Mohon tunggu...
Anita Rakhmi Shintasari
Anita Rakhmi Shintasari Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menebar manfaat

Sebagai seorang guru, membaca dan menulis menjadi aktivitas yang wajib dan menyenangkan tentunya. Bergabung di blog menjadi wahana untuk berlatih dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berperan sebagai CGP dalam Mewujudkan Kepemimpinan Murid Melalui Tim Peer Educator

18 November 2021   12:27 Diperbarui: 18 November 2021   12:50 4060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapat kesempatan mengikuti pendidikan Program Guru Penggerak Angkatan 4 tahun ini merupakan pencapaian luar biasa bagi diri saya. Banyak hal positif yang saya dapatkan dalam kegiatan ini. 

Jika selama ini saya mengajar dan berusaha mengembangkan diri dengan mengikuti kata hati, maka setelah mengikuti PGP arah perkembangan diri saya menjadi lebih jelas. 

Langkah yang saya susun menjadi lebih terencana sesuai dengan kemampuan dan kapasitas diri saya. Hal ini dilatar belakangi oleh terbukanya wawasan diri saya mengenai filosofi pemikiran KHD yang sangat inspiratif. 

Sebagai CGP sudah tentu saya harus memiliki 5 nilai dasar yaitu Mandiri, Reflektif,Inovatif, Kolaboratif dan Berpihak pada Murid. Dengan bekal nilai ini seorang guru penggerak akan dapat menjalankan perannya dengan optimal. Dan untuk dapat menguasai nilai-nilai dasar ini tentu saja harus dimulai dari diri melalui refleksi yang berkesinambungan dan penuh dengan kejujuran. 

Nilai kemandirian ini dapat diwujudkan jika kita memiliki kesadaran untuk tidak bergantung pada orang lain ataupun lembaga dalam setiap aspek kehidupan kita. 

Misalnya saja mandiri berpikir untuk memutuskan apakah akan mengembangkan diri atau tidak. Jika kita memiliki kemandirian, tentunya melihat pengembangan diri ini sebagai suatu kebutuhan sehingga tidak bergantung pada perintah atasan ataupun pengaruh teman. 

Selanjutnya, ketika kita sudah menguasai nilai-nilai dasar tersebut, tentunya akan lebih mudah bagi kita selaku CGP untuk mewujudkan peran yang diharapkan dari  guru penggerak itu sendiri yang meliputi peran ; Menjadi pemimpin pembelajaran; Menggerakkan komunitas praktisi; Menjadi coach bagi guru lain; Mendorong kolaborasi antar guru dan Mewujudkan kepemimpinan murid. 

Berdasarkan nilai yang sudah saya miliki, saya mulai berusaha untuk dapat mewujudkan peran saya, diantaranya adalah peran mewujudkan kepemimpinan murid.

Peran ini menjadi salah satu bukti aksi nyata yang telah saya lakukan setelah belajar kurang lebih satu bulan terakhir ini. Bentuk kepemimpinan murid ini nampak dari kegiatan murid yang diwadahi dalam kelompok PEER EDUCATOR (PE) atau pendidik sebaya. 

Awal  terbentuknya PE itu sendiri bermula dari program sekolah Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas. Sebagai pengelola program, saya menginisiasi untuk membentuk tim PE. 

Semula saya hanya melibatkan murid yang ditunjuk oleh wali kelas, tetapi seiring berjalannya waktu, saya memotivasi murid untuk dapat meyakinkan teman-teman sebayanya melalui aksi nyata melalui media sosial sehingga semakin banyak murid yang tertarik untuk bergabung di tim PE.

Sudah dua angkatan terakhir ini yang proses rekrutmennya melalui promosi melalui poster di media sosial dengan sistem seleksi pengetahuan dasar memanfaatkan google formulir.  Murid yang lebih dulu berproses sebagai PE telah dapat menangkap pesan yang saya sampaikan dan misi yang saya bawa, yaitu menumbuhkan kepemimpinan murid. 

Mereka berproses bersama melalui diskusi dan juga dinamika yang hangat, saling menghargai dan hampir tidak pernah muncul konflik internal. Kedewasaan berpikir mereka menjadi nilai tambah tersendiri, membuktikan bahwa kegiatan bersama PE mampu menumpuhkan sikap tanggung jawab dan penghormatan yang positif pada murid. 

Saya sebagai pendamping yang menuntun mereka berproses sangat mengapresiasi perkembangan mereka yang luar biasa dengan memberikan seragam untuk dipakai saat kegiatan dari hasil saya menjadi coach bagi guru lain terkait implementasi pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas.  

Aksi nyata ini baru awal bagi saya setelah perjuangan panjang untuk meyakinkan diri dan lingkungan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas bukan hal yang tabu, tetapi dapat membantu remaja untuk tahu dan bertanggungjawab pada diri dan kesehatannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun