Youtube merupakan platform yang sering dikunjungi generasi milenial sekarang. Bukan hanya sebagai media tontonan, tetapi generasi milenial menggunakan youtube untuk meraih jutaan rupiah. Â Seorang youtuber selalu memberikan konten terbaiknya untuk para pengguna youtube. Salah satu youtuber atau konten kreator kreatif adalah Aulia Rizsa Wirizqi, lebih dikenal dengan sebutan Aulion.Â
Setiap youtuber mempunyai ciri khas atau keunikan masing-masing dalam video konten supaya dapat membedakan youtuber satu dengan youtuber lainnya dan lebih kreatif lagi. Aulion mempunyai keunikan dalam videonya yaitu stop motion dan video yang selalu penuh warna.Â
Beberapa kalimat yang sering diucapkan setiap awal pembukaan video Aulion "hai, Â halo, hai, Â hai teman-teman gue aulion" dengan gaya aulion yang pindah kemana-mana dan filter hitam putih, "bentar-bentar kayak ga enak kalau hitam putih" dengan jentikkan jarinya filter putih hitam berubah menjadi filter normal. Kemudian ditutup dengan kalimat "selalu dukung youtuber-youtuber Indonesia" dan kata terimakasih dalam berbagai macam bahasa.
Belakangan ini, Aulion sering share aktivitas bersama orang Tuli di instastory miliknya. Pria pecinta roller coaster ini tertarik budaya tuli. Video konten Aulion diberi teks terjemahan Bahasa Indonesia dengan alasan banyak subscribers atau penikmat videonya yang Tuli supaya mendapat menikmati dan mendapat informasi yang sama dengan orang dengar. Orang Tuli membuka mata Aulion bahwa karya sebelumnya belum ramah untuk mereka.
Dimulai dari komunikasi biasa tanpa suara, dan menulis di papan tulis kecil, lalu mereka diajarkan bahasa isyarat oleh orang Tuli. Â Komunikasi seperti biasa dan tulisan bukan penyampaian pesan secara langsung yang efektif kepada orang Tuli. Aulion dan Kitabisa.com pernah mengadakan belajar bahasa isyarat. Aulion juga mengajak untuk membantu Udana dan Yusi, adik Tuli yang lolos seleksi World Federation Deaf Youth Section di Argentina.
Sering sekali orang-orang menyebut Tuli dengan kata tuna rungu. Banyak orang yang berasumsi bahwa kata tuna rungu adalah kata yang sopan dan bahasa halus untuk orang Tuli. Tetapi, orang Tuli tidak mau disebut tuna rungu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Â kata tuna rungu terdiri dari kata tuna yang artinya adalah rusak dan rungu adalah pendengaran merupakan kata yang kasar dan negatif.Â
Tulisan huruf kecil t atau huruf kapital T pada kata Tuli juga memiliki arti yang berbeda. tuli menggunakan huruf kecil memiliki arti kekurangan pendengaran, kerusakan pendengaran dan gangguan pendengaran. Sedangkan Tuli menggunakan huruf kapital T memiliki arti kelompok minoritas yang memiliki budaya yang berkembang dan menggunakan bahasa isyarat sebagai cara berkomunikasi.Â
Pengalaman Aulion pertama kali berkomunikasi dengan orang Tuli, Aulion memperhatikan oral atau gerak bibir. Kesalahpahaman jika hanya melihat oral, Aulion memperhatikan gerak tangannya juga sambil mengikutinya.Â
Aulion sadar bahwa Indonesia belum sepenuhnya ramah disabilitas Tuli. Berikut contoh-contohnya:Â
1. Film Indonesia banyak yang tidak menggunakan teks terjemahan bahasa. Sehingga orang Tuli lebih menyukai menonton film luar negeri.Â
2. Pada Sholat Jumat, orang Tuli tidak mengerti ucapan khutbah Imam. Syukurlah pada saat selesai sholat Ied dapat buku kecil yang berisi ceramah.Â
3. Penerjemah bahasa isyarat di Indonesia masih sedikit. Semoga pendidikan bahasa isyarat lebih berkembang. Supaya orang dengar bisa meminjamkan telinga untuk orang Tuli.Â
4. Masih ada orangtua yang memaksa/mengedukasi anak Tuli untuk bisa berbicara. Banyak orangtua yang belum memahami bahasa isyarat.Â
5. Masih ada lowongan yang menolak teman-teman Tuli. Padahal belum tau apa kualitas mereka, siapa tahu itu passion terbesar mereka. Tuli tidak menurunkan kualitas kerja. Dan masih banyak lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H