Perang berlanjut hingga tahun 1994, ketika gencatan senjata disepakati. Amerika Serikat, Rusia dan Perancis merupakan mediator untuk mencapai perdamaian di Kaukasus Selatan di bawah Proses Minsk dari Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE).
Indonesia, teman dekat Azerbaijan, ingin Armenia menghormati resolusi DK PBB dan kedua pihak yang bertikai harus menyelesaikan masalah tersebut melalui negosiasi damai di bawah Proses Minsk.
"Indonesia sepenuhnya menghormati integritas teritorial Azerbaijan dan mengakui Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan. Resolusi DK PBB jelas mengidentifikasi bahwa Nagorno-Karabakh adalah wilayah yang diduduki," mantan Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie mengatakan belum lama ini.
 Azerbaijan selalu berterima kasih kepada Indonesia atas dukungannya yang terus menerus di berbagai forum internasional.Â
"Kami selalu berterima kasih kepada Indonesia dan rakyatnya yang secara terbuka mendukung keutuhan wilayah kami di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Kerja Sama Islam dan Gerakan Non-Blok," kata Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Jalal Mirzayev kepada penulis, Jumat lalu.
"Kami orang Indonesia ingin Azerbaijan dan Armenia hidup dengan damai. Masalah Nagorno-Karabakh harus diselesaikan sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB dan melalui negosiasi damai. Itu cara yang terbaik," ujar Dr. Arisman, direktur eksekutif salah satu lembaga pemikir terkemuka di Indonesia Pusat Studi Asia Tenggara (Center for Southeast Asian Studies -- CSEAS), kepada penulis, hari Minggu. Â Â
Orang mungkin bertanya mengapa Armenia, sebuah negara kecil dibandingkan dengan Azerbaijan, menduduki Nagorno-Karabakh dan melakukan genosida terhadap warga Muslim Azerbaijan.
Sederhananya, Armenia mengatakan bahwa mayoritas orang yang tinggal di Nagorno-Karabakh adalah orang Armenia. Itulah mengapa wilayah tersebut harus menjadi milik Armenia.
"Ini omong kosong dan tidak masuk akal. Kita punya negara-negara seperti Uni Emirat Arab [87.9 persen], Qatar [78.7 persen] dan Kuwait [72.1 persen] dengan penduduk pendatang atau melebihi dari penduduk asli. Haruskah kita mengatakan negara-negara ini milik orang asing?" jelas Sanjeevini Pertiwi, seorang wanita muda yang baru saja lulus dari universitas.Â
Lebih lanjut, Sanjeevini menyatakan bahwa di Nagorno-Karabakh tidak ada etnis Azerbaijan yang tinggal di sana sekarang. Mengapa?
"Armenia mengusir semua orang Azerbaijan dari Nagorno-Karabakh dan menghancurkan rumah mereka. Mereka melakukan genosida dengan membunuh warga sipil yang tak bersenjata, anak-anak perempuan dan orang tua di Khojaly, sebuah kota kecil di Nagorno-Karabakh," kata Sanjeevini.
"Saya mengunjungi Azerbaijan beberapa tahun yang lalu. Saya bertemu pengungsi atau pengungsi internal dari Nagorno-Karabakh. Penderitaan mereka sangat besar. Komunitas internasional harus menekan Armenia untuk menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh. Semua pengungsi ini harus kembali ke tanah air mereka," katanya.