Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia-Azerbaijan Rayakan 25 Tahun Hubungan Diplomatik

30 September 2017   05:23 Diperbarui: 30 September 2017   05:38 1956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Perdana Menteri Azerbaijan Elchin Afandiyev (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla (kanan) di kantor wakil presiden saat kunjungan Elchin ke Jakarta tahun lalu. | Courtesy of Kedutaan Besar Azerbaijan Jakarta

Waktu berlalu sangat cepat. Bagi banyak orang Indonesia, Azerbaijan masih terlihat seperti sebuah negara baru. Namun ternyata sudah lebih dari 25 tahun. Kelihatannya, salah satu penyebar agama Islam dan ulama Maulana Malik Ibrahim berasal dari Azerbaijan, yang kemudian datang ke Indonesia 600 tahun lalu.

Dua negara besar dengan penduduk mayoritas Islam --- Indonesia dan Azerbaijan --- sedang merayakan hari peringatan ke-25 atas terbentuknya hubungan diplomatik antar kedua negara. Hubungan ini --- yang terbentuk pada tanggal 24 September 1992 --- telah tumbuh "dengan sangat cepat dan dinamis" selama 25 tahun terakhir.

Azerbaijan dan Indonesia mungkin terlihat jauh secara geografis namun di dalam hati mereka sangat dekat  karena berbagai alasan.

Pertama, mayoritas warga dari kedua negara menganut versi Islam moderat dan toleran. Kedua negara adalah anggota aktif dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI), yang menjadi wakil bagi 2 milyar orang Muslim.

Kedua, demokrasi, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan politk kedua negara. Sekitar seratus tahun yang lalu, Azerbaijan menjadi negara republik demokratis pertama di dunia Muslim Timur. Pada tahun 1918, wanita Azerbaijan diberi hak suara, jauh lebih cepat dibanding AS. Kehidupan negara republik muda ini berakhir hanya dalam waktu kurang dari dua tahun setelah Uni Soviet menggabungkannya pada tahun 1920.

Indonesia, rumah bagi populasi Muslim terbesar di dunia, saat ini merupakan negara demokrasi terbesar kedua di Asia setelah India. Indonesia juga merupakan pemimpin de facto dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berusia 50 tahun.

Hubungan ekonomi

Hubungan ekonomi antara Azerbaijan dan Indonesia sangat baik. Hubungan politik di  tingkat tinggi berkembang dengan cepat berdasarkan prinsip persaudaraan dan saling mendukung. Indonesia mengakui integritas dan kedaulatan wilayah Azerbaijan, begitu juga sebaliknya.

Indonesia mengakui kemerdekaan Azerbaijan pada tanggal 28 Desember 1991, hanya 71 hari setelah Azerbaijan merdeka untuk kedua kalinya setelah runtuhnya Uni Soviet.

Dengan dibukanya Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta pada 12 Februari 2006, sebuah babak baru dibuka dalam sejarah hubungan kedua negara. Dalam waktu singkat, ikatan ekonomi telah berkembang dengan pesat.

Kedua negara sejauh ini telah menandatangani sekitar 12 kesepakatan dan nota kesepahaman untuk meningkatkan kerja sama bilateral.

Azerbaijan, sebuah negara yang kaya akan minyak di Kaukasus Selatan, telah muncul sebagai salah satu pemasok utama minyak mentah ke Indonesia setelah Arab Saudi selama 10 tahun terakhir.

Sejak 2012 hingga 2015, hasil kumulatif perdagangan bilateral mencapai 7 miliar dolar AS, termasuk rekor tertinggi perdagangan bilateral di tahun 2014 senilai 2,42 miliar dolar, dengan Indonesia sebagai pengimpor minyak mentah, bahan kimia, produk makanan, logam besi dan logam non-ferrous dari Azerbaijan, dan juga pengekspor minyak sawit, kopi, kertas, tekstil karet dan kerajinan tangan ke Baku.

Dengan hanya kurang dari 10 juta orang, Azerbaijan telah muncul sebagai mitra dagang terbesar kedua di Indonesia di antara Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) setelah Rusia.

Tapi perdagangan bilateral yang mengesankan ini tidak mencerminkan potensi ekonomi Indonesia dan Azerbaijan yang sebenarnya. Kedua negara harus bekerja keras untuk memanfaatkan potensi yang sangat besar ini agar dapat saling menguntungkan di masa depan.

Indonesia, anggota G20 dengan ekonomi senilai 1 triliun dolar dan 265 juta penduduk, juga menyadari kepentingan strategis Azerbaijan dan membuka kedutaan besarnya di Baku pada 2 Desember 2010.

Kini kedua negara telah fokus untuk memperluas bidang kerjasama ekonomi baru. Azerbaijan ingin menginvestasikan sebagian dari kekayaan minyaknya di sektor energi, pertambangan, infrastruktur dan manufaktur Indonesia yang menjanjikan.

Indonesia juga berusaha mengubah Baku sebagai pintu gerbang negara-negara CIS untuk produk utamanya. Indonesia juga berusaha untuk menarik wisatawan Azerbaijan ke Indonesia.

Hubungan politik

Azerbaijan dan Indonesia memiliki pandangan politik yang sama mengenai banyak isu internasional seperti pluralisme, terorisme, demokrasi, perdamaian dan toleransi. Keduanya adalah anggota aktif OKI, PBB dan Gerakan Non-Blok.

Secara bilateral, kedua pemimpin negara tersebut memiliki hubungan yang baik dan secara teratur bertemu di sela-sela acara internasional. Beberapa kunjungan tingkat tinggi dari kedua negara telah berlangsung dalam dekade terakhir.

Azerbaijan selalu berterima kasih kepada Indonesia atas dukungan terus-menerusnya terhadap masalah integritas teritorial Azerbaijan, terutama terkait masalah kedudukan ilegal Armenia di wilayah Azerbaijan yang disebut Nagorno-Karabakh.

Tepat setelah pemisahan Azerbaijan dari Uni Soviet pada tahun 1991, Armenia yang mayoritas penduduknya beragama Kristen menyerang Azerbaijan dan merebut 20 persen wilayahnya, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik lain di sekitarnya.

Indonesia bersama dengan negara-negara anggota OKI lainnya mengecam keras agresi Armenia tersebut. Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengecam agresi Armenia dan mengeluarkan empat resolusi, yang menuntut penarikan segera pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan.

Baru-baru ini, Duta Besar RI untuk Azerbaijan Husnan Bey Fenani mengatakan kepada media kantor berita Apa di Baku bahwa Indonesia selalu mendukung dan akan mendukung Azerbaijan dalam masalah Nagorno-Karabakh karena yang Nagorno-Karabakh merupakan wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional. Indonesia ingin agar Armenia dan Azerbaijan menyelesaikan masalah Nagorno-Karabakh dengan cara damai.

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Nur Kholis (belakang; kedua dari kanan) bersama dengan Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Garayev (belakang; kanan) berfoto bersama dengan anak-anak pengungsi, atau internal displaced persons (IDPs), dari Azerbaijan di salah satu sekolah yang berada di luar kota Baku. Foto ini diambil pada tahun 2015. | Veeramalla Anjaiah
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Nur Kholis (belakang; kedua dari kanan) bersama dengan Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Garayev (belakang; kanan) berfoto bersama dengan anak-anak pengungsi, atau internal displaced persons (IDPs), dari Azerbaijan di salah satu sekolah yang berada di luar kota Baku. Foto ini diambil pada tahun 2015. | Veeramalla Anjaiah
Ikatan budaya

Karena warisan Islam yang serupa, budaya kedua negara memiliki banyak kesamaan. Bahasa Azerbaijan dan Bahasa Indonesia memiliki banyak kata yang sama berkat warisan Islam.

"Kami memiliki sekitar 2.000 kata dalam bahasa Azerbaijan yang serupa dengan bahasa Indonesia," kata Prof. Habib Zarbaliyev beberapa waktu yang lalu.

Zarbaliyev adalah seorang Indonesianis terkenal di Azerbaijan yang mendedikasikan karyanya untuk mempromosikan Indonesia dan bahasa Indonesia di Azerbaijan.

Pada abad ke-18, penjelajah Azerbaijan Haj Zainal A. Shirwani mengunjungi Jawa dan tinggal lama di Batavia, kota yang menjadi Jakarta saat ini. Sampai saat ini, orang percaya bahwa Shirwani adalah orang Azerbaijan pertama yang berkunjung ke Indonesia. Baru-baru ini, ada sebuah bukti baru yang muncul bahwa pada abad ke-15 ada seorang cendikiawan  Azerbaijan bernama Maulana Malik Ibrahim mengunjungi Indonesia dan menyebarkan agama Islam di Jawa Timur.

Seorang guru besar di  Azerbaijan Prof. Zaur Aliyev dan Duta Besar RI Husnan Bey Fananie mengeluarkan fakta baru tentang Maulana, yang berasal dari Pantai Kaspia di Azerbaijan. Dia pergi ke Samarkand Uzbekistan untuk belajar tentang Islam di abad ke-15. Dari situ ia pergi ke pulau jawa di Indonesia dan menetap disana.

Selama bertahun-tahun, orang Indonesia menganggap bahwa Maulana, yang dikenal sebagai Kakek Bantal dan Sunan Gresik, berasal dari Uzbekistan. Sekarang jelas bahwa Indonesia memiliki hubungan budaya dengan Azerbaijan selama lebih dari 600 tahun.

Turis Azerbaijan banyak yang datan ke Indonesia, khususnya Bali. Banyak orang Indonesia, pejabat tinggi, anggota parlemen, pebisnis, ilmuwan, pemuka agama, politisi, wartawan dan mahasiswa juga mengunjungi Azerbaijan.

Pada tahun 2010, Universitas Bahasa Azerbaijan di Baku bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk membuka Pusat Studi Indonesia. Beberapa tahun yang lalu Kedutaan Besar Azerbaijan di Jakarta juga membuka Pojok Azerbaijan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di Jakarta.

Sejumlah siswa Azerbaijan menerima beasiswa pemerintah Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia, tari, musik dan bentuk seni lainnya.

Dalam 25 tahun ke depan

Kedua negara telah menyadari potensi yang sangat besar di banyak sektor. Terlepas dari hubungan baik ini, ada satu hal yang kurang. Anehnya, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev tidak pernah berkunjung ke Indonesia dan presiden Indonesia juga tidak pernah mengunjungi Azerbaijan.

Duta Besar Husnan mengatakan baru-baru ini bahwa Presiden Azerbaijan akan mengunjungi Indonesia sebelum akhir tahun ini.

 "Sebenarnya, kunjungan tersebut sudah direncanakan di awal tahun. Namun tertunda karena ada beberapa hal yang perlukan dilakukan di Azerbaijan. Kami harap kunjungan tersebut akan dilaksanakan. Indonesia adalah teman dan saudara Azerbaijan dan Azerbaijan akan melakukan segala upaya demi meningkatkan hubungan ini," kata Husnan kepada wartawan Azerbaijan baru-baru ini.

Kunjungan bersejarah presiden Azerbaijan ke Indonesia akan mengubah dinamika hubungan kedua negara dan akan memberikan arah untuk hubungannya selama 25 tahun ke depan. Kedua belah pihak percaya bahwa hubungan bilateral saat ini pasti akan mencapai tingkat strategis yang baru.

Penulis adalah wartawan senior yang tinggal di Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun