Mohon tunggu...
A. Anindita
A. Anindita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Perempuan dua puluhan, menulis secara amatiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Mo Menghilang

3 Mei 2016   17:48 Diperbarui: 4 Mei 2016   23:42 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tidak, omong kosong apa itu bu! Bagaimana Mo dan Dane, bisa melakukan semua itu!”

“Bagaimana kau bisa tahu Poe, laki-laki itu memang dingin sedari awal kau bersamanya. Bagaimana kau bisa melihat kejanggalan dalam dirinya.”

Aku masih ingin terus berdebat, membela Mo. Maksudku tidak mungkin, mana mungkin? Mo tidak mungkin tega melakukannya.

“Dan Dane? Bukankah ia punya banyak laki-laki yang menginginkannya? Semua laki-laki itu mengejarnya, lantas kenapa ia harus mengambil Mo dariku bu? Dane seseorang yang ingin bermain-main saja, dia tidak tertarik dengan laki-laki seperti Mo. Itu tidak mungkin bu. Tidak masuk akal.”

Ibu tidak menjawab. Ia berdiri dari kursinya dan pindah ke sofa depan, tidak sekalipun melihat ke arahku.

Aku rasa ibu pasti salah. Hanya kecurigaan yang berlebihan. Maksudku apa yang harus kucurigai, aku yang selama ini dengan Mo. Aku melimpahi Mo dengan kasih sayang dan juga pujian, bagaimana ia bisa berpaling? Hanya aku yang bisa menerima semua sikap dinginnya. Walaupun saat memeluknya, tangannya tak pernah membelai rambutku, tapi aku tahu ia hanya merasa kikuk. Pernikahan yang mungkin terlihat tidak cocok dengan kami berdua di dalamnya, tapi aku merasa bahagia, dan itu sudah cukup.

Aku mendekati ibu. “Bagaimana aku bisa percaya dengan kata-katamu bu? Ibu hanya main-main bukan? Katakan bu, Mo ada di mana sekarang?” aku menatap penuh harap.

“Coba kau pergi dan periksa bagian bawah lemari Mo di kamarmu.”

Aku bingung, ada apa memangnya? Aku segera bergegas memeriksanya.

Saat membuka lemari itu tampak kemeja Mo yang tersusun rapi sesuai gradasi warna. Dari biru pekat ke warna putih polos. Aku menunduk untuk melihat ada apa di bagian bawah lemari ini.Terlihat setumpuk koran, dengan tanggal yang sama. Aneh, untuk apa koran-koran ini disimpan di dalam sini. Aku mengambil satu dan membacanya perhalaman.

Dibuka dengan headline politik, isu lingkungan, masalah ekonomi. Tidak ada yang aneh, hanya berita umum tentang kejadian sehari-hari. Sampai ke tengah halaman, sebuah berita kecelakaan, dengan dua foto yang aku kenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun