Dalam ruang yang penuh hiruk canda tawa, Ia tersenyum.Â
Dalam ruang yang terkadang bingung, Ia merenung.
Dalam ruang yang terasa hampa, Ia menduga-duga.
Tiap pemberian-Nya, Ia terima.
Dalam nikmat, Ia bersyukur.
Nafas yang melekat, terasa tanpa sekat.
Imaji yang kemudian terwujud.
Esensial.
Detak jam dinding terus berjalan.
Bak halusinasi.
Begitu singkat, lalu senyap.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!