Mohon tunggu...
Anis Safitri
Anis Safitri Mohon Tunggu... Penulis - Learner

Teaching and learning www.anissafitri.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Belajar Kelola Uang untuk Perempuan Lajang + Tips dari ZAP Finance

17 Januari 2024   17:30 Diperbarui: 17 Januari 2024   21:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sangat berterima kasih kepada Mb Pritta Ghozi yang berbagi tips literasi keuangan lewat channel YouTube-nya, ZAP Finance. Sangat menambah insight baru!

Kali ini, saya ingin menulis bagaimana cara saya mengelola keuangan berdasarkan tips dari ZAP Finance plus pengalaman pribadi. Oiya, ini khusus perempuan lajang yang masih tinggal bersama orang tua. Untuk teman-teman yang merantau, bisa menyesuaikan dengan kondisinya masing-masing.

  • Masuk tabungan 

Menabung mesti jadi poin penting saat menyisihkan pos-pos keuangan. Kalau saya memilih menabung di bank dengan jenis tabungan biasa. Sejauh ini, saya memilih untuk memiliki dua tabungan di dua bank berbeda. Pertama, tabungan pribadi di bank syariah dengan prinsip wadiah (tanpa biaya admin, sistem penitipan uang saja di bank). Kedua, tabungan di bank konvensional tempat pengiriman gaji dari tempat kerja. Menurut saya, pemilihan dua bank berbeda agar ketika salah satu ATM eror, masih ada ATM di bank lain.

  • Jadikan instrumen investasi

Mb Pritta sangat menyarankan perempuan untuk melek investasi. Saat masih lajang, perempuan tentunya lebih bebas untuk menyisihkan uangnya uang akan dijadikan investasi. Pesan Beliau, mumpung masih lajang, perempuan bisa menekan keinginannya yang memang tidak terlalu urgent dan belajar berinvestasi sedikit demi sedikit.

Jika menabung hanya menyimpan uang saja tanpa adanya passive income, kalian bisa coba-coba investasi yang sesuai dengan kebutuhan. Ada saham, reksadana, crypto, deposito, dan emas. Karena saya bisa dibilang masih konvensional dan belum berani ambil risiko besar soal investasi, saya baru berani coba deposito berjangka dan emas. Mengapa saya memilih kedua itu?

Pertama, saya pilih deposito berjangka karena bank tempat saya menyimpan uang menyediakan fasilitas tersebut. Saya memilih deposito berjangka di bank syariah karena sistemnya sesuai prinsip yang dapat saya terima. Sebelum akad di sana, saya cari tahu dulu di web resminya dan testimoni orang lain mengenai pengalaman menyimpan deposito berjangka di bank tersebut. Memang kalau dari besaran keuntungan, bagi hasil yang diterima tiap bulan tidak terlalu banyak. Namun, bagi saya cukup lumayan dibandingkan hanya menabung biasa yang rawan terpotong biaya admin. Waktu perpanjangan deposito juga bisa tiap 3, 6, hingga 12 bulan sekali. Kemudahan saat ini, pemantauan uang deposito berjangka bisa diakses lewat mobile banking.

Kedua, saya pilih menabung emas. Banyak tempat menabung emas yang bisa dipilih, seperti di Pegadaian hingga di Shopee, dan lain-lain. Saya memilih di Pegadaian. Menurut saya, menabung emas di sini sangat mudah karena outlet pegadaian jelas ada di mana-mana (bahkan sebenarnya sudah ada aplikasi Pegadaian untuk menabung emas juga). Proses pembuatan rekening tabungan emas cukup mudah dan bisa dilakukan di outlet. Besaran setoran minimal 10.000 rupiah saja. Jadi, saat menabung, kita tidak harus setor sebanyak harga 1 gram emas. Kita bisa menabung dengan kadar nol koma sekian gram.

  • Sisihkan untuk Zakat/Dana Sosial 

Sebagai freshgrad yang baru merasakan dapat gaji tiap bulan, saya tersentil sama penjelasan Mb Pritta mengenai hal ini. Agar semakin berkah uangnya, jangan lupa untuk menyisihkan secara rutin untuk zakat/dana sosial. Dalam agama Islam pun, ada yang namanya zakat profesi/zakat mal dengan besaran minimal 2,5% dari gaji. Agar tidak terlupa dan cepat tersalurkan, kita bisa memotongnya tiap bulan setelah gajian. Untuk penyaluran zakat profesi, kita bisa salurkan langsung ke sanak keluarga/orang di sekitar yang membutuhkan. Bisa juga dengan menitipkan ke badan pengelolaan zakat profesi yang terpercaya.

  • Daftar BPJS/Sejenisnya 

Jika anak PNS, pastinya sudah ter-cover BPJS dari orang tuanya. Namun, kalau sudah bukan mahasiswa lagi/berusia 25 tahun ke atas, kita harus mendaftar BPJS mandiri. Kemarin syaa kebetulan coba mendaftar BPJS mandiri di Kantor BPJS. Proses pendaftaran cukup membawa fotokopi KTP dan siapkan rekening bank. BPJS menyediakan 3 jenis kelas yang berbeda dengan iuran yang berbeda pula. Pemilihan kelas bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tentunya jumlah gaji yang dimiliki. Selanjutnya, kita juga bisa memilih klinik dokter keluarga (dokter umum dan dokter gigi) yang ada di wilayah setempat. Jika BPJS sudah berstatus aktif, nantinya bisa langsung dipakai. Jangan lupa juga untuk install apliaksi JKN di ponsel agar mudah saat ingin daftar berobat.

Selain masuk tabungan, investasi, zakat/dana sosial, dan asuransi BPJS, Mb Pritta juga tidak melarang perempuan menyisihkan uangnya untuk melakukan perawatan diri/memanjakan diri. Akan tetapi, jangan lupa, perlu diatur besarannya juga. Boleh kok tetap memanjakan diri dengan pergi ke salon/klinik/belanja barang yang kita suka asal tetap tahu batasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun