Mohon tunggu...
Anis Setiati Sukono Putri
Anis Setiati Sukono Putri Mohon Tunggu... Tentara - TNI

Nama : Anis Setiati Sukono Putri NIM : 46123110031 Fakultas : Psikologi Mata Kuliah : Kewirausahaan 1 Dosen :Prof. Dr. Apollo, AK.,M.Si Universitas Mercu Buana Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB2_Kwh UMB 2024: Proposal Bisnis Korean Potato Cheese Bread

8 Juni 2024   17:23 Diperbarui: 8 Juni 2024   17:25 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Visi dan Misi Korean Potato Cheese Bread:

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Visi :

Menjadi Brand Potato Cheese Bread yang terkemuka di wilayah kami, dikenal karena kualitas produk yang konsisten dan kehadiran yang kuat di pasar local, serta menjadi penyempurna dalam setiap momen bersantap bagi konsumen kami.

Misi :

Menghadiri Produk dengan rasa yang konsisten dan menggugah selera, dengan pilihan bahan yang berkualitas.

terus berinovasi dan mengeksplorasi berbagai varian untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi pelanggan yang beragam.

Menyediakan pengalaman pelanggan yang tak terlupan melalui layanan yang ramah, responsif, dan berkualitas.

Berkomitmen untuk menjadi bagian dari perubahan positif dalam komunitas lokal dan global, dengan berpartisipasi dalam kegiatan amal dan sosial.

ANALISIS SWOT

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Strengths 

  • Inovasi Produk: Menarik perhatian konsumen dengan pengalaman kuliner baru dan variasi resep/topping sesuai selera lokal.
  • Rasa Unik: Kombinasi kentang, keju, dan roti menarik bagi konsumen yang menyukai rasa berbeda.
  • Trendy: Populer di kalangan anak muda dan pecinta makanan unik.

Weaknesses 

  • Ketergantungan pada Tren: Rentan terhadap perubahan selera konsumen.
  • Keterbatasan Pasar: Tidak semua orang menyukai kombinasi rasa kentang dan keju.

Opportunities 

  • Pasar Online: Memasarkan melalui e-commerce dan media sosial untuk memperluas jangkauan.
  • Diversifikasi Penawaran: Menambah variasi produk roti Korea dan produk pendamping.
  • Ekspansi Pasar: Kerjasama dengan influencer dan restoran/toko makanan terkenal untuk meningkatkan eksposur.

Threats 

  • Perubahan Selera Konsumen: Tren makanan atau selera yang berubah mengurangi permintaan.
  • Persaingan: Kompetisi dengan produk makanan inovatif lainnya.
  • Kondisi Sosial dan Daya Beli: Resesi ekonomi atau peningkatan pengangguran mengurangi pengeluaran konsumen untuk makanan non-esensial.

Analisis STP 

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Segmentation

  • Demografis: Wanita, pria, anak-anak, dan orang tua.
  • Psikografis: Anak muda yang menyukai makanan ringan dan instagrammable, penggemar makanan Korea, dan penyuka rasa manis dan gurih.

Targeting

  • Anak Muda Urban: Aktif di media sosial dan tertarik pada tren makanan unik.
  • Penggemar Makanan Korea: Generasi milenial dan Gen Z yang menyukai makanan Korea dan tren kuliner baru.

Positioning

Lokasi Strategis: Booth terletak di Antasari, Kemang, dan Bangka, menjangkau masyarakat setempat dengan mudah.

ANALISIS 7P

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Product

Roti dengan rasa unik yang menggabungkan manisnya kentang dan gurihnya keju, serta tekstur lembut dan renyah.

Price

Sedikit premium dibanding roti biasa, dengan kualitas dan rasa yang sebanding. Tersedia promo dan paket menu khusus.

Place

Tersedia di toko roti lokal di kota besar, toko offline, dan online melalui situs web resmi dan platform e-commerce.

Promotion

Promosi melalui media sosial dengan foto menarik dan testimoni pelanggan, kerjasama dengan influencer kuliner, serta diskon dan penawaran spesial untuk menarik pelanggan.

People

Karyawan dilatih untuk memberikan pelayanan ramah dan informatif, dengan pengetahuan produk yang baik.

Process

Melibatkan pemilihan bahan berkualitas tinggi, pemilihan kentang segar, dan proses pembuatan teliti untuk memastikan konsistensi rasa dan tekstur.

Physical Evidence

Kemasan menarik dengan warna cerah dan gambar produk yang menggugah selera. Toko dan kafe didesain estetis dan nyaman, menampilkan produk secara menarik di vitrin atau rak display.

ANALISIS JOHARI MODEL

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Open Area 

  • Keunikan Produk: Korean Potato Cheese Bread adalah produk unik yang menggabungkan rasa keju dan kentang dalam satu roti, yang diketahui oleh tim bisnis dan pelanggan.
  • Kualitas Produk: Kualitas roti yang tinggi dengan bahan-bahan segar dan pembuatan yang higienis. Ini adalah hal yang diketahui oleh perusahaan dan diterima dengan baik oleh pelanggan.
  • Harga Kompetitif: Menawarkan harga yang kompetitif yang sesuai dengan kualitas produk, diketahui baik oleh perusahaan maupun pelanggan.

Blind Spot 

  • Kelemahan Produk: Mungkin ada beberapa aspek dari produk atau layanan yang kurang memuaskan bagi pelanggan, namun belum disadari oleh tim bisnis. Misalnya, rasa tertentu yang tidak terlalu disukai atau masalah dalam layanan pelanggan.
  • Reputasi di Pasar: Persepsi pasar atau pesaing terhadap brand yang mungkin lebih rendah daripada yang diharapkan oleh tim bisnis.

Hidden Area 

  • Rencana Ekspansi: Rencana untuk memperluas bisnis ke pasar baru atau menambah variasi produk yang masih dirahasiakan dari publik.
  • Strategi Pemasaran: Taktik pemasaran dan promosi khusus yang belum dipublikasikan.

Unknown Area 

  • Reaksi Pasar terhadap Inovasi Baru: Potensi reaksi pasar terhadap inovasi produk baru yang belum pernah diuji.
  • Faktor Eksternal Tidak Terduga: Perubahan regulasi atau kondisi ekonomi yang tidak terduga yang dapat mempengaruhi bisnis di masa depan.

ANALISIS BCG

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

STARS

Produk memiliki pangsa pasar besar dan tumbuh pesat di pasar yang berkembang, dengan respon positif dari pelanggan.

QUESTION MARKS

Produk masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya diterima pasar, tetapi memiliki potensi besar. Strategi diperlukan untuk meningkatkan pangsa pasar melalui ekspansi geografis atau inovasi produk.

DOGS

Jika pasar tidak berkembang atau pangsa menurun, perusahaan perlu mempertimbangkan apakah tetap mengalokasikan sumber daya untuk produk ini.

CASH COWS

Produk yang telah lama ada di pasar dengan pangsa besar, menghasilkan pendapatan stabil meskipun pertumbuhan tidak signifikan.

Manfaat Analisis BCG

Membantu manajemen membuat keputusan strategis terkait alokasi sumber daya, pengembangan produk, dan strategi pemasaran untuk memaksimalkan keuntungan.

Analisis Porter's terkait proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread:

Analisis Porter's Five Forces
Analisis Porter's Five Forces

1. Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants): Potato Cheese Bread merupakan produk yang bisa dikatakan baru dalam industri roti dan kue, namun masih ada potensi untuk masuknya pesaing baru yang menyajikan produk serupa. Meskipun memiliki beberapa hambatan seperti skala ekonomi dan persyaratan modal yang tinggi untuk memulai produksi dalam skala besar, variasi produk dan inovasi dapat memungkinkan pendatang baru untuk memasuki pasar dengan relatif mudah (Kizilda & Uurlu, 2023). Namun, untuk menyaingi merek yang sudah mapan seperti proposal bisnis ini, pendatang baru harus menempuh rintangan dalam hal kualitas, distribusi, dan kehadiran merek yang kuat (Planellas & Muni, 2019).

  • Meskipun Korean Potato Cheese Bread merupakan produk yang relatif baru, ada potensi masuknya pesaing baru yang menyajikan produk serupa.
  • Pesaing baru mungkin menghadapi hambatan seperti skala ekonomi dan persyaratan modal yang tinggi, tetapi inovasi dan variasi produk dapat memungkinkan mereka memasuki pasar.
  • Pesaing baru harus bersaing dalam hal kualitas, distribusi, dan kehadiran merek yang kuat untuk menyaingi proposal bisnis ini.

2. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti (Threat of Substitutes): Meskipun Potato Cheese Bread menawarkan kombinasi unik dari kentang dan keju, masih ada kemungkinan produk lain dalam industri roti dan kue atau makanan ringan lainnya dapat menjadi pengganti. Hal ini dapat membatasi pendapatan potensial dari industri ini. Untuk mengatasi ancaman ini, perusahaan harus fokus pada diferensiasi produk dan pemasaran yang kuat untuk memperkuat posisi mereka di pasar (Planellas & Muni, 2019).

  • Meskipun unik dalam kombinasi kentang dan keju, Potato Cheese Bread bisa digantikan oleh produk lain dalam industri roti dan kue atau makanan ringan lainnya.
  • Fokus pada diferensiasi produk dan pemasaran yang kuat diperlukan untuk memperkuat posisi di pasar.

3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli (Bargaining Power of Buyers): Konsumen memiliki kekuatan tawar yang signifikan dalam industri makanan. Jika mereka merasa harga Potato Cheese Bread terlalu tinggi atau kualitasnya tidak memuaskan, mereka dapat beralih ke produk pengganti atau merasa puas dengan produk lain yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan kebutuhan dan preferensi konsumen serta menjaga kualitas produk dan layanan untuk mempertahankan daya tarik mereka di pasar (Planellas & Muni, 2019).

  • Konsumen memiliki kekuatan tawar signifikan dalam industri makanan.
  • Perusahaan harus memperhatikan kebutuhan dan preferensi konsumen serta menjaga kualitas produk dan layanan.

4. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Bargaining Power of Suppliers): Pemasok bahan baku seperti kentang segar dan keju berkualitas memiliki kekuatan tawar yang signifikan terhadap perusahaan dalam menentukan harga dan ketersediaan bahan baku. Untuk mengurangi risiko ini, perusahaan harus menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dan mungkin mempertimbangkan diversifikasi sumber pasokan untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok tunggal (Planellas & Muni, 2019).

  • Pemasok bahan baku memiliki kekuatan tawar dalam menentukan harga dan ketersediaan.
  • Perusahaan harus menjalin hubungan baik dengan pemasok dan mungkin mempertimbangkan diversifikasi sumber pasokan.

5. Persaingan dalam Industri Sejenis (Rivalry of Competitors): Industri makanan, termasuk industri roti dan kue, sering kali sangat kompetitif. Persaingan antara merek-merek yang sudah ada di pasar dapat menjadi tantangan bagi proposal bisnis "Korean Potato Cheese Bread". Untuk tetap bersaing, perusahaan harus fokus pada diferensiasi produk, inovasi, pemasaran yang efektif, dan kualitas yang konsisten untuk menarik dan mempertahankan pelanggan (Planellas & Muni, 2019).

  • Industri makanan, termasuk roti dan kue, sering kali kompetitif.
  • Fokus pada diferensiasi produk, inovasi, pemasaran efektif, dan kualitas konsisten diperlukan untuk bersaing.

Analisis Kepemimpinan terkait proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread:

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor kunci dalam kesuksesan bisnis, terutama dalam mengarahkan tim untuk mencapai tujuan perusahaan. Dalam konteks proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread, peran kepemimpinan sangat penting untuk memastikan produksi dan pemasaran produk berjalan lancar serta memotivasi tim untuk memberikan yang terbaik. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai analisis kepemimpinan berdasarkan teori dan data proposal bisnis tersebut (Usman, 2019).

Gaya Kepemimpinan: Kepemimpinan dapat dijelaskan melalui berbagai gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh pemimpin. Dalam bisnis Korean Potato Cheese Bread, pemimpin dapat menggunakan berbagai gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dan kebutuhan perusahaan (Thompson et al., 2020).

  • Gaya Partisipatif: Dalam gaya ini, pemimpin berperan sebagai fasilitator dan berada di tengah-tengah tim. Dalam konteks bisnis ini, pemimpin dapat mengajak karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam proses inovasi produk, strategi pemasaran, dan pengambilan keputusan lainnya. Hal ini akan meningkatkan rasa memiliki dan motivasi karyawan.
  • Gaya Pengasuh: Pemimpin dengan gaya ini bertindak sebagai figur yang melindungi dan memperhatikan karyawan seperti seorang orang tua. Mereka memberikan dukungan dan bimbingan kepada tim untuk mengatasi tantangan dalam bisnis, seperti masalah produksi atau kualitas produk.
  • Gaya Otoriter: Meskipun kurang umum dalam lingkungan kerja modern, gaya otoriter tetap memiliki tempat dalam situasi-situasi darurat atau keputusan yang membutuhkan kecepatan eksekusi. Namun, penggunaan gaya ini harus bijaksana agar tidak menimbulkan ketidakpuasan atau resistensi dari karyawan.
  • Gaya Birokrasi: Dalam gaya ini, pemimpin mengandalkan peraturan dan prosedur organisasi untuk mengatur kerja tim. Dalam bisnis Korean Potato Cheese Bread, pemimpin dapat menerapkan standar kualitas dan prosedur operasional yang jelas untuk memastikan konsistensi dalam produksi dan pelayanan.
  • Gaya yang Berorientasi pada Tugas: Pemimpin yang mengutamakan tugas akan fokus pada pencapaian target dan efisiensi dalam operasional. Mereka akan mengarahkan tim untuk bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, seperti mencapai volume produksi yang ditargetkan atau menjaga kualitas produk.

Analisis Perhitungan: BEP Unit, dan Rupiah, serta Perencanaan Laba

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Break even point (BEP) atau titik impas merupakan teknik untuk mengevaluasi berbagai alternatif proses dari pendapatan dan biaya, tujuannya adalah untuk menemukan titik pertemuan di mana jumlah biaya sama dengan jumlah pendapatan, Break even analisis membutuhkan estimasi biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan. Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variable (Handayani, 2023). Biaya tetap adalah biaya yang berlanjut walaupun tidak ada unit yang diproduksi, misalnya depresiasi, pajak, utang, pembayaran sewa Gedung. Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dengan volume unit yang diproduksi (Manuho et al., 2021).

Break-Even Point (BEP) dalam unit adalah jumlah unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas, yaitu ketika total revenue sama dengan total cost. Dalam proposal bisnis ini, BEP dalam unit adalah:

Break-Even Point (BEP) dalam unit = Total Fixed Cost / Contribution Margin per unit = Rp 10,000,000 / Rp 3,000 = Kurang lebih 3,333 units

Break-Even Point (BEP) dalam rupiah adalah nilai rupiah dari BEP dalam unit. Dalam contoh ini, BEP dalam rupiah adalah:

Break-Even Point (BEP) dalam rupiah = BEP dalam unit x Harga Jual per unit = 3,333 units x Rp 5,000 = Rp 16,665,000

Total Revenue adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk. Dalam contoh ini, Total Revenue adalah:

Total Revenue = Jumlah penjualan x Harga Jual per unit = 5,000 units x Rp 5,000 = Rp 25,000,000

Dari hasil analisis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bisnis Korean Potato Cheese Bread harus menjual setidaknya 3,333 unit produk per bulan dengan harga jual Rp 5,000 per unit untuk mencapai titik impas atau Break-Even Point. Dengan begitu, bisnis akan mencapai nol keuntungan atau kerugian. Jika penjualan melebihi angka tersebut, bisnis akan mulai menghasilkan keuntungan.

Dalam perencanaan laba adalah selisih antara total pendapatan dan total biaya. Jika total pendapatan lebih besar dari total biaya, maka perusahaan akan menghasilkan laba. Namun, jika total pendapatan kurang dari total biaya, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam proposal ini, total laba adalah Rp 0, yang berarti bisnis belum mencapai laba karena penjualan masih sejajar dengan biaya.

Analisis Perhitungan: Cost-Volume-Profit

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Analisis Cost Volume Profit (CVP) adalah sebuah alat untuk membantu para manajer mengerti akan hubungan antara biaya, volume dan laba dengan fokus pada interaksi antara harga produk, volume aktivitas, biaya variabel per unit, total biaya tetap, dan produk campuran yang terjual. Analisis CVP ini merupakan sebuah alat yang vital yang digunakan dalam membuat keputusan-keputusan bisnis seperti menentukan produk apa yang harus diproduksi atau dijual, kebijakan harga seperti apa yang harus digunakan, strategi pemasaran seperti apa yang harus dilaksanakan, dan fasilitas yang produktif seperti apa yang diperlukan (Guilding & Ji, 2022).

Di dalam analisis CVP ini, analisis yang paling umum adalah analisis break-even point (BEP). Break-even point merupakan istilah yang menggambarkan kondisi perusahaan di mana perusahaan tidak dalam keadaan untung maupun rugi. Analisis BEP ini menjadi penting karena perusahaan dapat memperkirakan batas minimum produksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Total Variable Cost adalah biaya variabel yang dikeluarkan untuk memproduksi dan menjual produk. Dalam contoh ini, Total Variable Cost adalah:

Total Variable Cost = Variable Cost per bulan + (Biaya Variable Per Unit x Jumlah penjualan per bulan) = Rp 5,000,000 + (Rp 2,000 x 5,000) = Rp 15,000,000

Total Cost adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dan menjual produk, termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Dalam contoh ini, Total Cost adalah:

Total Cost = Total Fixed Cost + Total Variable Cost = Rp 10,000,000 + Rp 15,000,000 = Rp 25,000,000

Total Profit adalah selisih antara Total Revenue dan Total Cost. Dalam contoh ini, Total Profit adalah:

Total Profit = Total Revenue - Total Cost = Rp 25,000,000 - Rp 25,000,000 = Rp 0

Dari hasil analisis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bisnis Korean Potato Cheese Bread berada pada titik impas atau Break-Even Point, di mana Total Revenue sama dengan Total Cost, sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian. Untuk mencapai keuntungan, bisnis harus meningkatkan penjualan atau mengurangi biaya.

Asumsi Penerimaan/Penolakan Proposal

 

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Untuk mengevaluasi penerimaan atau penolakan proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread, kita dapat menggunakan beberapa metode keuangan seperti Payback Period, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Index (PI), dan Modified Internal Rate of Return (MIRR) ( et al., 2019).

1. Payback Period (PP):

Payback period adalah suatu ukuran untuk menilai kelayakan investasi yang dilihat dari aspek jangka waktu pengembalian. Biasanya diukur dalam satuan tahun dan bulan (tanpa menghitung hari). Terdapat dua cara untuk menghitung periode pengembalian, yaitu: traditional payback period (tanpa memperhitungkan Tingkat suku bunga) dan Discounted Payback Period (dengan memperhitungkan tingkat suku bunga) (Bekaert & Hodrick, 2019). Periode pengembalian yang semakin pendek menunjukkan suatu investasi lebih cepat balik modal. Investor akan lebih suka memilih investasi yang periode pengembalian yang lebih cepat di antara industri sejenis.

Payback Period adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali investasi awal.

Diketahui:

Investasi Awal (Total Fixed Cost): Rp 10,000,000

Cash Flow setiap bulan: Total Revenue - Total Variable Cost = Rp 25,000,000 - Rp 15,000,000 = Rp 10,000,000

Payback Period = Investasi Awal / Cash Flow per Bulan

= Rp 10,000,000 / Rp 10,000,000

= 1 bulan

2. Discounted Payback Period:

Untuk menghitung Discounted Payback Period (DPP), kita akan menggunakan faktor diskonto untuk menurunkan nilai arus kas masuk ke nilai sekarang. Faktor diskonto adalah tingkat diskonto yang digunakan untuk menentukan nilai sekarang arus kas masa depan ( et al., 2019). Dalam kasus ini, kita akan menggunakan tingkat diskonto sekitar 10% per tahun.

Kumulatif dari nilai sekarang arus kas masuk:

  • Bulan 1: Rp 9,090,909.09
  • Bulan 2: Rp 17,355,371.90
  • Bulan 3: Rp 17,355,371.90 + Rp 7,512,560.09 = Rp 24,867,931.99

Pada bulan 3, kumulatif nilai sekarang sudah melebihi investasi awal sebesar Rp 10,000,000, sehingga Discounted Payback Period adalah sekitar 3 bulan.

Sehingga, Discounted Payback Period (DPP) dari proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread adalah sekitar 3 bulan.

3. Net Present Value (NPV):

Net Present Value (NPV) berguna untuk mengukur kemampuan dan peluang sebuah perusahaan dalam menjalankan investasinya sampai beberapa tahun yang akan datang, saat nilai mata uang berubah dan berdampak pada cash flow perusahaan.

NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan keluar. NPV yang positif menunjukkan bahwa investasi menghasilkan laba.

Diketahui:

Faktor Diskonto (r): asumsi sekitar 10% per tahun

Cash Flow setiap bulan: Total Revenue - Total Variable Cost = Rp 10,000,000

NPV = [Cash Flow / (1 + r)^t] - Investasi Awal

= [Rp 10,000,000 / (1 + 0.1)^1] - Rp 10,000,000

= Rp 9,090,909.09 - Rp 10,000,000

-Rp 909,090.91

4. Internal Rate of Return (IRR):

IRR adalah sebuah metode untuk menghitung tingkat bunga suatu investasi dan menyamakannya dengan nilainya saat ini berdasarkan perhitungan kas bersih di periode mendatang. Sederhananya, ketika hasil perhitungan IRR menunjukkan angka yang lebih besar daripada modalnya, maka Anda sebaiknya segera melakukan investasi. Sebaliknya, jika hasil perhitungan IRR kurang dari biaya modal, maka lebih baik menghindari investasi tersebut agar tidak mengalami kerugian (Bekaert & Hodrick, 2019).

Secara umum, IRR adalah metrik yang digunakan dalam analisis keuangan untuk memperkirakan potensi keuntungan investasi. Dengan menggunakan indikator tersebut, maka memungkinkan untuk menemukan titik impas dari sebuah investasi melalui perbandingan tingkat kenaikan dengan waktu dan biaya.

IRR adalah tingkat pengembalian di mana NPV investasi sama dengan nol. IRR yang lebih besar dari tingkat diskonto yang diharapkan menunjukkan bahwa investasi layak dilakukan. Dari perhitungan, bahwa NPV positif saat tingkat diskonto (r) adalah 10%, yang menunjukkan bahwa tingkat pengembalian sekitar 10% per tahun merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan dari investasi tersebut. Oleh karena itu, Internal Rate of Return (IRR) dari proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread adalah sekitar 10%.

5. Profitability Index (PI):

PI adalah rasio antara NPV dan investasi awal. PI yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa investasi menghasilkan laba.

Profitability Index = NPV / Investasi Awal

= -Rp 909,090.91 / Rp 10,000,000

-0.09

6. Modified Internal Rate of Return (MIRR):

MIRR adalah tingkat pengembalian yang lebih realistis karena mengasumsikan bahwa arus kas masuk diinvestasikan kembali pada tingkat pengembalian yang baru.

Proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread:

  1. Payback Period (PP): 1 bulan
  2. Discounted Payback Period (DPP): sekitar 3 bulan
  3. Net Present Value (NPV): sekitar -Rp 909,090.91
  4. Internal Rate of Return (IRR): sekitar 10%
  5. Profitability Index (PI): sekitar -0.09

Dari hasil perhitungan tersebut, terlihat bahwa nilai NPV negatif, yang menunjukkan bahwa investasi ini tidak menghasilkan laba secara finansial dalam jangka waktu yang diharapkan.

Dari hasil perhitungan di atas, Payback Period menunjukkan bahwa investasi dapat kembali dalam waktu satu bulan, tetapi NPV, IRR, PI, dan MIRR menunjukkan bahwa investasi ini tidak menguntungkan karena NPV negatif dan indikator lainnya tidak menghasilkan angka yang positif. Oleh karena itu, berdasarkan analisis keuangan, dapat disimpulkan bahwa proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread mungkin lebih baik untuk ditolak.

Analysis Supply & Demand

Ilustrasi pribadi
Ilustrasi pribadi

Grafik supply & demand pada proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread menggambarkan hubungan antara harga jual produk (harga) dan jumlah penjualan (permintaan) dari produk tersebut. Grafik ini membantu dalam memvisualisasikan bagaimana penawaran (supply) dan permintaan (demand) berinteraksi dalam pasar.

  1. Harga Jual Produk (Harga): Harga jual produk (dalam satuan rupiah) diplot pada sumbu x (sumbu horizontal) dari grafik. Rentang harga yang biasanya ditetapkan oleh bisnis ditampilkan dalam grafik ini. Pada proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread, rentang harga jual yang digunakan bisa dari Rp 1000 hingga Rp 5000 dengan interval tertentu, misalnya, Rp 500.
  2. Jumlah Penjualan (Permintaan): Jumlah penjualan produk (dalam unit) diplot pada sumbu y (sumbu vertikal) dari grafik. Grafik ini menunjukkan berapa banyak unit produk yang dibeli oleh konsumen pada setiap tingkat harga jual. Jumlah penjualan biasanya menurun ketika harga jual naik, dan sebaliknya.
  3. Hubungan Supply & Demand: Grafik ini mencerminkan konsep dasar ekonomi dimana terdapat hubungan terbalik antara harga jual produk dan jumlah penjualan. Ketika harga jual produk naik, jumlah penjualan cenderung menurun karena konsumen lebih sedikit yang bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi. Sebaliknya, ketika harga jual produk turun, jumlah penjualan cenderung meningkat karena konsumen lebih tertarik untuk membeli dengan harga yang lebih rendah.
  4. Titik Break-Even Point: Titik Break-Even Point adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya, sehingga bisnis tidak mengalami keuntungan atau kerugian. Pada grafik, titik ini ditandai sebagai titik di mana kurva permintaan (demand) dan kurva penawaran (supply) saling bersilangan. Dalam proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread, Break-Even Point adalah ketika jumlah penjualan mencapai sekitar 3333 unit per bulan dengan harga jual sebesar Rp 5000 per unit.

Dengan demikian, grafik supply & demand pada proposal bisnis Korean Potato Cheese Bread membantu dalam memahami bagaimana harga jual produk memengaruhi jumlah penjualan, serta menunjukkan titik di mana bisnis mencapai titik impas atau Break-Even Point.

DAFTRAR PUSTAKA

Bekaert, G., & Hodrick, R. (2019). International financial management. In International Financial Management. https://doi.org/10.1017/9781316282274

Guilding, C., & Ji, K. M. (2022). Cost-volume-profit analysis. In Accounting Essentials for Hospitality Managers. https://doi.org/10.4324/9781003183334-8

Handayani, wilda tri. (2023). Analisis Break Even Point. Analisis Laporan Keuangan.

Kizilda, D., & Uurlu, . Y. (2023). Digitalization and business: A view from Porter's five forces. In New Perspectives and Possibilities in Strategic Management in the 21st Century: Between Tradition and Modernity. https://doi.org/10.4018/978-1-6684-9261-1.ch004

Manuho, P., Makalare, Z., Mamangkey, T., & Budiarso, N. S. (2021). ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP). Jurnal Ipteks Akuntansi Bagi Masyarakat, 5(1). https://doi.org/10.32400/jiam.5.1.2021.34692

Planellas, M., & Muni, A. (2019). Porter's Five Forces. In Strategic Decisions. https://doi.org/10.1017/9781108665797.015

Thompson, J., Camp, J. R., Trimble, J. E., & Langford, S. (2020). Leadership Styles. In The Wiley Encyclopedia of Personality and Individual Differences: Volume IV: Clinical, Applied, and Cross-Cultural Research (Vol. 4). https://doi.org/10.1002/9781119547181.ch347

Usman, H. (2019). Kepemimpinan Efektif: Teori, Penelitian, & Praktik. In PT Bumi Aksara.

, ., Korshunova, L., , ., Prodanova, N., , ., Zacarinnaya, E., , ., Gendon, A., , ., & Rudskaya, I. (2019). Fundamentals of financial management. In Fundamentals of financial management. https://doi.org/10.12737/textbook_5d3961a55db7f9.62246330

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun