Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jejak Jalan Berkabut Luka (Episode-2)

22 Januari 2022   07:34 Diperbarui: 22 Januari 2022   09:08 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Anita Kencanawati

Uni Yeti hanya dua hari saja bersamaku. Setelah itu dia akan kembali ke Padang. Uni Yeti harus cepat kembali ke Padang, karena dia harus mengurus keperluan sehari-hari suaminya.

Sedangkan aku, tentu saja tak perlu membawa banyak pakaian, karena bajuku juga ada di rumah orangtuaku.

Aku dan Uni Yeti langsung menuju ke ruang pintu ke luar bandara. Nampak keluarga para penumpang pesawat yang baru mendarat, berkerumun di luar pintu.

Seorang pria gemuk menyongsong aku dan Uni Yeti.
"Uni Yeti," sapa pria gemuk itu memeluk dan mencium pipi Uni Yeti.
"Oh...Wedi yang disuruh menjeput kami, ya?" tanya Uni Yeti.
"Iya, Uni." Bang Wedi, yang juga sepupuku, menjawab pelan. Kemudian Bang Wedi memeluk dan mencium pipiku. Kebiasaan dalam keluarga bapak, memang seperti itu, kalau bertemu saling mencium pipi.

"Sabar ya, Rin." Bang Wedi mencoba memberiku kekuatan.

"Iya, Bang." Suaraku terdengar bergetar, menahan sedih.

Bang Wedi menatapku sejenak. Kemudian dia mengajak kami ke mobilnya, yang diparkir tidak terlalu jauh dari tempat kami bertemu.

Uni Yeti duduk di depan bersama Bang Wedi. Sedangkan aku duduk di belakang. Mobil melaju meninggalkan bandara.

"Jam berapa nanti bapak  dikebumikan, Bang Wed?" tanyaku ingin tahu.
Kulihat Bang Wedi terkejut mendengar pertanyaanku.

"Tidak tahu, Rin. Abang tadi pagi-pagi sekali dari rumah langsung ke bandara. Jadi tidak sempat mampir ke rumah Ririn. Semalam Abang ditelpon Mama, supaya pagi ini menjeput Ririn dan Uni Yeti ke bandara," jawab Bang Wedi.

Aku terdiam. Yang dimaksud mama oleh Bang Wedi adalah ibunya, yang merupakan kakak ipar bapakku. Bapaknya Bang Wedi adalah abang kandung bapakku. Tapi bapaknya Bang Wedi sudah meninggal juga tiga tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun