Gaya Kepemimpinan: Kepemimpinan dapat dijelaskan melalui berbagai gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh pemimpin. Dalam bisnis Korean Potato Cheese Bread, pemimpin dapat menggunakan berbagai gaya kepemimpinan tergantung pada situasi dan kebutuhan perusahaan (Thompson et al., 2020).
- Gaya Partisipatif: Dalam gaya ini, pemimpin berperan sebagai fasilitator dan berada di tengah-tengah tim. Dalam konteks bisnis ini, pemimpin dapat mengajak karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam proses inovasi produk, strategi pemasaran, dan pengambilan keputusan lainnya. Hal ini akan meningkatkan rasa memiliki dan motivasi karyawan.
- Gaya Pengasuh: Pemimpin dengan gaya ini bertindak sebagai figur yang melindungi dan memperhatikan karyawan seperti seorang orang tua. Mereka memberikan dukungan dan bimbingan kepada tim untuk mengatasi tantangan dalam bisnis, seperti masalah produksi atau kualitas produk.
- Gaya Otoriter: Meskipun kurang umum dalam lingkungan kerja modern, gaya otoriter tetap memiliki tempat dalam situasi-situasi darurat atau keputusan yang membutuhkan kecepatan eksekusi. Namun, penggunaan gaya ini harus bijaksana agar tidak menimbulkan ketidakpuasan atau resistensi dari karyawan.
- Gaya Birokrasi: Dalam gaya ini, pemimpin mengandalkan peraturan dan prosedur organisasi untuk mengatur kerja tim. Dalam bisnis Korean Potato Cheese Bread, pemimpin dapat menerapkan standar kualitas dan prosedur operasional yang jelas untuk memastikan konsistensi dalam produksi dan pelayanan.
- Gaya yang Berorientasi pada Tugas: Pemimpin yang mengutamakan tugas akan fokus pada pencapaian target dan efisiensi dalam operasional. Mereka akan mengarahkan tim untuk bekerja sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, seperti mencapai volume produksi yang ditargetkan atau menjaga kualitas produk.
Analisis Perhitungan: BEP Unit, dan Rupiah, serta Perencanaan Laba
Break even point (BEP) atau titik impas merupakan teknik untuk mengevaluasi berbagai alternatif proses dari pendapatan dan biaya, tujuannya adalah untuk menemukan titik pertemuan di mana jumlah biaya sama dengan jumlah pendapatan, Break even analisis membutuhkan estimasi biaya tetap, biaya variabel, dan pendapatan. Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variable (Handayani, 2023). Biaya tetap adalah biaya yang berlanjut walaupun tidak ada unit yang diproduksi, misalnya depresiasi, pajak, utang, pembayaran sewa Gedung. Biaya variabel adalah biaya yang bervariasi dengan volume unit yang diproduksi (Manuho et al., 2021).
Break-Even Point (BEP) dalam unit adalah jumlah unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas, yaitu ketika total revenue sama dengan total cost. Dalam proposal bisnis ini, BEP dalam unit adalah:
Break-Even Point (BEP) dalam unit = Total Fixed Cost / Contribution Margin per unit = Rp 10,000,000 / Rp 3,000 = Kurang lebih 3,333 units
Break-Even Point (BEP) dalam rupiah adalah nilai rupiah dari BEP dalam unit. Dalam contoh ini, BEP dalam rupiah adalah:
Break-Even Point (BEP) dalam rupiah = BEP dalam unit x Harga Jual per unit = 3,333 units x Rp 5,000 = Rp 16,665,000
Total Revenue adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk. Dalam contoh ini, Total Revenue adalah:
Total Revenue = Jumlah penjualan x Harga Jual per unit = 5,000 units x Rp 5,000 = Rp 25,000,000
Dari hasil analisis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa bisnis Korean Potato Cheese Bread harus menjual setidaknya 3,333 unit produk per bulan dengan harga jual Rp 5,000 per unit untuk mencapai titik impas atau Break-Even Point. Dengan begitu, bisnis akan mencapai nol keuntungan atau kerugian. Jika penjualan melebihi angka tersebut, bisnis akan mulai menghasilkan keuntungan.