Mohon tunggu...
A. Anindita
A. Anindita Mohon Tunggu... Bankir - Karyawan Swasta

Perempuan dua puluhan, menulis secara amatiran

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Minum Teh Bersama Aaron

7 November 2015   20:03 Diperbarui: 7 November 2015   20:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pikiran Aaron, tak ada tempat lagi untuk hal selain bekerja. Apa salahnya bekerja itu hal baik, aku berada di jalan yang benar, begitu pikirnya. Ia terus melakukan semua pekerjaannya, melakukan apa saja agar ia terus mendapat uang. Hingga uangnya lebih dari cukup untuk membeli rumah yang ia inginkan.

Terlintas di pikirannya untuk memberi tahu Bea mengenai kepindahannya, namun urung dilakukan karena ia sudah tak sabar untuk menempati rumahnya yang baru. Lebih baik sekalian saja ia mengundang nanti dan menjadi kejutan untuk Bea.

Rumahnya begitu sesuai dengan keinginannya, ditambah perabotan baru yang telah ia beli. Sebulan kemudian, ia mengirim surat kepada Bea, untuk mengundangnya minum teh minggu depan di rumah barunya. Selain itu, Aaron yang merasa sudah mapan dan memang menyukai Bea sejak lama berniat untuk melamar temannya itu.

Tibalah pada hari yang telah ditentukan. Ia menyiapkan earl grey tea, dengan kue-kue manis yaitu raisin scone, chocolate muffin, dan tart buah yang disusun pada nampan lapis tinggi. Tak lupa dengan satu set teko teh porselen barunya, serta cincin emas yang berkilau sebagai kejutan, ini akan menjadi acara minum teh terbaik yang pernah ia lakukan.

Namun hingga malam hari, Bea tak kunjung datang. Hal ini membuat Aaron bingung, tidurnya tak nyenyak. Mungkinkah Bea marah dan tak mau bertemu dengannya lagi.

Pagi harinya ia pergi ke rumah Bea. Tetapi rumah itu kosong. Lantas ia pergi ke rumah bibi Landak yang ada di samping rumah Bea. Bibi Landak nampak heran, mengapa ia tidak tahu kalau Bea sudah menikah dan pindah ke daerah lain beberapa minggu lalu.

Aaron langsung pucat, dan teringat malam itu ia mengusir Bea. Ia kembali pulang ke rumahnya. Suatu hal yang ternyata lebih berharga dari sekedar benda mati berkilau yang ia miliki sekarang, telah hilang. Bahkan sebelum ia sempat menyadari. Tak ada waktu yang dapat ditebus dengan uangnya sekarang.

Ia kembali melihat ke arah satu set teko teh porselen miliknya, dan ke sekeliling ruangan besar beserta semua isinya. Bahkan setelah yakin bahwa benda-benda itu telah memenuhi ruangannya, semua terasa sia-sia.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun