Mohon tunggu...
A. Anindita
A. Anindita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Perempuan dua puluhan, menulis secara amatiran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen ǀ Mo Menghilang

3 Mei 2016   17:48 Diperbarui: 4 Mei 2016   23:42 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ilustrasi: kfk.kompas.com

Akhir-akhir ini sulit sekali rasanya untuk bertemu Mo. Entah kenapa nomor ponselnya sudah tidak aktif. Hal terakhir yang kuingat tentangnya adalah malam itu ia pergi untuk membeli roti di minimarket. Agak aneh, karena ia tiba-tiba mengeluh lapar. Mo adalah laki-laki yang paling teratur yang pernah kukenal. Semua barangnya tersusun rapi, begitu juga pola makannya. Malam itu kami juga makan malam yang cukup berat, sehingga terasa janggal untuk aku mempercayainya.

Setelah minum beberapa pil untuk membantuku tidur malam itu, rasanya hanya itu hal nyata yang kuingat tentang Mo. Maksudku, agak aneh, terkadang aku merasa seperti pernah berbincang dengan Mo di suatu sore, atau melihatnya membungkuk sedang menyusun dasi-dasinya di laci, dan juga merasakan tangannya menyentuh wajahku, tapi aku tak pernah yakin. Karena Mo tak pernah ada di rumah sejak malam itu.

Aku menghubungi dan mengunjungi ibuku berkali-kali menanyakan apa ia tahu di mana Mo. Namun ibuku selalu mengalihkan pembicaraan. Ia meyakinkanku kalau nanti Mo akan pulang. Terkadang jawabannya membuatku frustasi, maksudku, Mo hilang! Ia penting, ia itu suamiku, dan ia hilang untuk beberapa lama, entah aku tak tahu pasti, tapi rasanya sudah lama.

Nomor-nomor ibu dan ayah Mo juga tak lagi kutemukan. Di ponsel maupun di buku telepon, aku ingat aku tak pernah menghapusnya, atau merobek halaman buku itu. Aku mengunjungi rumah mereka, namun yang kutemui rumah itu kosong. Dari jendelanya walau dengan tirai putih menutupi, tak ada barang-barang yang tersisa dari yang dulunya ruang makan itu. Aku pulang dengan menangis sepanjang jalan. Rasanya sungguh tak masuk akal. Mo kemana?

Kantor polisi di daerah ini pun juga sudah kukunjungi. Aku membuat laporan, dan mereka menyuruhku pulang setelahnya. Namun mereka tak kunjung memberiku kabar. Aku menelepon mereka berkali-kali di suatu hari, hingga mereka tak mau mengangkat teleponku lagi. Aku rasa ini pun juga sia-sia.

Mo juga tak masuk kerja lagi. Aku menanyai resepsionisnya setengah mati. Mereka bilang Mo tidak pernah bekerja di sana. Omong kosong macam apa itu! Apa aku ini gila, tidak tahu suamiku sendiri bekerja di kantor Akuntan Publik itu lebih dari lima tahun.

Aku memasak lasagna malam ini. Baunya memenuhi ruangan saat diangkat dari oven. Sedikit mengecewakan, karena pada bagian atasnya terlihat gosong. Aku pasti sudah salah mengatur suhunya, sepertinya terlalu panas. Bukan tanpa alasan aku memasaknya, ini salah satu makanan kesukaan Mo, aku ingat ia pasti akan pulang cepat saat aku memberitahunya akan membuat lasagna. Ia mengingatkanku pada tokoh kartun Garfield, kucing gendut yang suka makan lasagna, aku sering menggodanya seperti itu.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam lebih sepuluh. Aku tahu ini sudah terlambat untuk makan malam. Mo selalu teratur, ia tak pernah makan malam lebih dari jam tujuh malam. Namun apa salahnya mencoba, siapa tahu ia akan pulang kan? Aku menunggu sambil tiduran di sofa depan, membolak-balik halaman majalah lama. Tapi Mo tidak juga pulang...

***

Aku terbangun dan mendapati diriku berselimut biru milik Mo. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang membuncah dalam dadaku. Perasaan yang sama seperti seorang anak yang mendapatkan permen atas kerja kerasnya, namun ini sekeranjang penuh! Terdengar pula denting piring di ruang makan. Tak salah lagi! Aku cepat-cepat berlari menghampiri meja makan. Tidak salah lagi, Mo pasti sudah pulang!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun