Pakistan, negara yang menghadapi masalah ekonomi yang sangat besar seperti kemiskinan, pengangguran, malnutrisi, buta huruf, inflasi tinggi dan kesehatan. Proyek CPEC akan menambah lonjakan utang luar negeri Pakistan.

Meningkatnya kasus protes, korupsi, salah urus dan pemindahan orang tidak akan ideal untuk proyek CPEC. Penderitaan rakyat telah meningkat sementara jenderal militer, baik aktif dan pensiunan, politisi serta birokrat menjadi lebih kaya karena korupsi.

Penulis adalah seorang wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun