Mohon tunggu...
anita kusumawardani
anita kusumawardani Mohon Tunggu... Administrasi - Fungsional Statistisi Pertama di BPS Provinsi Jawa Barat.

Fungsional Statistisi Pertama di BPS Provinsi Jawa Barat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Pemuda: Bertani vs Berdasi

22 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 22 Mei 2019   13:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kelima, Teknologi. Pengembangan SMKPP dan transformasi STPP menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian rasanya belum menjadi solusi yang tepat sasaran untuk menyasar pemuda di pelosok. Tapi bagaimana pendidikan pertanian dasar diberikan kepada generasi muda di setiap level. Misalnya dengan mensosialisasikan aplikasi-aplikasi android yang dapat membantu pemesanan benih, pupuk, sarana pertanian, pemasaran produk, menjelaskan tata cara bertani suatu komoditi, atau hanya sekedar bertanya bagaimana bercocok tanam yang baik untuk mulai melakukan budidaya pertanian. 

Hal-hal yang dekat dengan budaya kaula muda perlu lebih diperhatikan untuk lebih mendekatkan dunia pertanian kepada kehidupan mereka sehari-hari. Kemudian pengadaan teknologi alat-alat pertanian pun perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah. Di negara lain untuk menanam, menyirami, hingga memanen, petani  telah dibantu dengan mesin. Jika di Indonesia membajak sawah masih menggunakan bajak tunggal, maka tentu ini merupakan hal yang sangat tidak efektif dan efisien dimana zaman ini waktu merupakan kekayaan yang berharga. 

Dan terakhir adalah apresiasi pada para petani. Membuat keluarga petani sejahtera itu adalah kunci utama menghapus stigma jadi petani berarti miskin. Perlu dibuat suatu akses dan kepemilikan lahan kepada keluarga petani, mempermudah petani mendapat lahan garapan baik menjadi milik sendiri atau hanya sekedar hak guna pakai. Tunjangan petani pun perlu diupayakan dimana negara benar-benar menjamin jerih payah petani tidak akan sia-sia ketika harga tidak stabil. Karena sejatinya kerugian petani adalah kerugian negara. 

Dengan begini para orang tua tidak akan menghalanngi cita-cita anaknya yang ingin jadi petani. Pemuda pun akan memiliki pemikiran baru. Karena bertani tak hina, bertani sama pentingnya dengan berdasi. Bahkan dengan bertani kedaulatan pangan tercapai,kesejahteraan rakyat semakin di depan. Hilangkan dilema permuda antara bertani dan berdasi. Benahi sekarang juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun