Mohon tunggu...
Anis Yulyanis
Anis Yulyanis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2 Pendidikan Masyarakat Universitas Pendidikan Indonesia

Manusia biasa yang mencoba menikmati setiap proses pembelajaran dalam perjalanan yang panjang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsistensi Berprinsip dalam Pendidikan Keluarga dan Kaitannya dengan Life Long Learning

8 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 13 Oktober 2024   04:45 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar pribadi penulis

Pendidikan keluarga memainkan peran krusial dalam membentuk karakter dan nilai-nilai individu sejak dini. Konsistensi berprinsip dalam pendidikan ini sangat penting, karena prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam lingkungan keluarga akan membentuk fondasi bagi anak-anak untuk menghadapi tantangan kehidupan. Selain itu, konsep life long learning atau pembelajaran seumur hidup semakin relevan dalam dunia yang terus berubah.

Pendidikan keluarga merupakan pendidikan sepanjang hayat (Life Long Learning), sesuai dengan ungkapan sebuah Hadits tentang keutamaan mempelajari ilmu pengetahuan dalam Islam.

Rasulullah SAW bersabda: "siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju syurga." (HR. Muslim, no. 2699). Begitupun di dalam kata-kata mutiara orang Arab juga menjelaskan tentang belajar: "Tuntutlah ilmu dari buaian (bayi) hingga liang lahat." Ini menunjukan arti bahwa kewajiban menuntut ilmu ini akan terus ada hingga akhir hayat. Sehingga sebagai umat muslim belajar sepanjang hayat haruslah menjadi sebuah motto dalam hidupnya untuk terus dapat mengembangkan diri menjadi pribadi yang dimuliakan oleh Tuhannya salah satunya dengan jalan menuntut ilmu.

Pendidikan keluarga mencakup berbagai aspek, mulai dari pengajaran nilai-nilai moral, etika, hingga keterampilan sosial. Konsistensi berprinsip berarti bahwa nilai-nilai dan ajaran yang disampaikan oleh orang tua haruslah tetap dan tidak berubah, sehingga anak-anak dapat memahami dan menginternalisasinya dengan baik. Misalnya, jika orang tua menekankan pentingnya kejujuran, maka mereka harus selalu menunjukkan kejujuran dalam perilaku sehari-hari mereka. Ketidakkonsistenan dalam pendidikan ini dapat membingungkan anak-anak dan mengurangi efektivitas pembelajaran.

Konsistensi berprinsip juga menciptakan rasa aman bagi anak. Ketika mereka tahu apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana orang tua bertindak, mereka lebih cenderung untuk mengembangkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian, pendidikan yang konsisten membantu membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademis, tetapi juga emosional dan sosial.

Hubungan Antara Konsistensi Berprinsip dan Life Long Learning

Konsistensi berprinsip dalam pendidikan keluarga memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan sikap belajar seumur hidup. Dengan menanamkan nilai-nilai seperti rasa ingin tahu, disiplin, dan keberanian untuk mengambil risiko, orang tua dapat membekali anak-anak mereka dengan mentalitas yang positif terhadap pembelajaran. Misalnya, jika orang tua secara konsisten mendorong anak untuk mengeksplorasi hal-hal baru dan tidak takut gagal, anak akan tumbuh menjadi individu yang terbuka terhadap pengalaman belajar sepanjang hidup mereka.

Selain itu, orang tua yang menerapkan prinsip pembelajaran sepanjang hayat dalam pendidikan keluarga akan mencontohkan pentingnya adaptasi dan pembaruan diri. Mereka bisa melibatkan anak-anak dalam berbagai kegiatan, seperti membaca buku, mengikuti kursus, atau diskusi tentang isu-isu terkini. Melalui pengalaman tersebut, anak-anak belajar bahwa pendidikan tidak pernah berhenti dan penting untuk selalu mencari pengetahuan baru.

Pengalaman Terkait Pendidikan Keluarga 

Sebagai pengamalan poin penting ini, dalam keluarga, saya menanamkan sikap gemar membaca sebagai salah satu harapan untuk mewujudkan anak-anak yang mampu menjadikan membaca sebagai sarana untuk memperoleh ilmu. Selain itu, saya melibatkan mereka sebagai proses self-determination dalam memilih atau menentukan buku mana yang mereka suka untuk dibaca atau dibacakan sesaat sekitar 10-15 menit sebelum tidur sebagai bed routine reflection, meskipun saya tahu anak saya masih ada yang belum bisa membaca tapi saya yakin ini adalah proses mewujudkan harapan saya di masa depan.  Sehingga ini akan menjadi salah satu aktivitas yang mampu menghipnotis mereka dalam mengontrol pikiran sebelum mereka berada di kondisi otak yang tenang saat tertidur lelap.

Dengan kebiasaan sederhana ini, anak-anak juga bisa mengembangkan sikap kepemimpinan (leadership development) dalam kehidupan sehari-harinya, seperti saat mereka melihat orang yang ada di sekitarnya atau teman-temannya atau bahkan melihat saya sebagai orang tuanya melakukan kesalahan atau sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dibaca atau didengar dari proses dibacakan buku, maka mereka berinisiatif untuk mengingatkan atau memberitahu dengan sopan tanpa rasa sungkan bahwa prilaku tersebut tidak baik dan menjelaskan baiknya seperti apa. Saya pun sebagai orang tua dan pemeran institusi di dalam keluarga merasa bisa menilai bila anak-anak sudah mampu mengamalkan sosok seorang pemimpin dalam berinteraksi baik dengan keluarga ataupun dengan teman-teman sebayanya di lingkungan rumah ataupun di sekolahnya masing-masing, proses tersebut saya simpulkan sebagai salah satu bentuk institusional responsivness.

Sebagai salah satu orang yang bergerak di ranah non formal, saya berharap tulisan ini bisa menjadi inspirasi untuk memberdayakan diri (self-help) dalam menghadapi tantangan zaman, tentunya dimulai dari diri sendiri, dari hal yang paling kecil, dan dari saat ini (Aa Gym) artinya tidak perlu menunggu menjadi seseorang yang terkenal untuk melakukan perubahan, ataupun menunggu memiliki dana yang besar jika dilihat dari sisi finansial, atau menanti-nanti untuk melakukan kebaikan.

Setiap proses yang kita lakukan dalam memberdayakan diri, atau memperbaiki pendidikan baik secara formal ataupun non formal, meskipun kecil, perlahan, bertahap dan dinilai sedikit seakan tidak berarti, yakinlah bila dilakukan konsisten dan berkelanjutan, serta berpegang tegiuh pada prinsip-prinsip yang telah disepakati dalam sebuah tatanan kekeluargaan ataupun kelembagaan suatu hari akan menjadi hal yang besar dan membesarkan.

Kesimpulan

Konsistensi berprinsip dalam pendidikan keluarga merupakan elemen penting dalam membangun karakter dan sikap positif terhadap pembelajaran. Dengan menanamkan nilai-nilai yang kuat dan menunjukkan keteladanan, orang tua tidak hanya mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadapi tantangan kehidupan, tetapi juga membekali mereka dengan sikap belajar seumur hidup. Dalam era yang terus berubah, kemampuan untuk belajar dan beradaptasi menjadi lebih penting dari sebelumnya. Oleh karena itu, pendidikan keluarga yang konsisten dan berprinsip akan menjadi fondasi yang kokoh bagi perkembangan individu yang mandiri dan berdaya saing.

Sumber referensi:

"The Role of Family in Lifelong Learning" oleh John W. Smith

   - Artikel ini menjelaskan bagaimana lingkungan keluarga yang konsisten dan berprinsip mendukung perkembangan keterampilan dan pengetahuan sepanjang hidup individu.


3. "Family Dynamics and Lifelong Learning: The Importance of Consistency" dalam International Journal of Lifelong Education

   - Penelitian ini menyajikan data tentang bagaimana konsistensi dalam pendidikan keluar terhadap kemampuan individu untuk terus belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun