Kamu, kamu dan kamu.
Burung-burung ikut meledekku, saat aku bernyanyi tentang dirimu.
Senja seakan cemburu bila disetiap bait puisiku, hanyalah tentang dirimu.
Bulan dan bintang tak lagi menyapaku, sebab aku selalu merindumu.
Pagi berlalu pergi, seakan tak ingin melihatku.Â
Karena Aku asyik bercengkrama denganmu.
Apa istimewanya Dirimu? Akupun tak tahu.
Hanya orang yang merasakan cinta yang mampu menguraikan kata demi kata untuk menjelaskannya.
Jika kau yang datang, mungkin akan beda jadinya. Aku tidak butuh pikir panjang untuk mengambil keputusan.
Memilihmu bukanlah sesuatu yang sulit bagiku. Aku hanya menggerakkan bibirku untuk mengatakan "iya".Â
Mungkin akan banyak pertanyaan yang menyerangku, mengapa Aku memilihmu. Bukankah aku memiliki waktu untuk berbincang dengan Penciptaku meminta yang terbaik.Â
Maaf, Aku telah lama melakukannya. Dan jawabannya selalu dirimu. Aku tak pernah memintamu, tapi Tuhan selalu memberikan isyarat bahwa Kamu orangnya.Â
Aku tak punya alasan mengapa Aku memilihmu. Aku akan selalu menolak yang datang padaku,jika itu bukan dirimu. Akan kuciptakan seribu alasan untuk tidak menerimanya.
Tapi, jika Kamu tidak pernah datang. Apa yang harus Aku lakukan bila akhirnya ada sebait doa yang mampu mendahului takdir ?
Itu bukan karena Aku, tapi sebab kuasaNya. Aku hanya insan yang diciptakan untuk menunggu dan bertahan untuk tetap menjaga harkat dan martabatku sebagai seorang wanita.
Jika itu bukan dirimu, tapi karena Allah meridhoi apa yang telah berlaku. Maka semua akan indah dan baik-baik saja.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H