Mohon tunggu...
Anita Silviana Dewi
Anita Silviana Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - BIO

Tulisan saya di kompasiana ini cerpen fiktif. Jadi harap para pembaca bijak dalam membacanya dan tidak disamakan dengan kehidupan pribadi saya, anda, atau siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibayang-bayangi Kematian

9 Februari 2012   15:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 8850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu kemudian , konflik kehidupan mulai menghampiriku . Sebuah konflik yang tak dapat aku hindari . Masalah hati , tepatnya aku sakit hati . Aku dicaci , dimaki . Sakit , sangat sakit hati ini . Aku cuma bisa diam , menangis , hatiku teramat sakit , leherku tercekik dan tenggorokanku seakan terputus . Aku sulit bernafas , seperti akan meregang nyawa . 'Ya Allah , apakah ini saatnya ? Begitu cepat . Tetapi mungkin ini yang terbaik untuk hidupku dibandingkan aku harus merasa tekanan batin seperti ini .' Aku hanya di dalam kamar . Tidak makan, minum . Keluar kamar jika benar-benar penting seperti ke kamar mandi dan wudhu .


Keesokan harinya perutku teramat sakit . Tapi aku paksakan untuk pergi hari ini . Pergi tanpa pamit terhadap siapapun . Dengan tergopoh-gopoh aku paksa untuk berjalan . Menyusuri jalan yang begitu panjang buatku , jalan yang terasa tak ada ujungnya . Tubuhku dingin, perutku sangat sakit, kepalaku pusing . Aku lemas , rasanya tidak sanggup untuk berdiri . Mataku rabun , semua yang kulihat lama-kelamaan memudar, putih hanya putih yang terlihat . Dengan cepat aku tersadar bahwa aku akan pingsan , segera aku duduk di sebuah kursi kayu di warung kecil . 'Ya Allah , jangan saat ini . Aku akan menyesal , karena hatiku masih terasa sakit . Berikan kesempatan itu, aku masih ingin memiliki banyak waktu . Ya Allah, aku mohon maafkan segala kesalahanku .'


Hari ini, hari disaat aku menceritakan kisahku , kisah Silva , diriku , gadis yang beranjak dewasa , hanya tetesan air mata yang menjadi saksi . Aku tidak ingin mengakhiri hidup ini walaupun penuh ironi . Aku tidak ingin menyesal dengan takdir-Mu . Tuhanku , Pencipta alam semesta , Pencipta diriku . Allahu akbar ! Aku teramat mencintai Ibu dan adikku . Aku tidak ingin pergi mendahului mereka diusia yang sangat muda ini . Aku tidak ingin pergi hanya meninggalkan beban . Aku tidak ingin pergi tanpa membahagiakan kedua orang yang teramat aku sayang . Aku belum menghasilkan apapun . Aku tidak ingin . Tuhan, Maha Pengasih Lagi Penyayang . Kau dengarkah doaku , pintaku ? Aku ingin umur yang panjang . Aku ingin hidup tanpa dibayang-bayangi kematian . Getaran disaat aku tertidur bukan merupakan tanda sebelum datang kematian .


Aku tau , kematian itu akan datang . 'Tapi Tuhanku , Sang Khaliq , aku ingin membahagiakan Ibuku yang teramat aku cintai dan adikku . Beri aku waktu . Ridhai semua jalanku Ya Allah .' Jangan biarkan aku mnyesal . Biarkan aku menjalani hidupku seperti biasanya . Biarkan aku tersenyum . Biarkan aku melihat matahari lagi , bumi dan segala isinya , segala ciptaanmu yang fana . Biarkan aku melihat senyum di wajah Ibu dan adikku . Ampuni segala kesalahanku Ya Allah . Aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk .

Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Astagfirullah hal'adzim .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun