Pendidikan Seni ini melibatkan sebuah proses pemecahan masalah yang kompleks, dimana menuntut anak-anak untuk bisa berpikir kritis dan analitis. Misalnya, saat membuat karya, anak harus memutuskan warna-warna apa, bentuk-bentuk apa, dan komposisi mana yang tepat. Semua ini memerlukan pemikiran yang dalam dan terstruktur.Â
Seni juga mengajarkan kepada anak-anak cara melihat dunia dari berbagai perspektif, merangsang imajinasi mereka untuk lebih kreatif, serta mempelajari emosi-emosi dan pengalaman manusia lainnya.
Pendidikan Seni dalam Kurikulum Merdeka: Lebih dari Sekadar Ekspresi Kreatif
Dengan mengintegrasikan seni ke dalam Kurikulum Merdeka, pendidikan seni tidak sekadar media ekspresi kreatif. Namun, itu adalah usaha besar untuk menghasilkan insan yang seimbang secara intelektual dan emosional, berwawasan tinggi di bidang IPTEK, berkeimanan kuat, dan berbudi pekerti luhur.Â
Seni memainkan peran penting dalam pengembangan karakter, membantu anak-anak memahami empati, tanggung jawab, serta mengajarkan kepekaan sosial dan budaya.
Bagi generasi yang tumbuh dalam era yang penuh dengan perubahan teknologi dan sosial yang cepat, kreativitas dan kemampuan beradaptasi menjadi lebih penting dari sebelumnya. Pendidikan seni memberikan fondasi bagi anak-anak untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ini, sekaligus membantu mereka merespons dinamika global dengan cara yang inovatif dan humanis.
Membangun Dukungan dari Orang Tua dan Masyarakat
Meski demikian, tantangan terbesar dalam penerapan pendidikan seni secara optimal adalah pada tingkat kesadaran dan dukungan orang tua. Orang tua perlu menyadari bahwa kegiatan seni bukanlah sekadar aktivitas tambahan ataupun hiburan semata. Justru sebaliknya, kegiatan seni merupakan bagian dari perkembangan otak anak yang tidak bisa diabaikan sama sekali.Â
Dengan kegiatan seni, anak-anak belajar berpikir out-of-the-box, melakukan hubungan-hubungan di antara ide-ide yang kelihatannya tidak terkait, serta mengembangkan solusi-solusi kreatif dari sebuah masalah.
Sekolah dan masyarakat pun harus terlibat aktif dalam perubahan paradigma ini. Pendidikan seni harus setara dengan mata-mata pelajaran lain yang lebih "penting." Dengan apresiasi dan ruang yang setara bagi pendidikan seni, kita menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan beragam, di mana anak-anak dapat mengeksplorasi bakat dan minat mereka secara menyeluruh.
Kesimpulan