Mohon tunggu...
Anissa Nurul Rokhimah
Anissa Nurul Rokhimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Dian Nusantara Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial | Akuntansi 121211038 Akuntansi Forensik Prof. Dr, Apollo, M. Si. Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aplikasi Proses Pembuktian dan Argumentasi Logika pada Bukti Dokumen Kecurangan

7 Juli 2024   14:38 Diperbarui: 7 Juli 2024   14:39 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deductive Argument

Penalaran deduktif adalah bentuk argumen yang bekerja dari umum ke lebih spesifik; kita sering menyebutnya sebagai logika "top-down". Penalaran induktif, di sisi lain, bekerja dari pengamatan spesifik ke lebih luas dan lebih umum; kita kadang-kadang menyebutnya sebagai penalaran "bottom-up".

Argumen yang dinyatakan secara deduktif menawarkan dua atau lebih aturan atau pernyataan yang secara otomatis mengarah pada kesimpulan. Bentuk argumen silogistik ini, pertama kali diusulkan oleh Aristoteles, dirancang untuk menghasilkan kepastian matematis. Penggunaan silogisme, atau pernyataan matematis, memastikan bahwa garis argumen mengarah secara logis ke kesimpulan.

Argumen deduktif memiliki, setidaknya, tiga pernyataan: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Pernyataan pertama, atau premis mayor, adalah pernyataan kebenaran umum yang berhubungan dengan kategori daripada objek terbatas. Di dalam premis mayor terdapat dua bagian: frasa antecedent dan consequent.

Frasa antecedent adalah frasa subjek, dan frasa consequent adalah predikat. Misalnya, pernyataan, "semua manusia adalah fana," mengandung frasa antecedent, "semua manusia" (kategori umum), dan frasa consequent, "adalah fana."

Pernyataan kedua, premis minor, adalah pernyataan tentang contoh spesifik yang dicakup oleh premis mayor. Misalnya, frasa, "Socrates adalah manusia," adalah pernyataan kebenaran yang berhubungan dengan contoh spesifik yang diatur oleh premis mayor.

Pernyataan ketiga, kesimpulan, harus mengikuti secara alami dari hubungan premis mayor dan minor satu sama lain. Jika tidak ada kesalahan deduktif, pernyataan ini akan menjadi hasil yang tidak terhindarkan dari dua pernyataan pertama. Dalam contoh di atas, "Socrates adalah fana," adalah kesimpulan yang alami dan tidak terhindarkan dari premis mayor dan minor.

Dalam membentuk argumen deduktif, kita dapat menghubungkan premis minor dengan premis mayor dengan empat cara berbeda. Hanya dua yang menghasilkan argumen logis yang kuat; dua lainnya menghasilkan kesalahan deduktif. Struktur dalam ilustrasi kita adalah contoh dari mengafirmasi antecedent. Dalam bentuk ini, premis minor menegaskan bahwa suatu contoh khusus adalah contoh dari antecedent premis mayor. Dalam contoh kita, kita menegaskan bahwa Socrates memang manusia. Kita menegaskan bahwa Socrates dan keadaan sebagai manusia adalah setara. Bentuk kebalikannya disebut menyangkal consequent. Untuk membangun silogisme deduktif di mana kita menyangkal consequent, kita harus menegaskan bahwa suatu contoh khusus tidak setara dengan consequent. Premis mayor kita, "semua manusia adalah fana," dapat tetap sama. Namun, premis minor harus berubah.

Jika, alih-alih menegaskan bahwa Socrates adalah manusia, seperti yang kita lakukan dalam bentuk mengafirmasi antecedent, kita menyangkal bahwa suatu objek spesifik adalah fana---"mobil saya tidak fana"---kita telah membangun argumen silogistik kedua yang kuat. Dari premis minor ini secara logis mengikuti kesimpulan bahwa "mobil saya bukan manusia."

Kekuatan atau kebenaran argumen deduktif bergantung pada kebenaran premis mayor dan minor. Jika dua pernyataan pertama benar, kesimpulan harus benar. Namun, argumen yang kuat tidak serta merta menjamin kebenaran kesimpulan. Jika premis mayor atau minor salah, kita masih akan mencapai kesimpulan yang salah menggunakan logika silogistik yang kuat.

Inductive Argument

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun