Di bidang ekonomi, China sangat agresif di pasar Asia Tenggara. Berkat perjanjian Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China, barang-barang Tiongkok menikmati tarif nol sementara barang-barang Taiwan harus bersaing ketat dengan barang-barang Cina.
Kurangnya hubungan diplomatik dan kesepakatan tentang berbagai masalah juga menjadi masalah besar bagi investor Taiwan ketika bersaing dengan investasi China. China telah memberikan banyak tekanan pada Indonesia untuk memotong atau mengurangi beberapa kegiatan TETO, di luar bidang ekonomi dan perdagangan.
China selalu protes keras setiap kali TETO menggunakan nama Republik China atau ROC.
Taiwan dan Indonesia harus mengeksplorasi kemungkinan penandatanganan perjanjian perlindungan investasi dan pencegahan pajak berganda.
Di sisi politik, pengaruh Amerika Serikat di Asia sedang menurun sementara China sedang mengisi kesenjangan.
Mega FTA
Taiwan kemungkinan akan menghadapi masalah serius dari perjanjian perdagangan bebas besar seperti ACFTA (ASEAN China Free Trade Area), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) atau  Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pacific (CPTPP).
Dengan FTA besar ini, produk Taiwan bisa menjadi kurang kompetitif. Itulah mengapa Taiwan harus berinvestasi lebih banyak dalam menghasilkan produknya di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina.
Taiwan harus menemukan cara untuk menandatangani perjanjian perdagangan bebas sebanyak mungkin dengan negara-negara Kebijakan New Southbound.
Proteksionisme
Kebijakan proteksionis Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang disebut sebagai "America First" akan mempengaruhi semua negara, termasuk Taiwan. Ini adalah suatu kemunduran yang besar. Perang dagang Trump akan mengarah kepada situasi kacau dalam perdagangan global.