Mohon tunggu...
Anita Silviana Dewi
Anita Silviana Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - BIO

Tulisan saya di kompasiana ini cerpen fiktif. Jadi harap para pembaca bijak dalam membacanya dan tidak disamakan dengan kehidupan pribadi saya, anda, atau siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibayang-bayangi Kematian

9 Februari 2012   15:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 8850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menunggu saat itu , saat ashar . Apakah benar aku merasakan tanda itu lagi ? Benarkah hal itu yang aku rasakan, sehabis ashar . Pikiranku carut-marut , aku takut , takut itu akan terjadi . 'Silva , sadarlah ! Hilangkan semua pikiran itu' batinku bergejolak , kepalaku terasa sakit , terlalu banyak ocehan antara membenarkan , mengabaikan dan meniadakan . Aku lelah , sangat lelah .Kematian. Pantaskah aku merasa takut mati . Aku masih muda , teramat muda . Masih banyak yang harus aku lakukan .


Saat aku tidur , memejamkan mata  , aku takut tidak bisa membuka mata ini lagi . Ketika malam ini aku melihat langit , aku takut esok malamnya langit tak dapat lagi ku lihat . Hatiku teramat sakit . Sakit menyadari tanda itu . Kenapa aku dapat berpikir seperti ini . Apakah ini normal ? Apakah ini biasa ? Terlalu banyak hal yang aku kait-kaitkan dalam kehidupan yang aku jalani belakangan ini .


Berawal dari malam itu , aku membaca sebuah artikel . Artikel yang entah mengapa tepat sekali dengan yang aku alami , aku merasa demikian ."Bilakah Izrail Mencabut Nyawa?" . Aku baca perlahan artikel tersebut , aku pahami isinya . Salah satunya mengenai Tanda-tanda kematian seseorang ::

100 hari sebelum kematian:

Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma sama ada mereka sadar atau tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh iaitu dari ujung rambut sehingga ke ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.

40 hari sebelum kematian:

Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bagian pusar kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mulai mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.

7 hari sebelum kematian:

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.

3 hari sebelum kematian:

Pada ketika ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita iaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dikesan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dikesan jika kita melihatnya dari bagian sisi. Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan beransur-ansur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.

1 hari sebelum kematian:

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang iaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.

Tanda akhir sebelum kematian:

Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.


Aku lemas seketika setelah membaca artikel itu . Karena teringat aku pernah mengalami diantara tanda tersebut . Waktu itu aku sedang tidur siang di kamarku . Aku ingat itu sudah memasuki waktu ashar . Tiba-tiba saja tubuhku bergetar, seperti menggigil, kurasa awalnya ada gempa bumi , tempat tidurku bergoyang , tetapi semua itu salah , hal itu melainkan tubuhku yang bergetar . Astagfirullah . Ingin rasanya aku menangis mengingat hal yang pernah aku alami itu, yang merupakan tanda dari 100 hari sebelum kematian .


Saat itu, dua hari sebelum usiaku beranjak menjadi kepala dua, aku tidak ingin pergi kemana-mana . Aku takut hal buruk menimpaku , dan tidak bisa merasakan usia yang baru . Sungguh saat itu aku hanya ingin di rumah . Aku takut tidak bisa membuka mata, mendahului usia baru itu . Takdir Tuhan tak ada yang tau , Alhamdulillah, aku memasuki usia yang lebih dewasa . Amin Allahuma Amin .. Seminggu setelahnya aku sakit . Sakit yang tak tertahankan olehku . Tangis pun tak dapat aku keluarkan . Bagaimana jika penyakit ini yang merenggut hidupku ? Astagfirullah, Silva Istighfar . Alhamdulillah Allah menyembuhkan penyakitku . Tuhanku , Aku teramat bersyukur .


Seminggu kemudian , konflik kehidupan mulai menghampiriku . Sebuah konflik yang tak dapat aku hindari . Masalah hati , tepatnya aku sakit hati . Aku dicaci , dimaki . Sakit , sangat sakit hati ini . Aku cuma bisa diam , menangis , hatiku teramat sakit , leherku tercekik dan tenggorokanku seakan terputus . Aku sulit bernafas , seperti akan meregang nyawa . 'Ya Allah , apakah ini saatnya ? Begitu cepat . Tetapi mungkin ini yang terbaik untuk hidupku dibandingkan aku harus merasa tekanan batin seperti ini .' Aku hanya di dalam kamar . Tidak makan, minum . Keluar kamar jika benar-benar penting seperti ke kamar mandi dan wudhu .


Keesokan harinya perutku teramat sakit . Tapi aku paksakan untuk pergi hari ini . Pergi tanpa pamit terhadap siapapun . Dengan tergopoh-gopoh aku paksa untuk berjalan . Menyusuri jalan yang begitu panjang buatku , jalan yang terasa tak ada ujungnya . Tubuhku dingin, perutku sangat sakit, kepalaku pusing . Aku lemas , rasanya tidak sanggup untuk berdiri . Mataku rabun , semua yang kulihat lama-kelamaan memudar, putih hanya putih yang terlihat . Dengan cepat aku tersadar bahwa aku akan pingsan , segera aku duduk di sebuah kursi kayu di warung kecil . 'Ya Allah , jangan saat ini . Aku akan menyesal , karena hatiku masih terasa sakit . Berikan kesempatan itu, aku masih ingin memiliki banyak waktu . Ya Allah, aku mohon maafkan segala kesalahanku .'


Hari ini, hari disaat aku menceritakan kisahku , kisah Silva , diriku , gadis yang beranjak dewasa , hanya tetesan air mata yang menjadi saksi . Aku tidak ingin mengakhiri hidup ini walaupun penuh ironi . Aku tidak ingin menyesal dengan takdir-Mu . Tuhanku , Pencipta alam semesta , Pencipta diriku . Allahu akbar ! Aku teramat mencintai Ibu dan adikku . Aku tidak ingin pergi mendahului mereka diusia yang sangat muda ini . Aku tidak ingin pergi hanya meninggalkan beban . Aku tidak ingin pergi tanpa membahagiakan kedua orang yang teramat aku sayang . Aku belum menghasilkan apapun . Aku tidak ingin . Tuhan, Maha Pengasih Lagi Penyayang . Kau dengarkah doaku , pintaku ? Aku ingin umur yang panjang . Aku ingin hidup tanpa dibayang-bayangi kematian . Getaran disaat aku tertidur bukan merupakan tanda sebelum datang kematian .


Aku tau , kematian itu akan datang . 'Tapi Tuhanku , Sang Khaliq , aku ingin membahagiakan Ibuku yang teramat aku cintai dan adikku . Beri aku waktu . Ridhai semua jalanku Ya Allah .' Jangan biarkan aku mnyesal . Biarkan aku menjalani hidupku seperti biasanya . Biarkan aku tersenyum . Biarkan aku melihat matahari lagi , bumi dan segala isinya , segala ciptaanmu yang fana . Biarkan aku melihat senyum di wajah Ibu dan adikku . Ampuni segala kesalahanku Ya Allah . Aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk .

Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Astagfirullah hal'adzim .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun