Mohon tunggu...
Anissa Nurul Chotimah
Anissa Nurul Chotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Ingin mendalami dunia kepenulisan, tertarik mempelajari bahasa asing. Mari berkembang bersama!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemuda Sebagai Pelopor Perubahan Sosial Melalui Aktivisme Digital

31 Maret 2024   13:32 Diperbarui: 31 Maret 2024   13:49 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat kini hidup berdampingan dengan teknologi, pesatnya perkembangan teknologi memberi pengaruh signifikan terhadap dinamika kehidupan masyarakat mulai dari aspek sosial, politik, ekonomi, maupun budaya. Dalam konteks politik, eksistensi teknologi dijadikan sebuah alat untuk melancarkan perubahan sosial yang disiasati oleh kaum muda. Perubahan sosial tersebut direalisasikan dalam bentuk aktivisme digital (digital activism). 

Pemuda seringkali erat kaitannya dengan perubahan, tak jarang mereka dikenal sebagai agen perubahan atau agent of change. Jiwa pemuda Indonesia melekat akan sikap solidaritas, idealis, kritis, serta api semangat yang menggebu untuk memberikan pengaruh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sikap kritis yang dimiliki pemuda memungkinkan mereka menjadi aktor intelektual yang dapat turut aktif bersuara mengenai isu di masyarakat. Selaras dengan itu, keberadaan teknologi terutama media sosial dapat membantu pemuda berpartisipasi secara langsung dalam perubahan sosial melalui aktivisme digital. 

Aktvisme digital menjadi pilihan pemuda untuk melancarkan aksinya dikarenakan minimnya biaya yang harus dikeluarkan serta dapat membentuk opini publik yang lebih kuat. Beberapa contoh dari aktivisme digital pernah dilakukan oleh kaum muda yakni mahasiswa melalui platform Twitter yang mengkritik pemerintah dengan mengangkat tagar dan hastag #ReformasiDikorupsi di tahun 2019, #MosiTidakPercaya di tahun 2020, kritik BEM UI terhadap pemerintah melalui infografisnya dan masih banyak lagi.

Munculnya Aktivisme Digital

Aktivisme berasal dari kata “aktif” yang memilki makna sangat luas. Aktif di sini dapat berarti terlibat dalam aksi, partisipasi, bergerak, sampai pada sesuatu yang menghasilkan perubahan atau pengaruh. Terdapat beragam bentuk aktivisme di era saat ini seperti aksi langsung yang berupa kampanye, boikot, demonstrasi, protes, menulis surat atau petisi, diskusi publik, dan lain-lain. 

Untuk mencapai tujuan aktivisme yang sedang digalangkan, maka memerlukan banyak sekali dukungan dari berbagai pihak agar tujuan tersebut dapat tercapai. Karenanya perlu ada keterbaruan strategi dengan memanfaatkan medium yang dapat digunakan untuk memperoleh dukungan, salah satunya dengan media digital.

Dalam buku berjudul Digital Activism Decoded: The New Mechanics of Change yang ditulis oleh Mary Joyce, mendefinisikan aktivisme digital adalah proses meluasnya penggunaan teknologi digital dalam kampanye untuk perubahan sosial dan politik. Pemanfaatan media digital dalam melakukan usaha kolektif guna mewujudkan perubahan sosial dan politik juga disebut sebagai aktivisme digital.

Aktivisme digital bukanlah sesuatu yang sangat baru, melainkan telah hadir jauh cukup lama walaupun memang tidak semaju era sekarang ini. Dahulu pada zaman kejatuhan rezim orde baru di Indonesia, penggunaan internet sudah dipakai untuk menyebarluaskan informasi-informasi yang dapat dipakai oleh para kelompok aktivis pro-demokrasi untuk menyatukan rasa solidaritas mereka. 

Pada tahun 1990-an, melalui mailing list (milis) Apa Kabar Indonesia, para aktivis dan kelompok pro-demokrasi saling bertukar informasi dan berita. Sehingga, pada saat itu milis Apa Kabar Indonesia mencapai angka 250.000 pembaca yang berasal dari 96 negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Saat ini, aktivisme digital semakin marak dicanangkan melalui media sosial, Facebook, Twitter, Instagram, dan media sosial lainnya yang dapat menjadi pendukung keberlanjutan dari aktivisme digital ini.

Platform Aktivisme Digital

Aktivisme digital dilakukan melalui perantara medium atau platrform digital yang telah ada. Masing-masing platform tentunya memiliki kegunaan yang berbeda satu sama lain, platform tersebut di antaranya.

  • Jejaring sosial. Beberapa situs jejaring sosial dengan jumlah pengguna yang besar dapat dimanfaatkan sebagai platform aktivisme digital. Facebook misalnya yang diminati karena dapat menampilkan berbagai macam konten dan media. Di dalam Facebook, informasi antimainstream dan jarang terungkap biasanya termuat di sana, sehingga Facebook menjadi platform yang efektif guna mencari dukungan atas aksi yang dilakukan.
  • Blog. Blog merupakan medium yang dapat dimanfaatkan untuk menyuarakan isu atau masalah tertentu kepada publik yang lebih luas. Blog sebagai platform yang bebas dengan tidak disensor oleh pihak tertentu menjadikannya platform yang sangat berguna untuk mengkampanyekan suatu isu.
  • Micro-blog. Platform yang tidak kalah berpengaruh dalam menkampanyekan isu sosial adalah Twitter. Twitter banyak digunakan oleh para aktivis untuk melancarkan aksinya. Penggunaan tagar atau hastag pada Twitter membantu mempercepat penyebaran dan perluasan isu yang diangkat sehingga mampu meraup perhatian dunia. Salah satu contoh penggunaan hastag yang viral di Twitter berkaitan dengan peristiwa #BlackLivesMatter.

Aktivisme Pada Diri Pemuda

Berangkat dari kekecewaan, ketakutan, serta keberanian yang dimiliki oleh para pemuda membuat mereka tidak tanggung-tanggung mengambil tindakan untuk memperjuangkan apa yang pantas mereka perjuangkan. Aktivisme yang pemuda lakukan sebagian besar didasari akan rasa frustrasi dan kecewa pada pemerintahan. Mereka dapat memulai langkah yang cukup keras dan mendesak karena kemampuan mereka untuk mendapatkan inspirasi, menyebarkan informasi, dan memobilisasi jauh lebih hebat dibanding kaum yang lebih tua.

Di era sekarang ini, suatu mekanisme baru muncul di mana dalam memobilisasi secara kolektif tidak memerlukan usaha yang sangat besar. Kini media digital tidak mengharuskan seseorang datang berkumpul dan bertatap muka secara fisik untuk melakukan gerakan aktivis. Perbedaan yang cukup menonjol antara kaum muda dengan kaum lebih tua ada pada bagaimana kaum muda handal memanfaatkan perkembangan teknologi dalam setiap aktivitas sosial dan politik. Media sosial menjadi peluang bagi pemuda untuk mengibarkan kekuatan perubahan sosial melalui segala bentuk aktivisme. Segala protes kerap dilakukan pemuda melalui platform digital mereka seperti TikTok, Twitter, dan Instagram.

Pemuda membawa pergerakan aktivisme mereka ke dalam ruang digital. Ruang digital tersebut mampu mengembangkan identitas sipil yang mereka punya serta mengekspresikan sikap politik lewat cara yang kreatif dan inovatif. Dunia digital ini mampu mempermudah pemuda untuk melatih identitas kewarganegaraan mereka dalam berpartisipasi pada politik dengan menyuarakan hak-hak mereka yang terwujudkan melalui gerakan-gerakan sosial.

Semangat perubahan ini kerap dimiliki oleh pemuda karena harapan akan dunia yang lebih baik masih terlihat. Hidupnya partisipasi politik pemuda melalui aktivisme digital menjadi faktor penting dalam mewujudkan perubahan sosial dan politik sekarang ini. Pemuda dapat meraih jawaban mereka akan masa depan yang lebih baik dengan terus memanfaatkan potensi yang mereka miliki serta mengatasi tantangan yang hadir dalam memperjuangkannya.

Referensi

Carnegie, M. (2022, 28 Agustus). Aktivisme Generasi Z: Mengubah dunia sejak usia muda. Diakses pada 29 Maret 2024, dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/cyrg7dv1n7zo

Sadasri, L. M. (2019, April). Kaum muda dan aktivisme politik daring di Indonesia. In Conference On Communication and News Media Studies (Vol. 1, pp. 93-93).

Suswandy, S., Firman, M., Juliati, J., & Anugrah, A. W. (2020). Partisipasi Politik Anak Muda dalam Organisasi Aktivis Online: Dampaknya pada Perubahan Sosial. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2).

Zahira, D. & Hermanadi, H. (2021). Memetakan Aliran Aktivisme Digital: Sebuah Pergerakan Sosial. Center for Digital Society (CFDS).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun