Mohon tunggu...
A. Anindita
A. Anindita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Perempuan dua puluhan, menulis secara amatiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mencicipi Teater Imersif di Resto and Bar Jakarta

6 Mei 2019   18:30 Diperbarui: 6 Mei 2019   18:57 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menonton teater sih sudah biasa ya, banyak pertunjukkan teater digelar di mana-mana, Anda tinggal pilih mana yang sesuai dengan minat Anda. Seperti pada umumnya pertunjukkan teater, Anda bisa melihat kepiawaian sang aktor-aktris bermain dari kursi penonton, sementara mereka berada di panggung. Hm, tapi bagaimana jika Anda sebagai penonton bisa ikut terlibat juga dalam suatu pertunjukkan teater? Tentu ini akan menjadi pengalaman baru yang bisa Anda coba.

Tetaer imersif (immersive theathre) namanya. Konsep unik ini dibawa oleh Teater Pandora. Tidak ada sekat/penghalang antara aktor-aktris dengan penonton sebagaimana pertunjukkan teater pada umumnya, semua berbaur menjadi satu. Sesekali penonton pun diajak berinteraksi oleh para pemain. Hal ini menciptakan suasana yang hangat dan intim, sehingga barangkali Anda sebagai penonton bisa dibuat lupa kalau sedang menonton sebuah pertunjukkan.

Untuk Anda yang tertarik ingin mencoba menonton, saya akan ceritakan pengalaman saya yang mungkin dapat memberikan Anda gambaran bagaimana kira-kira pertunjukkan teater imersif ini. Oh ya, dan bonus sedikit review resto yang jadi tempat pertunjukkannya!

Berawal dari mengikuti akun Teater Pandora di Instagram, saya berkesempatan nonton teater imersif mereka secara gratis lewat kuis yang mereka adakan. Sejujurnya saya tidak begitu berharap menang ketika ikutan kuisnya, sumpah cuma iseng. Tapi mungkin waktu itu saya sedang mujur, karena tidak lama setelah saya komen jawaban kuis di post yang mereka buat, saya langsung di DM oleh pihak teaternya kalau saya menang. Sumringah? Ya dong, bisa dapat tiket gratis seharga 150rb. Tapi bimbang! Sebab rumah saya di Ciledug, sedangkan tempat pertunjukkannya yaitu Hatchi Resto & Bar ada di kawasan Pondok Indah, lumayan jauh.

By the way, cara Teater Pandora promosi pertunjukkan mereka sih unik. Jualan pertunjukkan, tapi judulnya saja nggak mereka kasih tau. Keluarin postingan yang isinya teasernya dulu, setelah reservasi dibuka, baru dibongkar deh judulnya yaitu Detente, yang bermakna suatu kelonggaran yang ditempuh dengan jalur non-konfrontatif (ini saya copas dari caption instagram mereka).  Tapi ya kalau dipikir-pikir, memang yang penting kan isinya, saya sih nggak keberatan mau judulnya diumpetin sampai akhir pertunjukkan. Monggo. Selain itu desainer dan team sosmed mereka ciamik lah pokoknya, feed sudah tentu rapi tertata apik, captionnya menarik, silakan tengok saja akun Instagramnya sendiri ya.

Oke, kembali ke urusan nontonnya ya. Setelah mengiklankan diri di sosmed, mengharap barangkali ada teman atau kenalan (atau siapapun lah) yang mau nonton bareng saya, tapi ternyata saya harus berlapang dada karena tidak ada satu pun yang berminat. Baiklah, saya memang seorang introvert yang nekat, maka berangkatlah saya di hari Minggu Pon, 28 April 2019 itu.

Pertunjukkan dimulai pukul 20.00 WIB, tapi saya sudah sampai di lokasi sekitar jam enam sore. Oh ya, tempatnya nggak susah-susah amat buat dicari, masuk saja ke Plaza Pondok Indah 2, jalan lurus, mentok, belok kanan, sampai. Kalau susah nyarinya, tolong ingat pepatah ini, malu bertanya sesat di jalan. Waktu itu saya lagi males tersesat, makanya saya tanya satpamnya saja, lalu ditunjukkan ke arah yang benar. Fiuh, syukur deh.

Masuk ke Hatchi, Anda bisa langsung merasakan atmosfer ala-ala tongkrongan anak muda Asia (Jepang, Hong Kong dan sekitar serumpunnya) tahun 90-an. Vintage, ada neon sign, ilustrasi naga besar, dan juga patung-patung kucing emas pemanggil rezeki. 

Saya tengok kanan kiri, barangkali ada Jackie Chan atau Bruce Lee (ya nggak mungkin juga ya, kan sudah almarhum) shooting film action di sini. Saya yakin banyak pasangan maupun teman-teman yang pengunjung bawa kesini yang sudah menjadi korban, jadi tukang foto dadakan demi update-an ke instagram. Jelas, karena tempat ini instagrammable banget. Kalau saya bawa teman, sudah pasti saya jadikan tumbal juga tentunya.

Hatchi ini punya dua lantai, yang lantai bawah itu resto, yang atas bar. Kebetulan saya belum makan, jadi boleh lah sekalian juga saya mencicip makanan di sini. Menganut konsep makanan Fusion Asian beberapa menu spesial di sini seperti bubur, rice bowl, noodle, bao, asian tapas (cemilan), dan minuman alkhol ataupun non alkohol siap menjamu lidah Anda. Saya nggak lapar-lapar amat, jadi saya memutuskan untuk memesan Chicken Namban (55rb) dan Ice Ocha-free refill (30rb) yang setelah tax dan service totalnya jadi 103rb-an.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Chicken Namban ini adalah salahsatu menu asian tapas, isinya ayam karage dengan tartar sauce di atasnya serta taburan daun bawang yang diiris tipis di atasnya. Rasa ayamnya juicy, menurut kesotoylogy-an saya, saya tebak ayamnya dimarinasi menggunakan jahe dan saus tiram terlebih dahulu. Baik jahe maupun saus tiramnya, tidak ada yang dominan, rasanya seimbang. 

Tepungnya juara, crispy tapi nggak keras, mungkin ada campuran baking sodanya. Yang dimaksud tartar sauce di sini mungkin maksudnya mayonnaise, cukup enak, karena mayonnaisenya tidak terlalu tebal atau encer, konsistensinya bagus, rasanya agak asam, cocok kok dimakan bersamaan dengan ayam dan daun bawang. 

Untuk ice ochanya agak strong, size gelasnya lumayan besar juga, kalau kurang bisa minta refill. Waiternya helpful dan care sama customer, sebab sebelum pesan masnya ada bantu saya pilih menu, dan ketika saya menuang banyak bubuk cabai ke atas ayamnya, masnya menawarkan apakah mau diambilkan saus sambal atau tidak. Pantas kok kalau pricey (buat saya ya), tapi saya berpegang teguh sama prinsip kalau saya merasa kemahalan itu artinya target pasar mereka bukan saya. Oke, saya lapang dada menerimanya.

Selesai makan, saya buru-buru ke lantai dua, sebab pertunjukkannya di sana. Sistemnya adalah siapa yang datang duluan, dia yang dapat tempat, selain itu bisa berdiri selama pertunjukkan berlangsung. Ta-da, tahu-tahu ruangannya sudah penuh. Sempat terbesit rasa penyesalan, buat apa datang awal kalau pada akhirnya tidak dapat tempat, duh! Saya yang masih menerka-nerka berapa lama durasi pertunjukkannya (ya, selain sembunyi judul, mereka juga nggak kasih tau penonton detail acaranya) berpikir lumayan juga kalau sepanjang acara berdiri.

Setelah muter sana-sini, akhirnya saya dapat tempat, pas banget sisa satu kursi, tapi nggak strategis banget, ada pilar yang nutupin. Mau saya manyun pun juga nggak bisa memutar waktu, oke terima saja seloroh saya dalam hati. Karena penuh, saya pun berbagi meja dengan tiga orang lainnya. Ruangannya smoking area, jadi siapapun bisa nyebats, bebas.

Dan saat yang dinanti pun tiba, saya nonton juga nih teater imersif. Ruangan digelapkan dan diset dengan menyisakan ruang kecil untuk para pemain blocking di bagian tengah, tapi tenang aja pemainnya mencar-mencar kok nanti. Total ada 4 pemain dalam lakon yang dibawakan pada malam itu.

Detente, bercerita tentang dua pasang suami-istri kelas menengah ke atas yang bertemu dan saling bicara mengenai konflik yang terjadi dengan anak mereka masing-masing. Pasangan pertama yaitu Renata dan Rama, yang punya anak lelaki bernama Rangga terbukti memukul Dewanda anak lelaki dari pasangan kedua yaitu Nadya dan Damar, yang membuat dua gigi Damar hilang.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Perkara dua gigi hilang yang awalnya masih dibicarakan on track, berubah menjadi percakapan personal diantara kedua pasangan suami-istri tersebut. Guyonan segar tersaji dari beberapa adegan seperti mencicipi cake dari bahan yang nggak lazim, lempar-lemparan tas Chanel, muntah-muntah sambil lari ke toilet, bolak-balik minum sake dan whiskey (kalau saya nggak salah ingat), sampai minta dituangkan minuman dari penonton. Kebetulan minum saya cuma ice ocha, jadi mungkin pemainnya nggak minat minta hehe.

Saya suka banget sih dengan penampilan pemainnya, aktingnya keren. Jujur saya sempat nggak bisa bedain waktu pemainnya ngobrol sama salahseorang penonton, itu beneran mereka saling kenal atau memang bagian dari pertunjukkan aja. Membaur dan tanpa penghalang pokoknya.

Sayangnya nih, seperti yang di awal saya beritahu, tempat duduk saya samasekali nggak strategis. Butuh effort yang lumayan buat leher ini ngelongok biar kelihatan, beberapa kali juga saya berdiri karena betul-betul nggak keliatan apa-apa. 

Saran saya, Anda betul-betul harus datang lebih awal dan langsung pilih tempat duduk yang strategis kalau ingin menikmati pertunjukkannya secara menyeluruh. Dan bagi pihak penyelenggara, mungkin bisa dipertimbangkan kembali untuk mencari tempat alternatif lainnya yang tidak terlalu banyak objek penghalang. Terakhir, ini sih secara personal saja, lebih asyik kalau Anda bisa datang beramai-ramai dibanding nonton pertunjukkan ini seorang diri.

Saya ada berbagi sedikit cuplikan video pertunjukkan ini di Instagram saya, apabila Anda ingin lihat silakan mampir ke @o.ininindi . Jika ingin berteman juga boleh, silakan langsung ikuti.

Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun