Mohon tunggu...
Anis Soviatin
Anis Soviatin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Program Study Pendidikan Agama Islam IAIN Jember
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

"Ikhtiarmu akan menjadi Pilihanmu dan Keyakinanmu Adalah Semangatmu"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seperti Apa Aliran Eksistensialisme yang Berhubungan Dalam Filsafat Pendidikan?

1 Mei 2020   04:17 Diperbarui: 1 Mei 2020   04:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun, Ada empat tokoh yang paling melandasi pada filsafat eksistensialis ini, seperti Martin Heidegger, Jean Paul Sartre, Karl Jaspers dan Gabriel Marcel. Meski diantara filsuf ini memberikan tema yang berbeda-beda tetapi semuanya memiliki motif yang pokok yakni apa yang disebut eksistensi manusia, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi.

1. Martin Heidegger (1889-1976)
Seorang tokoh yang lahir di Baden, Jerman. Menurutnya manusia itu terbuka bagi duniannya dan sesamannya. kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan hal-hal di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan atau pembicaraaan.

2. Jean Paul Sartre (1905-1980)
Tokoh yang lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris Menurutnya, pandangan eksistensialis adalah suatu doktrin yang memungkinkan kehidupan manusia. Eksistensialisme mengajarkan bahwa tiap kebenaran dan tiap tindakan mengandung keterlibatan lingkungan dan sebjektifitas manusia.

3. Karl Jaspers (1883-1969)

Beliau lahir di Oldenburg, Jerman Utara. menjelaskan bahwa tujuan filsafat itu adalah mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Pemikiran eksistensi adalah pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengetasi pengetahuan obyektif itu. Cara pemikiran seperti ini mempunyai sasaran yakni manusia sadar akan dirinya sendiri.

4. Gabriel Marcel (1889-1873)
Tokoh yang Lahir di Paris, ia berasal dari keluarga Yahudi campuran. Marcel mulai belajar filsafat di Lycee Carnot. Menurut Marcel eksistensi manusia itu bukan terletak pada bahwa ia ada tetapi lebih tertuju pada kehendak yang dapat menerobos baik adanya maupun yang bukan adanya. 

Jadi, Perbedaan pemikiran dalam eksistensialisme ini berawal dari anggapan esensi mendahului eksistensi atau eksistensi mendahului esensi.
Sebagian yag berpikir esensi mendahului eksistensi beranggapan manusia memiliki keterbatasan dalam dunia ini, dan Tuhan menjadi penolongnya. Sedangkan dalam dunia pendidikan, misal seperti orang yg dikatakan pinter kalau nilainya bagus.

Semoga Bermanfaat dan Terimakasih (':

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun