Hubunganku dan Rey bukanlah sepasang kekasih yang selalu romantis, Rey adalah sahabat terbaik yang Tuhan berikan untukku. Kami sering pergi kemana-mana berdua, dan bahkan mama papaku hanya mengizinkan aku pergi dengan Rey kemapun itu.
Bahkan aku pernah begitu tega, meminta Rey untuk mengantar diriku untuk bertemu dengan laki-laki yang kusukai. Dan saat itu Rey dengan sabar menunggu makan malam aku dengan laki-laki itu. Dan saat pulang Rey memberikan nasehat yang panjang untukku, ia mengatakan laki-laki itu sepertinya tidak bersunggung-sungguh denganku. Yang membuat aku yakin ketika Rey mengatakan dirinya juga melihat saat laki-laki itu berusaha menciumku.
"Mana ada laki-laki yang benar-benar suka sama kita nekad mencari kesempatan dalam kesempitan." Aku mendengar itu dengan acuh, Rey kalau sudah memberikan nasehat persis mamaku. Sesampai kami dirumah, Rey meminta supaya aku tidak pernah lagi pergi dengan laki-laki itu. Tanpa tau mengapa aku menggangguk permintaannya seolah tanpa syarat.
Saat ini, aku benar-benar ingin suara nasehat itu, aku begitu merindukan suaranya. Akankah ada keajaiban yang akan terulang? Aku saat ini sangat inginkan sekedar menggam tangannnya, atau sekdar menatap matnyanya dan aku akan membalas semua cinta yang selama ini ia sembunyikan.
Kadang cinta dan bahagia itu ada didepan mata, tapi focus kita sedang tidak pada orang tersebut kita abai terhadap cinta yang begitu besar. Setelah semuanya pergi bersama puing-puing kenangan cinta yang telah lama tersimpan itu mulai bersinar. Aku mengetahui Rey menyimpan rasa untukku setelah Rey pergi menghilang tanpa jejak. Mungkin rasa kecewanya sangat besar terhadapku sehingga ia pergi.
"Rania, mungkin Rey  ingin memberikan semua ini untuk kamu." Suara lirih mama Rey saat menyerahkan sebuah kotak besar yang tertulis namaku.
"Rania, maafkan aku yang terlalu naif untuk merubah persahabatan kita menjadi sebuah cinta. Aku akan menyimpan setiap kebersamaan kita dalam lembar-lembar  buku ini."
"Semua yang telah kita janjikan dan kemudian aku lupa, itu semua tidak seperti yang kamu tau dulu, aku hanya tidak ingin apupun dariku menjadi milik gadis lain kecuali kamu."
"Kamu adalah pilihan hatiku sejak kita bertemu, aku menikmati setiap pertemuan dengamu dan bahkan aku menunggu diirmu setiap saat. Aku hanya ingin kamu bahagia."
Aku menerima semua tentang cinta dari Rey, tepatnya sehari sebelum aku menyerahkan hidupku pada laki-laki yang melamarku sebulan yang lalu. Aku juga bertanya pada Rey tentang keputusanku menikah, dan aku melihat wajahnya yang bahagia dan memberikan motivasi untukku melanjutkan hidupku. Aku masih mengingat setiap baris katanya "Aku hanya ingin kamu bahagia, dengan siapapun pilihanmu" lalu ia menggenggam tangganku.
Pada saat itu aku adalah wanita paling bahagia yang memiliki sahabat tulus seperti Rey, tapi tidak sekarang. Aku kehilangan orang yang begitu besar mencintaiku. Ia pergi karena pilihanku yang tidak berpihak padanya, aku tidak mengerti apakah aku yang tidak beruntung atau takdir kami yang Tuhan gantikan sementara.