Dalam ruang yang penuh hiruk canda tawa, Ia tersenyum.Â
Dalam ruang yang terkadang bingung, Ia merenung.
Dalam ruang yang terasa hampa, Ia menduga-duga.
Tiap pemberian-Nya, Ia terima.
Dalam nikmat, Ia bersyukur.
Nafas yang melekat, terasa tanpa sekat.
Imaji yang kemudian terwujud.
Esensial.
Detak jam dinding terus berjalan.
Bak halusinasi.
Begitu singkat, lalu senyap.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!