Mohon tunggu...
Anizawati
Anizawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Nama : Anizawati

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esay Analisis Teori Maslow Hijabers TikTok

11 Agustus 2022   13:17 Diperbarui: 11 Agustus 2022   13:43 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika konten sejenis tersebut semakin dibiarkan, tentu saja hal itu akan berdampak pada budaya menggunakan media sosial yang semakin tidak etis dan bermoral. Semakin merajalelanya kejadian pelecehan seksual di sekitar kita dapat diiakibatkan hanya karena sebuah konten di TikTok.

Jika ditelaah lebih lanjut dalam teori kebutuhan Maslow, merujuk terhadap kebutuhan paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis manusia seperti, kebutuhan akan rasa aman dan nyaman, kebutuhan kasih sayang, penghargaan, dan aktualisasi diri.

(Mahyuddin, 2017) Kebutuhan sosial dari setiap individu pengguna TikTok juga menjadi pemicu semakin tingginya pengguna platform TikTok di Indonesia,dilihat dari para content creator yang menjamur dimasyarakat seakan - akan mendapatkan motivasi dari beberapa faktor seperti influencer yang memang dikagumi dalam jejaring sosial media. 

Selain itu, dapat ditarik simpulan bahwa setelah mendapatkan motivasi bahwa sebuah konten akan mendapatkan feedback seperti penghargaan maupun rasa kagum dari beberapa pengguna TikTok.

Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih ihwal mengenai sexual harassment, toxic verbal yang dialami oleh perempuan berhijab dengan posisi sebagai content creator.Hal tersebut menarik untuk diteliti mengingat masih tedapatnya pelecehan seksual yang dilakukan terhadap (content creator) perempuan khususnya yang berhijab dalam bentuk toxic verbal.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam kajian tren hijab dihubungkan dengan tiktok tidak ada hubungan langsung antara hijab dan TikTok sebagai media sosial. hijab adalah bagian dari kain untuk wanita dan TikTok adalah media sosial yang sedang populer akhir-akhir ini. Keterkaitan hijab dan TikTok adalah penggunanya. 

TikTok menyediakan user-generate untuk membuat konten dengan mudah diedit dan diposting. Dengan cara yang sama, sebagian besar konten yang disediakan TikTok menari dan ekspresi diri tanpa hambatan. 

Jadi, apakah para wanita menari di media sosial? sementara mereka memakai jilbab adalah bagian dari kewajiban Muslim? Saya berasumsi bahwa fenomena wanita mengenakan jilbab di TikTok akan menjadi perdebatan di antara perspektif Muslim.

Tarian dan erotisme di TikTok menjadi pertanyaan utama nilai-nilai Islami di kalangan Muslim. Ada dua konsep tentang menari dalam Islam. Washington Post merilis berita tentang mempertanyakan menari dalam Islam dengan judul Apakah Muslim diperbolehkan menari? 

Tergantung Anda bertanya. Al-Qur'an tidak pernah menyebut menari sebagai hal yang dianjurkan atau dilarang, tetapi Cendekiawan Muslim mengkaji tarian dalam nilai Islam. Meskipun ada ulama yang melarang menari tetapi ada tradisi menari yang panjang dalam budaya Muslim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun