Aktivisme digital dilakukan melalui perantara medium atau platrform digital yang telah ada. Masing-masing platform tentunya memiliki kegunaan yang berbeda satu sama lain, platform tersebut di antaranya.
- Jejaring sosial. Beberapa situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna yang besar dapat dimanfaatkan sebagai platform aktivisme digital. Facebook misalnya yang diminati karena dapat menampilkan berbagai macam konten dan media. Di dalam Facebook, informasi antimainstream dan jarang terungkap biasanya termuat di sana, sehingga Facebook menjadi platform yang efektif guna mencari dukungan atas aksi yang dilakukan.
- Blog. Blog merupakan medium yang dapat dimanfaatkan untuk menyuarakan isu atau masalah tertentu kepada publik yang lebih luas. Blog sebagai platform yang bebas dengan tidak disensor oleh pihak tertentu menjadikannya platform yang sangat berguna untuk mengkampanyekan suatu isu.
- Micro-blog. Platform yang tidak kalah berpengaruh dalam menkampanyekan isu sosial adalah Twitter. Twitter banyak digunakan oleh para aktivis untuk melancarkan aksinya. Penggunaan tagar atau hastag pada Twitter membantu mempercepat penyebaran dan perluasan isu yang diangkat sehingga mampu meraup perhatian dunia. Salah satu contoh penggunaan hastag yang viral di Twitter berkaitan dengan peristiwa #BlackLivesMatter.
Aktivisme Pada Diri Pemuda
Berangkat dari kekecewaan, ketakutan, serta keberanian yang dimiliki oleh para pemuda membuat mereka tidak tanggung-tanggung mengambil tindakan untuk memperjuangkan apa yang pantas mereka perjuangkan. Aktivisme yang pemuda lakukan sebagian besar didasari akan rasa frustrasi dan kecewa pada pemerintahan. Mereka dapat memulai langkah yang cukup keras dan mendesak karena kemampuan mereka untuk mendapatkan inspirasi, menyebarkan informasi, dan memobilisasi jauh lebih hebat dibanding kaum yang lebih tua.
Di era sekarang ini, suatu mekanisme baru muncul di mana dalam memobilisasi secara kolektif tidak memerlukan usaha yang sangat besar. Kini media digital tidak mengharuskan seseorang datang berkumpul dan bertatap muka secara fisik untuk melakukan gerakan aktivis. Perbedaan yang cukup menonjol antara kaum muda dengan kaum lebih tua ada pada bagaimana kaum muda handal memanfaatkan perkembangan teknologi dalam setiap aktivitas sosial dan politik. Media sosial menjadi peluang bagi pemuda untuk mengibarkan kekuatan perubahan sosial melalui segala bentuk aktivisme. Segala protes kerap dilakukan pemuda melalui platform digital mereka seperti TikTok, Twitter, dan Instagram.
Pemuda membawa pergerakan aktivisme mereka ke dalam ruang digital. Ruang digital tersebut mampu mengembangkan identitas sipil yang mereka punya serta mengekspresikan sikap politik lewat cara yang kreatif dan inovatif. Dunia digital ini mampu mempermudah pemuda untuk melatih identitas kewarganegaraan mereka dalam berpartisipasi pada politik dengan menyuarakan hak-hak mereka yang terwujudkan melalui gerakan-gerakan sosial.
Semangat perubahan ini kerap dimiliki oleh pemuda karena harapan akan dunia yang lebih baik masih terlihat. Hidupnya partisipasi politik pemuda melalui aktivisme digital menjadi faktor penting dalam mewujudkan perubahan sosial dan politik sekarang ini. Pemuda dapat meraih jawaban mereka akan masa depan yang lebih baik dengan terus memanfaatkan potensi yang mereka miliki serta mengatasi tantangan yang hadir dalam memperjuangkannya.
Referensi
Carnegie, M. (2022, 28 Agustus). Aktivisme Generasi Z: Mengubah dunia sejak usia muda. Diakses pada 29 Maret 2024, dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cyrg7dv1n7zo
Sadasri, L. M. (2019, April). Kaum muda dan aktivisme politik daring di Indonesia. In Conference On Communication and News Media Studies (Vol. 1, pp. 93-93).
Suswandy, S., Firman, M., Juliati, J., & Anugrah, A. W. (2020). Partisipasi Politik Anak Muda dalam Organisasi Aktivis Online: Dampaknya pada Perubahan Sosial. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2).
Zahira, D. & Hermanadi, H. (2021). Memetakan Aliran Aktivisme Digital: Sebuah Pergerakan Sosial. Center for Digital Society (CFDS).