Wabah Covid-19 yang menjangkit dan mendunia menyebabkan penetapan kebijakan karantina di beberapa wilayah termasuk di Indonesia. Dampak dari wabah Covid-19 tidak hanya mempengaruhi aspek kesehatan tetapi juga aspek ekonomi, sosial, pendidikan, dan pariwisata. Organisasi Pangan Sedunia (FAO) mengemukakan bahwa krisis pangan akan mengancam dunia di masa pandemi tidak terkecuali negara Indonesia.
Di sejumlah wilayah Indonesia dalam ketersediaan bahan pangan mengalami defisit karena dampak dari kegiatan pembatasan perdagangan negara dan karantina wilayah, hal tersebut telah diakui oleh presiden Joko Widodo.
Penyebab lain permasalahan pangan menurut Jayani (2020) yaitu dari pembatasan ekspor beras dari beberapa negara ke Indonesia, antara lain Vietnam (memasok 9,01% beras impor tahun 2019), India (memasok 1,6 % beras impor tahun 2019) dan Thailand (memasok 20,9 % beras impor 2019). Selain itu, pergeseran musim tanam, persoalan cuaca di beberapa daerah, dan kelancaran distribusi pupuk merupakan bagian dari penyebab masalah pangan.
Untuk mengantisipasi terjadinya krisis pangan ini salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan diversifikasi makanan dan sepenuhnya tidak mengandalkan pada jumlah pangan yang ada di pasaran.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara optimalisasi lahan yaitu kegiatan memanfaatkan lahan untuk berkebun menggunakan tambulampot atau tanaman dalam pot. Sayuran dan buah-buahan dapat ditanam di lahan pekarangan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari.
Pekarangan tidak hanya sekedar bermanfaat sebagai ketahanan pangan, gizi dan penghidupan, tetapi juga berkontribusi pada perekonomian yaitu peningkatan pendapatan, peningkatan mata pencaharian, dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga, serta mempromosikan kewirausahaan dan pembangunan pedesaan.
Dalam definisinya menurut Soemarwoto (1981) pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu yang di atasnya terdapat bangunan untuk tempat tinggal/rumah serta mempunyai hubungan fungsional, baik ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan pemiliknya.
Selain dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya, rumah tangga yang mampu mengelola pekarangan dengan baik tentunya juga dapat meningkatkan ekonomi rumah tangganya yang berasal dari penjualan hasil dari pekarangan.
Namun pada kondisi saat ini masih banyak masyarakat yang belum tahu maupun belum memanfaatkan pekarangannya dan hanya membiarkan pekarangannya ditumbuhi rumput belukar. Belum banyak kesadaran masyarakat akan potensi pekarangan yang begitu besar.
Pemanfaatan pekarangan biasanya hanya sebagai sambilan atau mengisi waktu luang saja. Dengan kata lain, pengelolaan pekarangan belum dilakukan secara optimal.
Selain itu, lahan pekarangan yang sempit menyulitkan masyarakat untuk menanam tanaman buah di halaman atau di lahan pekarangannya. Hal ini dikarenakan sebagian besar jenis tanaman buah merupakan tanaman tahunan yang mempunyai struktur akar dan batang yang besar. Menanam buah dalam pot merupakan solusi alternatif pada kondisi yang demikian.
Bukan hanya menghasilkan buah saja, tanaman buah dalam pot (tabulampot) mempunyai fungsi lain, seperti tanaman hias. Budidaya tabulampot juga dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan. Selain dijual dalam bentuk tanaman dalam pot, tanaman buah di dunia perkantoran juga dapat disewakan sebagai tanaman hias.
Budidaya tabulampot ini berbeda dengan budidaya tanaman buah dan sayur di lahan. Karena terbatasnya media tumbuh, akar tanaman dalam pot tidak dapat tumbuh secara maksimal.
Maka dari itu, pemeliharaan tabulampot perlu dilakukan secara intensif. Selain itu, tidak semua tanaman buah maupun sayur dapat berbuah dan tumbuh pada media tanaman yang terbatas.
Beberapa jenis buah yang dapat ditanam dalam pot antara lain mangga, jambu air, jambu biji, jeruk, belimbing, buah naga, kedondong, lengkeng, nangka mini, melon, sawo, manggis, duku, jambu bol, alpukat, dan durian.
Ada juga belimbing, jambu air, jambu batu, jeruk, sawo, dan srikaya termasuk tanaman yang mudah berbuah dalam pot. Untuk jenis sayuran yang cocok untuk dibudidayakan dengan metode tabulampot seperti sayuran umbi (bawang merah), buah (tomat, terung, cabai) serta daun (sawi dan selada).
Teknik budidaya tambulampot tahap pertama yaitu dengan mencampur media tanam yang terdiri dari 1 tanah : 1 sekam : 1 pupuk kandang dicampur rata dan dimasukan kedalam pot sebanyak 1/3 pot. Sebelumnya pot terlebih dahulu diberi kerikil yang bertujuan untuk filtrasi drainase. Selain itu, media tanam yang baik tetap dapat menyimpan air dalam jumlah yang cukup untuk perkembangan akar tanaman.
Tahap kedua, penanaman tanaman buah dalam pot yaitu membuka/menyobek polibag bibit tanaman buah dan memasukan kedalam pot. Bibit yang digunakan berasal dari perbanyakan vegetatif, yaitu okulasi, dan sudah cukup umur atau berumur satu tahun karena mempunyai beberapa kelebihan, antara lain lebih cepat berbuah dibanding dengan bibit yang berasal dari biji.
Selanjutnya pot ditambahkan media tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang dan sekam mentah. Kemudian siram pot sampai jenuh. Selanjutnya tanaman buah yang sudah ditanam dalam pot di simpan dan di lakukan pemeliharaan secara intensif.
Produktivitas pada skala rumah tangga dalam upaya mengantisipasi kelangkaan pangan akibat pandemi Covid-19 sangat diperlukan. Nilai positif lain yang dapat diperoleh yaitu ekonomi rumah tangga dapat meningkat dari hasil penjualan kebun.
Selain itu, selama masa pandemi agar tetap sehat dan produktif, masyarakat bisa mengolah tanaman herbal (obat) seperti jahe, kunyit, jeruk nipis dan rempah lainnya dalam upaya meningkatkan daya tahan tubuh dalam menghadapi situasi pandemi Covid-19.
Sumber referensi:
- https://www.kompas.com/sains/read/2020/11/02/190300423/pandemi-ancam-krisis-ketahanan-p angan-apa-yang-harus-dilakukan-?page=all diakses pada Minggu, 14 November 2021
- Imanuel, Fiktor., dkk., 2021, “Pemanfaatan Kebun Pekarangan untuk Pemenuhan Pangan Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19”, KAMBOTI Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1 (2).
- Swardana, Ardli, 2020, “Optimalisasi Lahan Pekarangan Sebagai Salah Satu Upaya Pencegahan Krisis Pangan di Masa Pandemi Covid-19”, JAGROS, Vol. 4 No. 2.
- Trisnaningsih, dkk., 2021, “Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Budidaya Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) di Desa Gesik, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon”, Jurnal Qardhul Hasan; Media Pengabdian kepada Masyarakat Jurnal Qardhul Hasan; Media Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 7 No. 1.
- Fahruddin, dkk., 2021, “Pemanfaatan Pekarangan Rumah untuk Budidaya Sayur Sebagai Tambahan Sumber Pangan Keluarga dengan Teknik Tabulampot dan Verikultur”, Unram Journal of Community Service, Vol 2 No 2.