Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Inikah Saatnya Indonesia Bekerjasama dengan QUAD?

25 September 2020   09:35 Diperbarui: 25 September 2020   09:50 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

China baru-baru ini telah melakukan reklamasi besar-besaran atas fitur-fitur tanah yang disengketakan di rantai pulau Paracel dan Spratly untuk membuat pulau-pulau buatan dan mengubahnya menjadi instalasi militer.

Kegiatan-kegiatan tersebut "telah mengikis kepercayaan dan keyakinan, meningkatkan ketegangan dan dapat merusak perdamaian, keamanan dan stabilitas di kawasan itu", bunyi pernyataan akhir ARF.

"Para menteri menegaskan kembali kebutuhan untuk meningkatkan rasa saling percaya dan percaya diri, menahan diri dalam melakukan kegiatan yang akan memperumit atau meningkatkan perselisihan dan mempengaruhi perdamaian dan stabilitas serta menghindari tindakan yang dapat memperumit situasi."

Ketika ketegangan regional berkobar di Laut China Selatan, Indonesia, pemimpin de facto ASEAN, telah mendekati negara-negara seperti Jepang dan India. Negara tetangga Indonesia Australia dan AS telah maju untuk menyatukan kesamaan dengan Indonesia untuk menghentikan perilaku ekspansionis China.

Situasi saat ini dengan jelas menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang mendesak akan dukungan penuh dari kawasan Indo-Pasifik kepada Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara yang terkena dampak lainnya.

Dengan letak geostrategisnya, ekonomi terbesar di ASEAN dan 275 juta penduduknya, Indonesia merupakan negara yang sangat penting di kawasan Indo-Pasifik. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki empat titik choke strategis, yang sangat penting bagi perekonomian China, terutama perdagangan lintas lautnya.

Di antara empat titik sempit tersebut, Selat Malaka adalah yang paling penting. Selat Malaka adalah hamparan perairan sempit sepanjang 890 kilometer antara Semenanjung Malaya dan pulau Sumatera di Indonesia yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Samudra Pasifik. Jalur ini sangat penting bagi perekonomian China karena sebagian besar impor minyak dan gasnya dari Teluk, Angola, dan Venezuela melewati selat ini. Ini juga merupakan jalur kehidupan bagi negara-negara Asia Timur lainnya seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong.

Titik penting yang kedua adalah Selat Sunda, yang menghubungkan pulau Sumatera dan Jawa. Sebagian besar kapal Afrika dan Australia menggunakan selat ini dalam perjalanannya ke negara-negara Asia Timur.

Yang ketiga adalah Selat Lombok yang dalam dan lebar. Selat ini menghubungkan Laut Jawa dengan Samudera Pasifik. Letaknya di antara pulau Bali dan Lombok. Selat Lombok adalah selat yang ideal bagi kapal tanker minyak besar dan kapal-kapal raksasa dengan 100,000 tonase bobot mati atau lebih.

Terakhir adalah Selat Ombai yang memisahkan Kepulauan Alor dari Pulau Wetar, Atauro, dan Timor di Kepulauan Sunda Kecil. Selat Ombai secara strategis dan militer sangatlah penting. Karena selatnya sangat dalam dan menyediakan jalur yang tidak terdeteksi bagi kapal selam yang melakukan perjalanan antara samudra Hindia dan Pasifik. Kapal selam China dan Amerika sering melewati selat ini, yang merupakan aset angkatan laut terpenting.

Jadi Indonesia bisa menggunakan keempat selat  ini sebagai manfaat dalam melawan China jika ketegangan memuncak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun