Mohon tunggu...
Anistia Nurhakim Suwardi
Anistia Nurhakim Suwardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal amal menuju akhirat. Bergabung kompasiana 26 Maret 2021

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sebaiknya Koleksi Ini! Sesuatu yang Wajib Kamu Koleksi!

5 Mei 2021   22:05 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:05 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kolektor uang koin | Koleksi Pribadi

Pernahkah anda menyukai suatu barang tertentu dan mengoleksinya?

Rasanya setiap orang memiliki kesukaan yang berbeda-beda, namun perlukah untuk dikoleksi?

Dari pengalaman saya pribadi, saya suka mengumpulkan uang koin terbaru. Dulu ketika muncul uang koin 200 rupiah, saya mengumpulkannya dan sangat senang ketika mendapatkan uang koin 200 rupiah tersebut. 

Semasa kuliah, muncul uang koin 1000 rupiah terbaru, saya pun langsung mencoba mengumpulkannya. Karena ketika uang baru pertama kali muncul, sangat jarang ditemukan, sehingga ada kepuasan tersendiri ketika mendapatkan uang koin 1000 rupiah itu dan bisa mengumpulkannya.

 Mendapatkan uang kembalian 1000 rupiah dari warung atau minimarket akan terasa sangat menyenangkan sekali. Namun ketika berjuang mengoleksi uang koin tersebut, saya tak suka bila caranya dengan menukarkan uang kertas dengan uang koin 1000 rupiah. Saya lebih suka apabila mendapatkan dari uang kembalian.

Beberapa bulan berlalu, ketika uang koin 1000 rupiah sudah semakin banyak beredar, rasanya jiwa kolektor uang koin 1000 rupiah pun berakhir. Lalu saya memilih untuk menukarkan kembali menjadi uang kertas. Kalau ini sih seperti menabung ya sobat kompasianer, hehe.

Saya bukan tipe kolektor yang bertahun-tahun konsisten mengoleksi suatu barang tertentu. Apalagi setelah mendengarkan ceramah dan pengajaran dari guru agama. Bahwa segala sesuatu yang kita miliki itu ada hisabnya (ada pertanggungjawabannya) kelak di akhirat. Sehingga tak mau mengumpulkan banyak benda yang tidak terpakai. Walau beberapa kali sempat mengoleksi benda-benda tertentu, seperti jaman SMP saya pernah mengumpulkan pin bergambar naruto. 

Well, Setiap orang berbeda-beda akan kebutuhannya, termasuk kebutuhan dalam mengoleksi barang tertentu. Ada hubungan secara emosional ketika seseorang mengoleksi sesuatu.

Bagaimana kolektor secara psikologis?

Dilansir dari Bisnis.com, Seorang psikolog Anastasia Satriyo mengungkapkan bahwa fenomena hobi koleksi secara umum ada karena kebutuhan fungsional dan emosi.

Jika sudah menjadi kebutuhan artinya mengoleksi suatu benda adalah hal yang harus terpenuhi untuk memenuhi kepuasannya terutama secara emosional tadi.

Sebagai manusia, wajar apabila menyukai sesuatu hal dan berkeinginan untuk memiliki. Hanya saja perlu ada batasan diri supaya tidak berlebihan dalam mengoleksi barang-barang. Pasalnya ada 2 tipe kolektor, yaitu kolektor sehat dan tidak sehat.

Kolektor sehat itu masih sadar akan kebutuhan dirinya, dan bisa mengukur diri sampai batas mana dia harus membeli dan kapan harus berhenti. Pertimbangannya bisa dari sisi keuangan, jangan sampai uang habis terpakai hanya untuk memenuhi koleksi barangnya dan melupakan kebutuhan primer. 

Kolektor tidak sehat itu ketika dia sudah sangat impulsif dalam mengoleksi barang. Hingga kebutuhan primer dikesampingkan, demi mengoleksi barang yang diinginkan.

Seseorang hobi mengoleksi suatu barang, bisa jadi berkaitan dengan masa lalu. Misalkan sewaktu kecil orang tersebut menyukai figure tertentu namun belum sanggup membeli. Jadi ketika dewasa dan sudah punya uang sendiri, dia menyalurkan hobinya yang semasa kecil itu lalu mengumpulkan banyak koleksi action figure. 

Menurut saya kebutuhan akan mengoleksi barang lebih condong kepada sisi emosional dibanding fungsional. Karena semakin lama mengoleksi semakin banyak pula jumlahnya. Misalkan action figure, mungkin 10 saja sudah cukup menghiasi rak kaca jika sebagai fungsional untuk menghias ruangan dengan mengisi rak kaca. Menambah nilai estetika ruangan favorit anda. Tapi ternyata bagi seorang kolektor 10 saja tidak cukup, apalagi jika ada action figure yang belum dimiliki, atau bahkan sengaja memesan khusus hingga ikut pre order.

Well, keputusan ada di tangan masing-masing, jika memang uangnya ada untuk alokasi membeli barang untuk dikoleksi ya tidak masalah juga selama tidak mengganggu kepentingan umum bukan? hehe

Namun nasehat tetaplah nasehat, dengarkan dengan bijaksana, simak dengan seksama. Bahwa setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati.

Diri kita ini tak akan selamanya hidup di dunia ini. Jangan sampai kita habiskan uang kita untuk hal yang tidak bermanfaat. Karena semua barang yang kita koleksi akan kita tinggalkan ketika kita tiada, dan semua barang koleksian kita akan ada pertanggungjawabannya kelak di akhirat.

Lalu, Apa koleksi terbaik?

Jika berkaitan dengan kehidupan dan agama, koleksi terbaik adalah mengumpulkan bekal amal untuk akhirat.

Sudah selayaknya dan sebaiknya manusia mengoleksi amal-amal kebaikan ini, sehingga menjadi tabungan kelak di akhirat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Barang yang dikoleksi bisa kita jual atau disedekahkan kepada orang lain, sehingga berubah menjadi amal dan pahala untuk bekal ke akhirat.

Ingat kisah Ali Banat? Seorang pebisnis sukses asal Australia yang sempat viral tahun 2015. Pasalnya beliau ini meninggalkan kisah yang begitu penuh makna, bahwa harta yang dimiliki tidak berarti apa apa. 

Sebelum tutup usia, Ali banat yang terkena penyakit kanker mendapat vonis dari dokter bahwa usianya tidak akan lama lagi. Mendengar hal itu Ali Banat banyak merenungi diri, dan bertaubat karena banyak kesia-siaan selama menjalani hidup di dunia. Barang-barang mewah yang dikoleksi seperti topi, kacamata, pakaian, jam tangan hingga sandal yang bernilai fantastis puluhan bahkan ratusan juta rupiah itu tak bisa ia bawa mati. Akhirnya barang mewah miliknya itu dijual dan hasilnya untuk disumbangkan, dan sebagian barang yang ia miliki itu disedekahkan.

Ali Banat juga mendedikasikan dirinya untuk membantu warga di Afrika, Ali bekerjasama dengan orang-orang yang peduli kemanusiaan dan berhasil mengumpulkan banyak donasi, sehingga bisa membangun banyak rumah untuk warga di Afrika. 

Sisa umurnya digunakan untuk mengoleksi alias mengumpulkan amal bekal akhirat. Mengidap penyakit kanker merupakan satu anugerah dan karunia yang bisa mengubah hidupnya menjadi orang yang bermanfaat di akhir hidupnya.

Ali Banat | sumber: abc.net.au
Ali Banat | sumber: abc.net.au

Dari kisah ini kita banyak belajar dan semoga ada hikmahnya. Bahwa koleksi barang di dunia ini bersifat sementara. Tidak bisa dibawa mati.

Lebih baik perbanyak mengumpulkan bekal amal. Yuk koleksi amal terbaik yang bisa kita lakukan. Karena kita tak pernah tahu kapan waktu tutup usia kita.

Baca juga : 

Tradisi Membangunkan Sahur di Negara Lain, Apa Pakai Toa Masjid?


 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun